Perbanyak Ibadah,
Namun Enggan Belajar Agama
Sebagian orang yang dikenal giat ibadah hanya ingin terus
memperbanyak ibadah tanpa mau mengenal bagaimanakah ilmunya. Padahal ibadah
dituntut harus dengan ilmu. Tidak boleh kita beribadah asal-asalan. Orang yang
beribadah tanpa ilmu ibarat orang yang telah salah jalan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
العَامِلُ
بِلاَ عِلْمٍ كَالسَّائِرِ بِلاَ دَلِيْلٍ وَمَعْلُوْمٌ أنَّ عَطَبَ مِثْلِ هَذَا
أَقْرَبُ مِنْ سَلاَمَتِهِ وَإِنْ قُدِّرَ سَلاَمَتُهُ اِتِّفَاقًا نَادِرًا
فَهُوَ غَيْرُ مَحْمُوْدٍ بَلْ مَذْمُوْمٌ عِنْدَ العُقَلاَءِ
“Orang yang
beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah
dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun akan mendapatkan kesulitan
dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut
orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
Guru dari
Ibnul Qayyim yaitu Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,
مَنْ فَارَقَ الدَّلِيْلَ
ضَلَّ السَّبِيْل وَلاَ دَلِيْلَ إِلاَّ بِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُوْلُ
“Siapa yang
terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia akan tersesat. Tidak ada
penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul
–shallallahu ‘alaihi wa sallam-.”
Al Hasan Al
Bashri rahimahullah berkata,
العَامِلُ عَلَى غَيْرِ
عِلْمٍ كَالسَّالِكِ عَلَى غَيْرِ طَرِيْقٍ وَالعَامِلُ عَلَى غَيْرِ عِلْمٍ مَا
يُفْسِدُ اَكْثَرُ مِمَّا يُصْلِحُ فَاطْلُبُوْا العِلْمَ طَلَبًا لاَ تَضُرُّوْا
بِالعِبَادَةِ وَاطْلُبُوْا العِبَادَةَ طَلَبًا لاَ تَضُرُّوْا بِالعِلْمِ
فَإِنَّ قَومًا طَلَبُوْا العِبَادَةَ وَتَرَكُوْا العِلْمَ
“Orang yang
beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan bukan pada jalan yang
sebenarnya. Orang yang beramal tanpa ilmu hanya membuat banyak kerusakan
dibanding mendatangkan kebaikan. Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh, namun
jangan sampai meninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, namun jangan sampai
meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yang rajin ibadah, namun
meninggalkan belajar.” (Lihat Miftah Daris Sa’adah karya Ibnul Qayyim, 1:
299-300).
Apa yang
dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri menunjukkan bahwa sebagian orang karena
sibuknya dengan ibadah tidak mau memperhatikan ilmu. Sehingga ibadahnya pun
hanya bermodalkan semangat tanpa didasari dengan landasan dalil sama sekali.
‘Umar bin
‘Abdul ‘Aziz juga pernah berkata,
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ
عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Siapa yang
beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat
lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa karya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2: 282)
Ingatlah
bahwa amalan yang bisa diterima di sisi Allah hanyalah dari orang yang
bertakwa. Sifat takwa hanya bisa diraih dengan belajar agama. Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ
مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya
Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27).
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Tafsiran yang paling bagus mengenai ayat ini
bahwasanya amalan yang diterima hanyalah dari orang yang bertakwa. Yang disebut
bertakwa adalah bila beramal karena mengharap wajah Allah dan sesuai dengan
tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu saja ini hanya didasari
dengan ilmu.” (Miftah Daris Sa’adah, 1: 299)
Hanya Allah
yang memberi taufik dalam ilmu dan amal.
—
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
1 komentar:
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
Posting Komentar