Ilmu dan Ibadah,
Obat Bagi Mereka yang Ingin Raih Kesempurnaan
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Tidak salah jika kitab Minhaj al-Qashidin ini dikatakan
sebagai kitab tombo ati (penawar hati). Jika diamati secara saksama,
tahapan-tahapan ibadah untuk mengobati hati dalam tembang Jawa memiliki
kedekatan dengan yang dipaparkan kitab Minhaj al-Qashidin.
Tembang Tombo Ati-nya orang Jawa, menempatkan membaca
Alquran dan mentadaburi (menelaah) maknanya pada urutan teratas, sedangkan
Minhaj al-Qashidin meletakkan ibadah menuntut ilmu pada bagian pertamanya.
Apakah ini berarti resep keduanya berbeda? Tidak juga. Justru hal itu tampak
saling melengkapi.
Membaca dan mentadaburi ayat-ayat Alquran adalah ibadah,
yang mesti dibekali dengan ilmu yang memadai supaya menghasilkan pemahaman yang
benar. Al-Ghazali mengatakan, ilmu dan ibadah adalah alasan mengapa kitab-kitab
suci diturunkan kepada para rasul, lalu langit dan bumi serta apa yang ada di
antara keduanya diciptakan. Dengan demikian, diagungkannya ilmu dan ibadah,
karena keduanya merupakan tujuan diciptakannya dunia dan akhirat.
Ditegaskan lagi oleh al-Ghazali dalam Minhaj al-Abidin,
seorang hamba harus melakukan ibadah, di samping memiliki ilmu. Ilmu tidak ada
artinya tanpa diikuti dengan ibadah. Sebab, ilmu itu bagaikan batang sebuah
pohon, sedangkan ibadah adalah buahnya.Obat hati yang lain dalam kitab Minhaj
al-Qashidin adalah mengerjakan shalat.
Hal yang sama juga diungkapkan dalam tombo ati versi
tembang Jawa. Menurut Ibnu al-Jauzi, inti dari shalat adalah niat, ikhlas,
khusuk, dan menyertakan hati. Jika hati tidak diikutsertakan, rangkaian zikir,
doa, dan amal dalam shalat tidak akan ada hasilnya. Ibadah shalat menjadi
sia-sia karena tidak berbekas kepada pelakunya.
Puasa dan zikir juga merupakan obat hati bagi mereka yang
ingin meraih kesempurnaan. Mengenai ibadah puasa, Ibnu al-Jauzi menegaskan,
''Ketahuilah bahwa dalam ibadah puasa terdapat keistimewaan yang tidak terdapat
dalam ibadah lain, yaitu hubungan seorang hamba dengan Allah SWT.'' Dalam hadis
qudsi Allah berfirman, ''Puasa itu untuk-Ku dan Aku memberi balasan
dengannya.'' (HR Bukhari dan Muslim).Sedangkan zikir, kata Ibnu al-Jauzi,
merupakan ibadah lisan yang utama setelah membaca Alquran.
Tak ketinggalan ia menjelaskan tingkatan-tingkatan zikir dan
wirid serta waktu sebaiknya kedua ibadah itu dilakukan.Bagi orang yang berilmu,
kata Ibnu al-Jauzi, sebaiknya menyisihkan waktu-waktu khusus untuk membaca
zikir dan wirid. Dan, sisa waktu yang lain, untuk memperdalam serta mengamalkan
ilmunya. Jika semua itu dilaksanakan dengan ikhlas, ''Insya Allah, Gusti Allah
ta'ala ngijabahi (insya Allah, Dia akan meridhai).''
0 komentar:
Posting Komentar