10 Kisah Teladan dari Siti Khadijah, Wanita yang Dinantikan Surga
Jakarta - Siti Khadijah RA menjadi satu dari empat wanita
yang menjadi teladan dalam kehidupan muslim. Keempatnya dijanjikan surga sesuai
hadist yang dinarasikan Ad-Dzahabi.
سَيِّدَاتُ
نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ
بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ
خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
Artinya:
"Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam bintu Imran, Fatimah bintu Rasulillah
shallallahu 'alaihi wa sallam, Khadijah bintu Khuwailid, dan Asiyah." (HR
Muslim).
Kisah
teladan Siti Khadijah tidak hanya saat dia mengakui kebenaran wahyu Allah SWT
dan mendampingi Nabi Muhammad SAW. Dalam berbagai biografi Siti Khadijah
disebutkan karakter unggulnya, yang telah terlihat sebelum dia menerima Islam
dan menjadi istri Rasulullah SAW.
Dikutip
dari berbagai sumber, berikut 10 poin keistimewaan Siti Khadijah yang punya
julukan Ummul Mukminin.
1. Lahir
dari keluarga revolusioner
Khadijah
lahir dari keluarga revolusioner yang sangat dihormati di kalangan Quraisy.
Ayahnya, Khuwaylid, tidak melakukan kebiasaan suku tersebut yang dinilai
merugikan misal mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Sebagai
salah satu pemimpin suku, ayah Khadijah memilih membesarkan dan memberi
pendidikan yang baik pada putrinya. Khadijah menjadi seseorang yang pintar,
sukses meneruskan usaha perdagangan ayahnya, beretika, dan punya keyakinan
kuat.
2.
Julukan Khadijah
Dikutip
dari Encyclopedia Britannica, Siti Khadijah dikatakan memiliki karakter mulia
dan tegas. Karakter tersebut melukiskan besarnya penghormatan kaum Quraisy pada
sosok Khadijah seperti ditulis dalam buku Sirah dari Abd al-Malik ibn Hishām.
Keunggulan
karakter menjadikan kaum Quraisy memberi julukan At-Taahirah, atau yang suci
(the pure) pada sosok Khadijah. Tak heran jika Khadijah diinginkan banyak
pemuka Quraisy menjadi istri dari putranya.
3. Tidak
menyembah berhala
Dikutip
dari AboutIslam, Khadijah diceritakan tidak ikut menyembah berhala Suku Quraisy.
Hal ini terungkap saat Khadijah menghadiri festival yang diadakan Quraisy di
sekitar Kakbah. Peserta acara yang kebanyakan perempuan menyembah berhala Hubal
yang dianggap dewa ramalan. Walau ikut dalam festival, Khadijah tidak ikut
menyembah Hubal meski datang ke festival.
Saat di
festival itulah, ada orang tua yang menyeru kepada peserta acara. Dalam
seruannya dia mengatakan, telah hadir seorang utusan Tuhan di antara Quraisy.
Jika mereka punya kesempatan menikahinya, maka lebih baik segera dilakukan. Seruan
orang tua ini disambut ejekan, lemparan batu, dan tidakan tak menyenangkan lain
dari para peserta.
4.
Khadijah mempertimbangkan seruan adanya utusan Tuhan
Khadijah
tidak ikut melakukan hal kurang menyenangkan pada orang tua di festival
tersebut. Dia justru terlihat tenang, bijak, dan mempertimbangkan tiap kata
dari orang tua Yahudi yang identitasnya tak dijelaskan detail tersebut. Momen
ini seolah menandai takdir Khadijah selanjutnya menjadi yang pertama meyakini
kebenaran wahyu Allah SWT dan memeluk Islam.
Ketika
peristiwa ini terjadi, Khadijah telah menjadi pedagang sukses yang kaya dan
rendah hati. Dia juga dermawan terhadap hartanya pada orang lain yang
membutuhkan. Sosoknya menjadi inspirasi di kalangan Quraisy untuk memiliki
karakter jujur, bijak, dan pekerja keras.
5.
Melamar Rasulullah SAW
Jika
umumnya laki-laki melamar perempuan, maka Khadijah menempuh cara sebaliknya
saat menikahi Rasulullah SAW. Khadijah melamar Nabi Muhammad SAW melalui orang
ketiga Nafisah binti Munyah, yang merupakan sahabat saudagar wanita tersebut.
Nafisah kemudian menyampaikan maksud Khadijah pada Abu Thalib, paman Nabi
Muhammad SAW.
Peran orang
ketiga diperlukan karena tradisi Quraisy tidak mengenal perempuan melamar
laki-laki. Selain itu, Khadijah sempat tidak pede meski kaya dan berasal dari
keluarga ternama. Krisis pede terjadi karena perbedaan usia yang besar,
Khadijah 40 tahun dan Nabi Muhammad SAW 25 tahun.
6.
Pendukung utama Nabi Muhammad SAW
Setelah
proses lamaran, Ameerat Quraysh atau Puteri Quraisy tersebut akhirnya resmi
menjadi istri Rasulullah SAW. Nabi SAW awalnya adalah pegawai Khadijah yang
memimpin rombongan dagang menuju Suriah. Pernikahan Khadijah dengan Muhammad
bin Abdullah terjadi sebelum turunnya wahyu dari Allah SWT.
Dukungan
utama Khadijah terlihat saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua
Hira. Saat itu dia menemani Rasulullah SAW yang ketakutan, seperti diceritakan
Aisyah putri Nabi Muhammad SAW.
فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَرْجُفُ فُؤَادُهُ، فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ
خُوَيْلِدٍ رضى الله عنها فَقَالَ " زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي ".
فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ، فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا
الْخَبَرَ " لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي ". فَقَالَتْ خَدِيجَةُ
كَلاَّ وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ،
وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ
عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
Artinya:
"Beliaupun pulang dalam kondisi gemetar dan bergegas hingga masuk ke rumah
Khadijah. Kemudian Nabi berkata kepadanya: Selimuti aku, selimuti aku. Maka
Khadijah pun menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Kemudian Nabi
bertanya: 'wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku ini?'. Lalu Nabi
menceritakan kejadian yang beliau alamai kemudian mengatakan, 'aku amat
khawatir terhadap diriku'. Maka Khadijah mengatakan, 'sekali-kali janganlah
takut! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau
adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang lain yang
susah, pemberi orang yang miskin, penjamu tamu serta penolong orang yang
menegakkan kebenaran." (HR Bukhari).
7.
Membenarkan wahyu dari Allah SWT
Keistimewaan
Siti Khadijah juga terlihat saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di
Gua Hira. Khadijah tidak bersikap masa bodoh, namun ikut mencari tahu kebenaran
wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW.
Saat itu
Khadijah mendatangi pamannya Waraqah bin Naufal yang bisa bahasa Ibrani.
Waraqah diceritakan sebagai orang tua yang kehilangan penglihatan, namun
dipercaya Khadijah. Kisah ini dituliskan dalam hadist seperti diceritakan Siti
Aisyah.
فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ
حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى
ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ ـ وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ
يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ، فَيَكْتُبُ مِنَ الإِنْجِيلِ
بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ، وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا
قَدْ عَمِيَ ـ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنَ ابْنِ
أَخِيكَ. فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَبَرَ مَا رَأَى. فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ
هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم يَا
لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ
". قَالَ نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ
إِلاَّ عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا.
ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ
Artinya:
"Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal, ia
adalah saudara dari ayahnya Khadijah. Waraqah telah memeluk agama Nasrani sejak
zaman jahiliyah. Ia pandai menulis Al Kitab dalam bahasa Arab. Maka disalinnya
Kitab Injil dalam bahasa Arab seberapa yang dikehendaki Allah untuk dapat
ditulis. Namun usianya ketika itu telah lanjut dan matanya telah buta.
Khadijah
berkata kepada Waraqah, "wahai paman. Dengarkan kabar dari anak saudaramu
ini". Waraqah berkata, "Wahai anak saudaraku. Apa yang terjadi atas
dirimu?". Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menceritakan kepadanya
semua peristiwa yang telah dialaminya. Waraqah berkata, "(Jibril) ini
adalah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai, semoga saya
masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu". Nabi bertanya, "Apakah
mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Ya, betul. Tidak ada
seorang pun yang diberi wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Jika
aku masih mendapati hari itu niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya".
Tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia." (HR Bukhari).
8.
Meminta sorban Rasulullah SAW untuk kain kafan
Dalam Kitab
Al-Busyro dari Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Miliki Al-Hasani, Khadijah
diceritakan menggunakan seluruh hartanya untuk penyebaran Islam. Khadijah yang
awalnya kaya jatuh miskin, hingga tak punya kain kafan untuk membungkus
mayatnya jika meninggal.
Saat itu,
Khadijah dikisahkan meminta sorban yang biasa digunakan Nabi Muhammad SAW untuk
menerima wahyu sebagai kafan. Namun sorban tersebut urung digunakan karena
Khadijah menerima sorban yang dikirim Malaikat Jibril. Kelak ada lima orang
yang menggunakan kain kafan istimewa tersebut yaitu Siti Khadijah, Nabi
Muhammad SAW, Siti Fatimah, Ali bin Abi Thalib, dan Hasan cucu Rasulullah SAW.
9. Kisah
sedih Rasulullah dan Khadijah
Kisah sedih
pasangan ini terangkum dalam amul huzni (tahun kesedihan) pada kehidupan
Rasulullah SAW. Saat itu, Rasulullah SAW kehilangan pamannya Abu Tholib dan
Khadijah karena menghadap Allah SWT. Keduanya adalah pendukung utama Nabi
Muhammad SAW saat pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT hingga berpulang.
Khadijah
yang lahir pada 555 AD atau Sebelum Masehi, berpulang pada 11 Ramadhan tahun
ketiga sebelum hijrah. Momen tersebut kira-kira sama dengan 22 November 619
Setelah Masehi. Menjelang wafat, Khadijah kembali menegaskan kesetiaan pada
Rasulullah SAW dan kebenaran atas wahyu Allah SWT. Khadijah dikisahkan
meninggal di pangkuan Rasulullah SAW.
10. Anak
Khadijah dan Rasulullah
Pasangan
Khadijah dan Rasulullah SAW diceritakan memiliki dua anak laki-laki dan empat
anak perempuan. Namun Qasim dan Abdullah meninggal saat masih berusia
anak-anak, selanjutnya pasangan tersebut tak lagi dikarunai anak laki-laki.
Sementara
anak perempuan Khadijah dan Rasulullah tumbuh dewasa, ikut dalam penyebaran
Islam, dan menjadi contoh untuk para muslim. Mereka adalah Zainab, Fatimah,
Ruqayyah, dan Ummu Kultsum.
(row/erd)
Rosmha Widiyani
0 komentar:
Posting Komentar