Hadits hadits yang
Menerangkan Keutamaan Surat Al Fatihah
Al-Fatihah merupakan surat pembuka dalam mushaf
Al-Qur’an. Surat ini memiliki banyak keutamaan. Apa saja keutamannya? Berikut
beberapa hadits yang menerangkan keutamaan Al-Fatihah seperti dijelaskan di
dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir.
A. قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ، فِي
مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي خُبَيْبُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ
المُعَلَّى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ أُجِبْهُ حَتَّى صلَّيت
وَأَتَيْتُهُ، فَقَالَ: ” مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْتِيَنِي؟ “. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي. قَالَ: ” أَلَمْ يَقُلِ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا
يُحْيِيكُمْ} [الْأَنْفَالِ: 24] ثُمَّ قَالَ: ” لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ
سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ “. قَالَ: فَأَخَذَ
بِيَدِي، فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ: ” لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ “.
قَالَ: ” نَعَمْ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ: السَّبْعُ
الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ “.
Imam Ahmad
ibnu Muhammad ibnu Hanbal di dalam kitab Musnad-nya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, dari Syu’bah yang mengatakan bahwa
telah menceritakan kepadaku Khubaib ibnu Abdur Rahman, dari Hafz ibnu Asim,
dari Abu Sa’id ibnul Mua’la r.a. yang menceritakan: Aku sedang salat, kemudian
Rasulullah Saw. memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya hingga aku selesai
dari salatku, lalu aku datang kepadanya dan ia bertanya, “Mengapa engkau tidak
segera datang kepadaku? Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
sedang salat.”
Beliau Saw.
bersabda, “Bukankah Allah Swt. telah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kalian’ (Al-Anfal: 24).”
Kemudian
beliau Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku benar-benar akan mengajarkan kepadamu
surat yang paling besar dalam Al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid ini.”
Lalu beliau
memegang tanganku. Ketika beliau hendak keluar dari masjid, aku bertanya,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mengatakan bahwa engkau akan
mengajarkan kepadaku sebuah surat Al-Qur’an yang paling agung. Beliau menjawab,
“Ya, Alhamdulillahi rabbil ‘alamin adalah sab’ul masani, dan Al-Qur’anul ‘azim
yang diberikan kepadaku.”
Demikian
pula menurut yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Musaddad dan Ali ibnul
Madini, keduanya dari Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan dengan lafaz yang sama. Imam
Bukhari pun meriwayatkan hadis ini pada bagian lain dalam tafsirnya. dan
diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah dari berbagai jalur
melalui Syu’bah dengan lafaz yang sama. Al-Waqidi meriwayatkannya dari Muhammad
ibnu Mu’az Al-Ansari, dari Khubaib ibnu Abdur Rahman, dari Abu Sa’id ibnul
MA’la, dari Ubay ibnu Ka’b hadis yang semisal.
Di dalam
kitab Muwatta’ Imam Malik terdapat sebuah hadis yang perlu diperhatikan. Hadis
tersebut diriwayatkan oleh Imam Malik:
B. عن
العلاء بن عبد الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ الحُرَقي: أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ مَوْلَى
عَامِرِ بْنِ كَرِيزٍ أَخْبَرَهُمْ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَادَى أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ، وَهُوَ يُصَلِّي فِي الْمَسْجِدِ،
فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ لَحِقَهُ، قَالَ: فَوَضَعَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى يَدِي، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَخْرُجَ
مِنْ بَابِ الْمَسْجِدِ، ثُمَّ قَالَ: ” إِنِّي لَأَرْجُو أَلَّا تَخْرُجَ مِنْ
بَابِ الْمَسْجِدِ حَتَّى تَعْلَمَ سُورَةً مَا أُنْزِلَ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا
فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا “. قَالَ أُبَيٌّ: فَجَعَلْتُ
أُبْطِئُ فِي الْمَشْيِ رَجَاءَ ذَلِكَ، ثُمَّ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
السُّورَةُ الَّتِي وَعَدْتَنِي؟ قَالَ: ” كَيْفَ تَقْرَأُ إِذَا افْتَتَحْتَ
الصَّلَاةَ؟ قَالَ: فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
حَتَّى أَتَيْتُ عَلَى آخِرِهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: ” هِيَ هَذِهِ السُّورَةُ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ
الْعَظِيمُ الَّذِي أُعْطِيتُ “
dari Al-Ala
ibnu Abdur Rahman ibnu Ya’qub Al-Harqi, bahwa Abu Sa’id maula Amir ibnu Kuraiz
telah menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah pernah memanggil Ubay ibnu
Ka’ab yang sedang salat.
Setelah
Ubay menyelesaikan salatnya, lalu ia menjumpai Nabi Saw. Nabi Saw. memegang
tangan Ubay, saat itu beliau hendak keluar menuju pintu masjid. Kemudian beliau
Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku benar-benar berharap sebelum kamu keluar dari
masjid ini kamu sudah mengetahui suatu surat yang belum pernah diturunkan di
dalam Taurat, Injil, dan tidak ada pula di dalam Al-Qur’an surat yang serupa
dengannya.”
Ubay
melanjutkan kisahnya, “Maka aku mengurangi kecepatan langkahku karena
mengharapkan pelajaran tersebut, kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, surat
apakah yang engkau janjikan kepadaku itu?’ Beliau Saw. bersabda. ‘Apakah yang
engkau baca bila membuka salatmu?’ Aku membaca alhamdu lillahi rabbil ‘alamin
sampai akhir surat,’ lalu beliau bersabda, ‘Itulah surat yang kumaksudkan.
Surat ini adalah sab’ul masani dan Al-Qur’anul ‘azim yang diberikan kepadaku’.”
Abu Sa’id
yang terdapat dalam sanad hadis ini bukanlah Abu Sa’id ibnul Mala seperti yang
diduga oleh Ibnul Asir di dalam kitab Jami’ul Usul-nya dan orang-orang yang
mengikuti pendapatnya.
Karena
sesungguhnya Ibnul Mala adalah seorang sahabat dari kalangan Ansar, sedangkan
Abu Sa’id maula ibnu Amir adalah seorang tabi’in, salah seorang maula Bani
Khuza’ah (yaitu Abdullah Amir Ibnu Kuraiz Al-Khuza’i). Hadis yang pertama
muttasil dan berpredikat sahih, sedangkan hadis kedua ini lahiriahnya munqati’
jika memang Abu Sa’id tidak mendengarnya dari Ubay ibnu Ka’b. Jika Abu Sa’id
benar-benar mendengarnya dari Ubay, maka untuk kebersihannya disyaratkan
disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim.
Menurut
Imam Ahmad, hadis ini diriwayatkan pula melalui Ubay ibnu Ka’b, bukan hanya
dari satu jalur.
C. حَدَّثَنَا
عفَّان، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ،
وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَ: ” يَا أُبَيُّ “، فَالْتَفَتَ ثُمَّ لَمْ يُجِبْهُ،
ثُمَّ قَالَ: أُبَيُّ، فَخَفِّفْ. ثُمَّ انصرف إلى رسول الل هـ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ أيْ رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ:
” وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ” [قَالَ] ” مَا مَنَعَكَ أيْ أُبَيُّ إِذْ دَعَوْتُكَ
أَنْ تُجِيبَنِي؟ “. قَالَ: أيْ رَسُولَ اللَّهِ، كُنْتُ فِي الصَّلَاةِ، قَالَ: ”
أَوَلَسْتَ تَجِدُ فِيمَا أَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ
وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الْأَنْفَالِ: 24] “. قَالَ:
بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَا أَعُودُ، قَالَ: ” أَتُحِبُّ أَنْ أُعَلِّمَكَ
سُورَةً لَمْ تُنَزَّلْ لَا فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي
الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا؟ ” قُلْتُ: نَعَمْ، أَيْ رَسُولَ
اللَّهِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي
لِأَرْجُو أَلَّا أَخْرُجَ مِنْ هَذَا الْبَابِ حَتَّى تَعْلَمَهَا ” قَالَ:
فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي
يُحَدِّثُنِي، وَأَنَا أَتَبَطَّأُ ، مَخَافَةَ أَنْ يَبْلُغَ قَبْلَ أَنْ
يَقْضِيَ الْحَدِيثَ، فَلِمَا دَنَوْنَا مِنَ الْبَابِ قُلْتُ: أيْ رَسُولَ
اللَّهِ، مَا السُّورَةُ الَّتِي وَعَدْتَنِي قَالَ: ” مَا تَقْرَأُ فِي
الصَّلَاةِ؟ “. قَالَ: فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ أُمَّ الْقُرْآنِ، قَالَ: ” وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ
وَلَا فِي الزَّبُورِ، وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلَهَا؛ إِنَّهَا السَّبْعُ
المثاني “.
Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Rahman ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu
Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. keluar menemui Ubay ibnu Ka’b yang saat itu sedang salat.
Beliau memanggil, “Hai Ubay!” Ubay menoleh, tetapi tidak menjawab, lalu ia
mempercepat salatnya. Setelah itu ia segera menemui Rasulullah Saw., lalu
bersalam kepadanya.”Assalamu’alaika, ya Rasulallah.”
Rasulullah
Saw. menjawab, “Wa’alaikas salam, hai Ubay.Apakah yang mencegahmu untuk tidak
menjawabku ketika aku memanggilmu?” Ubay menjawab.”Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku sedang dalam salatku.” Rasulullah Saw. bersabda, “Tidakkah
engkau menjumpai dalam apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadaku, bahwa
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada
suatu yang mem-beri kehidupan kepada kalian? (Al-Anfal: 24).” Ubay
menjawab.”Mereka benar, wahai Rasulullah, aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Rasul Saw.
bersabda, “Sukakah kamu bila aku mengajarkan kepadamu suatu surat yang tidak
pernah diturunkan di dalam kitab Taurat. tidak dalam kitab Injil, tidak dalam
kitab Zabur, tidak pula di dalam Al-Qur’an ada surat yang serupa dengannya?”
Ubay
menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku
benar-benar berharap, mudah-mudahan sebelum aku keluar dari pintu ini kamu
sudah mengetahuinya.” Lalu Rasulullah Saw. memegang tangan Ubay seraya
berbicara dengannya, dan Ubay memperlambat langkahnya karena khawatir beliau
sampai di pintu masjid sebelum menyampaikan hadisnya. Ketika mereka mendekati
pintu tersebut, Ubay bertanya, “Wahai Rasulullah, surat apakah yang engkau
janjikan kepadaku itu?” Rasulullah Saw. bertanya.”Surat apakah yang kamu baca
dalam salat?” Lalu Ubay membacakan kepadanya surat Ummul Qur’an, sesudah itu
beliau Saw. bersabda, “Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman
kekuasaan-Nya, Allah tidak pernah menurunkan di dalam kitab Taurat, tidak dalam
kitab Injil ser-ta tidak dalam kitab Zabur, tidak pula dalam Al-Qur’an suatu
surat yang serupa dengan surat itu (Ummul Qur’an). Sesungguhnya surat itu
adalah As-Sab’ul masani.”
Hadis ini
diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dari Qutaibah, dari Ad-Darawardi, dari
Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. Lalu Imam Turmuzi mengetengahkan
hadis ini, dan pada hadisnya ini terdapat kalimat,
إِنَّهَا مِنَ السَّبْعِ
الْمَثَانِي وَالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ الَّذِي أُعْطِيتُهُ
“Sesungguhnya
Al-Fatihah ini adalah As-Sab’ul masani dan Al-Qur’anul ‘azim yang diturunkan
kepadaku.”
kemudian
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan atau sahih. Dalam bab
yang sama diriwayatkan pula hadis ini melalui Anas ibnu Malik.
Hadis ini
diriwayatkan pula oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad, dari Ismail ibnu Abu Ma-mar,
dari Abu Usamah, dari Abdul Hamid ibnu Ja’far, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari
Abu Hurairah, dari Ubay ibnu Ka’b, lalu ia mengetengahkan hadis ini dengan
panjang lebar, semisal dengan hadis di atas atau mendekatinya.
Hadis ini
diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai secara bersamaan,
D. عَنْ
أَبِي عَمَّارٍ حُسَيْنِ بْنِ حُرَيْثٍ، عَنِ الْفَضْلِ بْنِ مُوسَى، عَنْ عَبْدِ
الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنِ الْعَلَاءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: ” مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ
مِثْلَ أُمِّ الْقُرْآنِ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي، وَهِيَ مَقْسُومَةٌ
بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي “
dari Abu
Ammar Husain ibnu Hurayyis, dari Al-Fadl ibnu Musa, dari Abdul Hamid ibnu
Ja’far, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Ubay ibnu Ka’b yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Allah tidak pernah
menurunkan di dalam kitab Taurat, tidak pula dalam kitab Injil hal yang semisal
dengan Ummul Qur’an; ia adalah As-Sab’ul masani dan ia terbagi antara Aku
(Allah Swt.) dan hamba-Ku menjadi dua bagian.
Demikianlah
menurut lafaz Imam Nasai. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi
garib.
E. وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا هَاشِمٌ
يَعْنِي ابْنَ الْبَرِيدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ
عَنِ ابْنِ جَابِرٍ قَالَ: انْتَهَيْتُ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَهَرَاقَ الماء فقلت: السلام عَلَيْكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ، قَالَ فَقُلْتُ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ، قَالَ: فَقُلْتُ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ، قَالَ: فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْشِي وَأَنَا خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلَ
رَحْلَهُ وَدَخَلْتُ أَنَا الْمَسْجِدَ فَجَلَسْتُ كَئِيبًا حَزِينًا فَخَرَجَ
عَلَيَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم وقد تَطَهَّرَ فَقَالَ: عَلَيْكَ السَّلَامُ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَعَلَيْكَ
السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ثُمَّ قَالَ: «أَلَا أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ جَابِرٍ بِأَخْيَرِ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ» قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ،
قَالَ «اقْرَأِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى تَخْتِمَهَا
Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah
menceritakan kepada kami Hasyim (yakni Ibnul Barid), telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Jabir yang menceritakan, “Aku
sampai kepada Rasulullah Saw. yang pada saat itu air (wudu untuk beliau) telah
dituangkan. maka aku mengucapkan. ‘Assalamu ‘alaika. ya Rasulallah. Tetapi
beliau tidak menjawabku. Maka aku ucapkan lagi, ‘Assalamu ‘aiaika, ya
Rasulallah.’ Beliau tidak menjawabku, dan kuucapkan lagi, ‘Assalamu ‘alaika, ya
Rasulallah, ‘tetapi beliau tetap tidak menjawabku. Rasulullah Saw. berjalan,
sedangkan aku berada di belakangnya hingga beliau masuk ke dalam kemahnya. Kemudian
aku masuk ke dalam masjid, lalu duduk dalam keadaan bersedih hati dan murung.
Kemudian Rasulullah Saw. keluar menemuiku, sedangkan beliau telah bersuci, lalu
bersabda, ‘Wa’alaikas salam warahmatullahi wabarakatuh, wa’alaikas salam
warahmatullahi wabarakatuh, wa’alaikas salam warahmatullah.’ Kemudian beliau
bersabda, ‘Maukah aku ajarkan kepadamu. hai Abdullah ibnu Jabir. suatu surat
yang paling baik dalam Al-Qur’an?’ Aku menjawab, ‘Tentu saja aku mau, wahai
Rasulullah.’ Rasulullah Saw. bersabda, ‘Bacalah Alhamdu lil-lahi rabbil
‘alamina hingga selesai’.”
Sanad hadis
ini jayyid (baik), dan Ibnu Aqil yang ada dalam sanad hadis ini hadisnya
dipakai sebagai hujah oleh para pemuka imam. sedangkan Abdullah ibnu Jabir
adalah seorang sahabat yang oleh Ibnul Jauzi disebut seorang dari kalangan Bani
Abdi. Pendapat yang lain mengatakan bahwa dia adalah Abdullah ibnu Jabir
Al-Ansari Al-Bayadi, menurut Al-Hafiz ibnu Asakir.
Mereka
menyimpulkan dalil dari hadis ini dan yang semisal dengannya, bahwa sebagian
dari ayat dan surat mempunyai kelebihan tersendiri atas sebagian yang lainnya.
Seperti yang diriwayatkan dari banyak ulama, antara lain Ishaq ibnu Rahawaih,
Abu Bakar ibnul Arabi, dan Ibnu Haffar dari kalangan mazhab Maliki. Sedangkan
segolongan lainnya dari kalangan ulama berpendapat bahwa tiada keutamaan dalam
hal tersebut karena semuanya adalah Kalamullah, agar keutamaan ini tidak
memberikan kesan bahwa hal yang dikalahkan keutamaannya mengandung kekurangan,
sekalipun pada kenyataannya semua mempunyai keutamaan. Demikian menurut yang
dinukil oleh Al-Qurtubi, dari Al-Asy’ari, Abu Bakar Al-Baqilani, Abu Hatim ibnu
Hibban Al-Busti, Abu Hayyan, dan Yahya ibnu Yahya, serta menurut salah satu
riwayat dari Imam Malik.
Imam
Bukhari di dalam Fadailil Qur’anmengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Wahb, telah menceritakan
kepada kami Hisyam, dari Muhammad ibnu Ma’bad, dari Abu Sa’id Al-Khudri yang
menceritakan bahwa ketika kami berada dalam suatu perjalanan. tiba-tiba datanglah
seorang budak perempuan muda, lalu ia berkata, “Sesungguhnya pemimpin kabilah
terkena sengatan binatang beracun, sedangkan kaum lelaki kami sedang tidak ada
di tempat. adakah di antara kalian yang dapat meruqyah? Maka bangkitlah seorang
laki-laki dari kalang’an kami bersamanya, padahal kami sebelumnya tidak pernah
memperhatikan bahwa dia dapat meruqyah (pengobatan dengan jampi). Kemudian
lelaki itu me-ruqyah-nya, dan ternyata pemimpin ka-bilah sembuh, maka pemimpin
kabilah memerintahkan agar memberi-nya upah berupa tiga puluh ekor kambing dan
memberi kami minum laban (yoghurt). Ketika lelaki itu kembali, kami bertanya
kepadanya.”Apakah kamu dapat me-niqyah atau kamu pandai me-ruqyah?” Ia
menjawab, “Tidak, aku hanya me-ruqyah dengan membaca Ummul Kitab.” Kami
berkata, “Janganlah kalian membicarakan sesuatu pun sebelum kita sampai dan
bertanya kepada Rasulullah.” Ketika tiba di Madinah, kami ceritakan hal itu
kepada Nabi Saw., dan beliau menjawab,
«وَمَا كَانَ
يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ»
“Siapakah
yang memberitahukan kepadanya bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah? Bagi-bagikanlah
dan berikanlah kepadaku satu bagian darinya!”
Abu Ma’mar
mengatakan telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan
kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sirin, telah
menceritakan kepadaku Ma’bad ibnu Sirin, dari Abu Sa’id Al-Khudri, hadis yang
sama. Imam Muslim dan Imam Abu Daud telah meriwayatkannya pula melalui riwayat
Hisyam, yaitu Ibnu Hassan, dari Ibnu Sirin dengan lafaz yang sama.
Menurut
sebagian riwayat yang diketengahkan Imam Muslim, Abu Sa’id Al Khudri adalah
orang yang me-ruqyah orang yang tersengat binatang berbisa itu. Mereka
menyebutkan orang yang terkena sengatan binatang berbisa dengan sebutan Salim
(orang yang sehat) dengan harapan semoga ia sembuh.
Imam Muslim
di dalam kitab Sahih-nya dan Imam Nasai di dalam kitab Sunan-nya telah
meriwayatkan dari hadis Abul Ahwas Salam ibnu Salim, dari Amman ibnu Zuraiq,
dari Abdullah ibnu Isa ibnu Abdurrahman ibnu Abu Laila, dari Sa’id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas yang menceritakan, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw.
yang saat itu sedang bersama Malaikat Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara
gemuruh di atasnya, lalu Jibril mengangkat pandangannya ke langit dan berkata,
‘Ini adalah suara pintu langit dibuka, pintu ini sama sekali belum pernah
dibuka.’ Lalu turunlah seorang malaikat dan langsung datang kepada Nabi Saw.,
kemudian berkata: Bergembiralah dengan dua cahaya yang telah diberikan kepadamu,
tiada seorang nabi pun sebelummu yang pernah diberi keduanya, yaitu Fatihatul
Kitab dan ayat-ayat terakhir dari surat Al-Baqarah. Tidak sekali-kali kamu
membaca suatu huruf darinya melainkan pasti kamu diberi (pahala)nya.
Demikianlah
menurut lafaz riwayat Imam Nasai, hampir sama dengan lafaz Imam Muslim.
F. قَالَ
مُسْلِمٌ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ، هُوَ ابْنُ
رَاهَوَيْهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الْعَلَاءِ، يَعْنِي
ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ
الحُرَقي عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” مَنْ
صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا أُمَّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِداج
-ثَلَاثًا-غَيْرُ تَمَامٍ “. فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ
الْإِمَامِ، قَالَ: اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ؛ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي
مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
[الْفَاتِحَةِ: 2] ، قَالَ اللَّهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قال: {الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ} [الْفَاتِحَةِ: 3] ، قَالَ اللَّهُ: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، فَإِذَا
قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} [الْفَاتِحَةِ: 4] ، قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي ”
-وَقَالَ مَرَّةً: ” فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي -فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الْفَاتِحَةِ: 5] ، قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ
عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ* صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ} [الْفَاتِحَةِ: 6، 7] ، قَالَ هَذَا لِعَبْدِي
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ “.
Imam Muslim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim Al-Hanzali (yaitu
Ibnu Rahawaih), telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Al-Ala
(yakni Ibnu Abdur Rahman ibnu Ya’qub Al-Kharqi), dari Abu Hurairah r.a., dari
Nabi Saw. yang telah bersabda: Barang siapa salat tanpa membaca Ummul Qur’an di
dalamnya, maka salatnya khidaj —sebanyak tiga kali— yakni tidak sempurna.
Kemudian dikatakan kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya kami salat di belakang
imam.” Abu Hurairah r.a. menjawab, “Bacalah untuk dirimu sendiri, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:Allah Swt.
berfirman, ‘Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan
bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Bila seorang hamba berkata. ‘Segala puji bagi
Allah. Tuhan semesta alam,’ Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ Bila ia
berkata, ‘Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,’ Allah berfirman, ‘Hamba-Ku
telah menyanjung-Ku.’ Bila ia berkata, ‘Yang Menguasai hari pembalasan,’ maka
Allah berfirman, Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku,’ dan adakalanya sesekali
berfirman, Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku’ Bila ia berkata, Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan,’
maka Allah berfirman, ‘Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa
yang dia minta.’ Bila ia berkata, ‘Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat,’ maka
Allah berfirman, ‘Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku yang dia minta.”
Demikian
pula yang diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Ishaq ibnu Rahawaih; keduanya
meriwayatkannya dari Qutaibah, dari Malik, dari Al-Ala, dari Abus Saib maula
Hisyam ibnu Zahrah, dari Abu Hurairah yang menurut lafaz hadis ini disebutkan:
«فَنِصْفُهَا لِي
وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ»
Separonya
buat-Ku dan separonya lagi buat hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang dia minta.
Hal yang
sama diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, dari Al-Ala. Imam Muslim meriwayatkannya
pula melalui hadis Ibnu Juraij, dari Al-Ala, dari Abus Saib, seperti hadis ini.
Ia meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Abu Uwais, dari Al-Ala, dari ayahnya dan
Abus Sa’ib, kedua-nya menerima hadis ini dari Abu Hurairah. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan, dan aku pernah menanyakan tentang
hadis ini kepada Abu Zar’ah, maka ia menjawab bahwa kedua hadis ini berpredikat
sahih, yaitu yang dari Al-Ala. dari ayahnya; dan yang dari Al-Ala, dari Abus
Sa’ib.
Hadis ini
diriwayatkan pula oleh Abdullah ibnul Imam Ahmad, dari hadis Al-Ala, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Ubay ibnu Ka’b secara panjang lebar.
G. قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ مِسْمَارٍ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا
زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا عَنْبسة بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ مُطَرَّف بْنِ
طَرِيفٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ كَعْبِ بْنِ عُجْرَة، عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” قال اللَّهُ
تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلَهُ مَا
سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} قَالَ:
حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} قَالَ: أَثْنَى
عَلَيَّ عَبْدِي. ثُمَّ قَالَ: هَذَا لِي وَلَهُ مَا بقي “
Ibnu Jarir
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Salih ibnu Mismar Al-Marwazi, telah
menceritakan kepada kami Zaid ibnu Habbab, telah menceritakan kepada kami
Anbasah ibnu Sa’id, dari Mutanif ibnu Tarif, dari Sa’id ibnu Ishaq, dari Ka’b
ibnu Ujrah. dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Allah Swt. berfirman, “Aku bagikan salat antara Aku dan
hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.” Apabila
seorang hamba mengucapkan, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,” maka
Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Apabila ia mengucapkan, “Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang,” Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku,”
kemudian Allah berfirman, “Ini untuk-Ku dan bagi hamba-Ku adalah yang sisanya.”
Hadis ini
garib bila ditinjau dari segi kalimat terakhir ini. Wallahua’lam
[Paramuda/BersamaDakwah]
Oleh M. Sholich
Mubarok 0
1 komentar:
Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802
Posting Komentar