Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Adzkar, Bab 249.
Dzikir Ketika
Menjelang Tidur
Hadits #1462
وَعَنِ
البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله –
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إِذَا أَتَيتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ
وَضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأيْمَن ، وَقُلْ : اللَّهُمَّ
أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي
إليكَ ، وأَلْجَأتُ ظَهْرِي إلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرهْبَةً إِلَيْكَ ، لاَ مَلْجَأَ
وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ ، آمَنْتُ بِكِتابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ،
وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مِتَّ مِتَّ عَلَى الفِطْرَةِ ،
وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُوْلُ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
.
Dari
Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila engkau telah bersiap tidur, berwudhulah seperti wudhu untuk
shalat. Kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan, lalu ucapkanlah:
ALLOHUMMA
ASLAMTU NAFSII ILAIK, WA WAJJAHTU WAJHIYAILAIK, WA FAWWADH-TU AMRII ILAIK, WA
ALJA’TU ZHOHRII ILAIK, ROGH-BATAN WA ROHBATAN ILAIK, LAA MALJA-A WA LAA MANJAA
MINKA ILLA ILAIK. AAMANTU BIKITAABIKALLADZI ANZALTA, WA BI NABIYYIKALLADZI
ARSALTA.
Artinya:
‘Ya Allah,
aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku
menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena
senang (mendapatkan rahmat-Mu) dan takut pada (siksaan-Mu, bila melakukan
kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)-Mu,
kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan
(kebenaran) Nabi-Mu yang telah Engkau utus.’
Maka jika
engkau mati pada malam ini, engkau mati dalam keadaan fitrah (tauhid, iman, dan
Islam). Jadikan pula kalimat tersebut sebagai akhir perkataanmu.” (Muttafaqun
‘alaih) [HR. Bukhari, no. 247, 6313 dan Muslim, no. 2710]
Faedah
Hadits
Hendaklah setiap orang yang mau tidur
melakukan adab-adab seperti yang disebutkan dalam hadits, yaitu: berwudhu
seperti wudhu untuk shalat, berbaring di atas tubuh yang kanan, lalu membaca
doa yang disebutkan.
Kita
diperintahkan menyerahkan diri, menyerahkan segala urusan kita kepada Allah
karena yang melindungi dan menyelamatkan kita hanyalah Allah.
Siapa yang
menyandarkan segala urusannya kepada Allah, Allah akan beri kecukupan.
Manusia
dalam beribadah hendaklah menghimpun raghbah (rasa harap) dan rahbah (rasa
takut).
Kita
diperintahkan untuk meyakini dan mengimani kitab dan membenarkan Rasul yang
membawa kitab tersebut.
Membaca
bacaan ini punya keutamaan, jika meninggal dunia dalam keadaan meyakini bacaan
tersebut, maka akan mati di atas fitrah (tauhid, iman, dan Islam).
Hendaklah
berpegang pada lafazh seperti yang disebutkan dalam hadits, itu lebih utama.
Dalam
kelanjutan hadits ini, Al-Bara’ bin ‘Azib menyebutkan,
فَرَدَدْتُهَا عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا بَلَغْتُ: آمَنْتُ
بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، قُلْتُ: وَرَسُولِكَ ، قَالَ: لاَ ، وَنَبِيِّكَ
الَّذِي أَرْسَلْتَ.
“Aku
mengulangi bacaan tadi di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika
sampai pada kalimat ‘AAMANTU BIKITAABIKALLADZI ANZALTA’, aku lanjutkan dengan
‘WA ROSUULIKA’.” Lalu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan harusnya,
“WA NABIYYIKALLADZI ARSALTA.” (HR. Bukhari, no. 247 dan Muslim, no. 2710)
Referensi:
Adzkar
Ash-Shabaah wa Al-Masaa’ Riwayatan wa Dirayatan. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath-Tharifi.
Bahjah
An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh
Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
—
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Posting Komentar