Keutamaan Berjalan Menuju Masjid
Terdapat keutamaan yang besar dalam amal berupa berjalan
menuju masjid.
Pahala Besar dengan Berjalan Menuju Masjid
Sesungguhnya, pahala yang paling besar adalah yang paling
jauh rumahnya dari masjid. Para fuqaha
(ulama ahli fiqih) rahimahumullah menegaskan dianjurkannya memperpendek langkah
menuju masjid dan tidak tergesa-gesa (alias berjalan dengan tenang) ketika
menuju masjid. Hal ini untuk memperbanyak pahala kebaikan ketika berjalan
menuju masjid, berdasarkan berbagai dalil yang menunjukkan adanya keutamaan
memperbanyak langkah menuju masjid. [1]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا
أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟
قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى
الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ
بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ
“Maukah
kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus kesalahan (dosa)
dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.”
Rasulullah bersabda, ”(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi sulit,
banyaknya langkah menuju masjid, menunggu shalat setelah mendirikan shalat.
Itulah ar-ribath (kebaikan yang banyak).” (HR. Muslim no. 251)
Berjalan
Kaki Ke masjid Meskipun Jauh
Dari Abu
Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْظَمُ النَّاسِ أَجْرًا
فِي الصَّلاَةِ أَبْعَدُهُمْ، فَأَبْعَدُهُمْ مَمْشًى وَالَّذِي يَنْتَظِرُ
الصَّلاَةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِي
يُصَلِّي، ثُمَّ يَنَامُ
“Orang yang
paling banyak mendapatkan pahala dalam shalat adalah mereka yang paling jauh
(jarak rumahnya ke masjid), karena paling jauh jarak perjalanannya menuju
masjid. Dan orang yang menunggu shalat hingga dia melaksanakan shalat bersama
imam itu lebih besar pahalanya dari orang yang melaksanakan shalat kemudian
tidur.” (HR. Bukhari no. 651 dan Muslim no. 662)
Hadits-hadits
tersebut menunjukkan keutamaan rumah yang jauh dari masjid, karena banyaknya
langkah menuju masjid yang membuahkan pahala yang besar. Besarnya pahala itu
karena jauhnya rumah dari masjid dan juga karena bolak-balik pergi ke masjid.
Dari ‘Ubay
bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
كَانَ رَجُلٌ لَا أَعْلَمُ
رَجُلًا أَبْعَدَ مِنَ الْمَسْجِدِ مِنْهُ، وَكَانَ لَا تُخْطِئُهُ صَلَاةٌ،
قَالَ: فَقِيلَ لَهُ: أَوْ قُلْتُ لَهُ: لَوْ اشْتَرَيْتَ حِمَارًا تَرْكَبُهُ فِي
الظَّلْمَاءِ، وَفِي الرَّمْضَاءِ، قَالَ: مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى
جَنْبِ الْمَسْجِدِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى
الْمَسْجِدِ، وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ جَمَعَ اللهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ
“Seseorang
yang setahuku tidak ada lagi yang lebih jauh (rumahnya) dari masjid, dan dia
tidak pernah ketinggalan dari shalat. ‘Ubay berkata, maka ia diberi saran atau
kusarankan, “Bagaimana sekiranya jika kamu membeli keledai untuk kamu kendarai
saat gelap atau saat panas terik?” Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak ingin
rumahku di samping masjid, sebab aku ingin jalanku ke masjid dan kepulanganku
ke rumah semua dicatat (pahala).” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Allah Ta’ala telah kumpulkan untukmu semuanya tadi.” (HR. Muslim no.
663)
Lihatlah
saudaraku, adanya pahala yang besar dari Allah Ta’ala bagi orang-orang yang
pergi menuju masjid dan juga ketika berjalan pulang dari masjid. Oleh karena
itu, sahabat tersebut lebih memilih untuk berjalan kaki meskipun rumahnya jauh
dari masjid.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ،
ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ
اللهِ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى
تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa
bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk
melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu
menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat.” (HR. Muslim no. 666)
Dalam
hadits-hadits tersebut dan yang lainnya, terdapat motivasi untuk
bersungguh-sungguh mendatangi masjid dengan berjalan kaki, bukan dengan naik
kendaraan, meskipun rumahnya agak jauh. Hal ini dengan catatan, selama hal itu
tidak menimbulkan masyaqqah (kesulitan) dan juga selama tidak ada ‘udzur
(misalnya, sudah tua renta dan yang lainnya). Juga motivasi agar tidak
membiasakan diri naik kendaraan ketika menuju masjid, jika jarak masjid
tersebut masih bisa terjangkau dengan berjalan kaki. [2]
***
Penulis: dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D
Artikel: Muslim.or.id
Catatan
kaki:
[1] Anjuran
seperti ini tentu bukan pada tempatnya karena hanya akan membebani diri
sendiri. Karena yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
langkah berjalan biasa (normal), bukan langkah yang dibuat-buat sengaja lebih
pendek agar lebih banyak jumlah langkah menuju ke masjid. Karena jika memperpendek
langkah ini yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maksudkan, tentu akan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan dengan perbuatan beliau atau minimal
akan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam anjurkan kepada para sahabatnya.
[2]
Pembahasan ini kami sarikan dari kitab Ahkaam Khudhuuril Masaajid karya Syaikh
‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan hafidzahullah, hal. 62-63 (cetakan ke empat
tahun 1436, penerbit Maktabah Daarul Minhaaj, Riyadh KSA).
0 komentar:
Posting Komentar