Mana yang Lebih Afdhal, Shalawat ataukah Dzikir?
Mana yang lebih afdhal, memperbanyak shalawat ataukah
banyak dzikir?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa
ba’du,
Shalawat termasuk bagian dari dzikir. Karena dalam lafadz
shalawat, kita berdoa kepada Allah, “Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyinaa
Muhammad”, yang artinya, ‘Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad.’
Dalam kalimat ini terdapat kandungan makna,
[1] Bahwa Allah adalah Rab semesta alam yang mengatur
semua makhluk-Nya. Karena itu, kita berdoa kepada-Nya. Dan doa tidak akan kita
arahkan kecuali kepada Dzat yang kita yakini bisa mengambulkan doa.
[2] Bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah wali Allah, sehingga berhak untuk mendapatkan shalawat dan salam.
[3] Bahwa kita mengakui bahwa Allah adalah sesembahan
kita, sehingga kita memanggil dengan Allahumma, ya Allah… karena kata ‘Allah’
bermakna al-Ilaah, yang artinya al-Ma’luuh (Dzat yang diibadahi).
Karena itu, ketika kita bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, hakekatnya kita juga sedang melakukan
dzikrullah.
Selanjutnya, ada pertanyaan, jika ada dua jenis
dzikrullah, mana yang lebih utama?
Menyebut kalimat thayyibah – seperti Subhanallah,
Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah, dst, termasuk dzikir yang
mulia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ
الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ
Ucapan yang
paling dicintai Allah ada 4: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah,
dan Allahu Akbar. Tidak masalah membacanya mau dimulai dari mana. (HR. Muslim
5724).
Al-Quran
juga termasuk dzikirullah yang mulia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
وَفَضْلُ كَلاَمِ اللَّهِ
عَلَى سَائِرِ الْكَلاَمِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ
Keutamaan
kalam Allah dibandingkan ucapan yang lain, seperti keutamaan Allah dibandingkan
makluk-Nya. (HR. Turmudzi 3176 dan ad-Darimi 3419).
Hadis kedua
ini dijadikan dalil oleh para ulama, diantaranya Imam as-Syafii untuk
mengatakan bahwa membaca al-Quran adalah dzikir yang paling afdhal.
Dalam
kitabnya al-Majmu’ Syarh Muhadzab, an-Nawawi menyebutkan,
وقد نقل الشيخ أبو حامد في
تعليقه في هذا الموضع أن الشافعي نص أن قراءة القرآن أفضل الذكر
Syaikh Abu
Hamid dalam catatan beliau di bab ini menukil perkataan Imam as-Syafii yang
menegaskan bahwa membaca al-Quran adalah dzikir yang paling afdhal. (al-Majmu’,
8/44)
Lalu
bagaimana komprominya dengan hadis atasnya,
An-Nawawi
menjelaskan,
والجواب: أن المراد أن هذا
أحب كلام الآدميين وأفضله, لا أنه أفضل من كلام الله, والله أعلم
Jawabannya,
bahwa yang dimaksud dalam hadis ini (hadis Muslim), bahwa kalimat thayyibah itu
adalah ucapan manusia yang paling dicintai Allah dan yang paling afdhal. Bukan
berarti dia lebih afdhal dibandingkan kalam Allah (al-Quran). Allahu a’lam.
(al-Majmu’, 8/45)
Demikian
pula shalawat. Allah memerintahkan kita untuk banyak bershalawat. Allah
berfirman,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya
Allah dan malaikatnya bershalawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman
bershalawatlah kalian kepadanya dan juga ucapkanlah salam untuknya.” (Qs. Al-
Ahzab: 56).
Semakin
banyak shalawat yang kita lantunkan, sebakin besar peluang untuk mendapat
keistimewaan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadis,
beliau bersabda,
أولَى الناسِ بِيْ يوم
القيامة أكثرُهم عليَّ صلاةً
“Orang yang
paling dekat dariku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat
kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, dan dihasankan Al-Albani).
Yang kami
pahami – Allahu a’lam – membaca al-Quran merupakan dzikir yang paling afdhal,
karena al-Quran adalah kalam Allah.
Selanjutnya,
mana yang lebih utama, dzikrullah ataukah shalawat?
Jika
dikaitkan dengan sebab, maka beribadah sesuai sebab itulah yang paling afdhal.
Membaca shalawat pada waktu dianjurkan bershalawat – misalnya setelah adzan,
lebih afdhal dibandingkan dzikir yang lain. Karena dia dibaca sesuai waktunya.
Demikian
pula, membaca kalimat thayibah Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar,
ketika dilakukan sesuai waktunya – misalnya setelah shalat wajib – lebih utama
dibandingkan membaca shalawat.
Sementara
jika tidak dikaitkan dengan sebab tertentu, keduanya sama-sama afdhal. Dan yang
lebih tepat adalah mengamalkannya secara bergantian, agar kita melestarikan
semua ajaran syariat.
Demikian,
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
1 komentar:
Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802
Posting Komentar