Jumat, 13 November 2020

Kisah Teladan Siti Fatimah Az Zahra, Putri Rasulullah yang Jadi Ahli Surga

 Kisah Teladan Siti Fatimah Az Zahra, Putri Rasulullah yang Jadi Ahli Surga

 

Siti Fatimah Az Zahra merupakan putri bungsu Rasullah SAW dengan Siti Khadijah. Ia lahir di Mekah pada tanggal 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. 

Getirnya hidup harus ia rasakan ketika masih belia. Di awal kenabian Nabi Muhammad, keluarganya harus menerima caci maki dan perundungan dari kaum Quraisy. Selain itu, ibunya, Siti Khadijah, wafat ketika Fatimah masih anak-anak. 

Meski demikian, pahitnya hidup yang harus ia alami tidak menjadikan Fatimah sosok yang lemah dan pendendam. Nabi Muhammad membimbing Fatimah hingga ia dapat meneladani akhlak dan ilmu yang diberikan.

Hasilnya, Fatimah Az Zahra menjadi sosok yang tegar dan bersahaja, yang menjadikannya sebagai panutan bagi perempuan Islam. 

Nah, berikut adalah kisah teladan Fatimah Az Zahra yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran. 

Tak Gentar Menemani Rasulullah

Di usia belia, Fatimah dihadapkan pada kenyataan bahwa ayahnya mengemban tugas berat sebagai rasul Allah. Setelah Khadijah meninggal, Fatimah dengan setia mendampingi ayahnya untuk menggantikan peran ibunya. Itulah sebabnya ia terkenal dengan sebutan Ummu Abiha (anak yang menjadi seperti ibu bagi ayahnya). 

Di awal kenabian saat Rasulullah menunaikan ibadah di depan Ka'bah, ia diganggu oleh sekumpulan orang Quraisy. Ketika Nabi Muhammad bersujud, orang-orang itu menumpahkan kotoran unta di punggungnya. Fatimah yang saat itu masih kecil segera berlari menuju ayahnya. Tanpa rasa takut, ia menghardik orang Quraisy yang mengganggu ayahnya. 

Tidak berhenti sampai di situ, Fatimah juga terjun ke medan perang, termasuk saat perang Uhud.  Ia membantu kaum muslimin dengan mempersiapkan logistik, menyediakan air minum, serta merawat yang terluka. 

Ketaatannya kepada Allah SWT ia wujudkan dengan perilakunya sehari-hari terhadap sesama manusia. Fatimah bahkan pernah menyedekahkan kalung hadiah pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib kepada seorang musafir. 

Suatu hari, seorang musafir menemui Rasulullah di sebuah masjid. Musafir itu meminta belas kasih Rasulullah karena bekal makanan dan seluruh hartanya telah habis. Namun, saat itu, Rasulullah tidak memiliki makanan dan barang-barang yang bisa diberikan kepada si musafir. 

Nabi Muhammad kemudian menyuruhnya untuk pergi ke rumahnya dengan maksud menemui Fatimah. "Pergilah ke tempat yang dicintai Allah dan Rasulnya. Dia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya sendiri, itu lah Fatimah, putriku." 

Si musafir pun menemui Fatimah. Sayangnya, Fatimah saat itu tidak memiliki makanan dan uang untuk diberikan kepada si musafir. Fatimah Az Zahra kemudian ingat ia memiliki kalung hadiah pernikahan dari sang suami. Dengan ikhlas, Fatimah menyedekahkan kalung tersebut.  

Setelah menerima kalung dari Fatimah, musafir tersebut menemui Rasulullah dan menceritakan kejadian yang baru saja ia alami. Rasulullah pun sangat bangga kepada Fatimah. Saat itu, salah satu sahabat Nabi, Amar bin Yassir turut mendengar cerita si musafir. Tanpa ragu, ia membeli kalung tersebut seharga 20 dinar ditambah sebuah pakaian dan seekor unta. 

Alih-alih menyimpannya, Amar malah mengutus budaknya, Asham, untuk memberikan kalung tersebut kepada Fatimah. Ammar berkata "Pergilah engkau menghadap Rasulullah dan katakan aku menghadiahkan kalung ini dan juga engkau kepadanya. Jadi, mulai hari ini kamu bukan budakku lagi tetapi budak Rasulullah."

Fatimah sangat bahagia ketika menerima kalungnya kembali. Meski Amar telah berpesan bahwa Asham akan menjadi budak Rasulullah, Fatimah malah membebaskannya sebagai manusia merdeka. 

Nama Az-Zahra yang dimiliki Fatimah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya putriku Fatimah adalah penghulu kaum perempuan dari awal hingga akhir zaman. Fatimah adalah bidadari berwujud manusia, yang kapanpun mendirikan shalat di hadapan Tuhannya, sinarnya menyinari langit bagi para malaikat, seperti bintang-bintang menyinari manusia di bumi.”

Faktanya, Az-Zahra bukanlah satu-satunya gelar yang dimiliki oleh Fatimah. Abu Abdillah berkata, “Fatimah memiliki sembilan nama di sisi Allah SWT, yaitu Fatimah, ash-Shiddiqah (wanita yang terpercaya), al-Mubarakah (wanita yang selalu kelimpahan berkah), ath-Thahirah (wanita yang suci), az-Zakiyyah (wanita yang senantiasa menjaga kesucian), ar-Radhiyyah (ridha atas apa saja yang telah ditetapkan), al-Mardhiyyah (orang yang diridhai), al-Muhaditsah (wanita yang menggunakan kata yang cermat), dan az-Zahra (yang berkilauan)."

Dijanjikan Masuk Surga

Fatimah Az Zahra meninggal di usia yang terbilang masih muda, yakni 29 tahun. Ia dimakamkan pada Kamis 20 Ramadhan di pemakaman Jannat al-Baqee.

Atas ketaatan dan kebaikan semasa hidupnya, Fatimah Az Zahra telah dijanjikan akan masuk surga. "Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah." (HR Muslim).

https://kumparan.com

 

0 komentar:

Posting Komentar