Pentingnya Ilmu
dalam Ibadah
Ada ungkapan ulama besar yang secara garis besar
menyatakan, siapa saja yang melakukan amal ibadah tanpa ilmu, tanpa
pengetahuan, tanpa kemenger tian, amal-amalnya tidak akan diterima Allah SWT.
Itu sebabnya kalau kita mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW, pastikan kita,
keluarga kita, anak-anak kita, setiap saat harus punya semangat menuntut ilmu,
pendidian umat harus tinggi, penguasaan terhadap ilmu dan teknologi harus
tinggi, karena bahkan ibadah saja itu tidak akan akan diterima kecuali itu
berlandaskan ilmu. Di dunia, tidak mungkin seseorang akan mampu berkontribusi
dengan baik kalau dia tidak berilmu. Kalau dia tidak punya penge ta huan, agama
juga seperti itu.
Karena itu, banyak ulama mengingatkan kepada kita, kalau
mau berjuang untuk agama itu tidak cukup semangat saja. Oh, semangat nya luar
biasa, tapi ilmunya tidak ada. Saking semangatnya, misalnya, dia shalat Subuh
empat rakaat, padahal tidak ada ilmunya.
Dalam Islam diajarkan segala sesuatu yang sudah diajarkan
Nabi Muhammad SAW, sudah ada bilangannya dan bilangannya itu sifatnya
pembatasan, maka tidak boleh ada yang menambah, kecuali kalau bilangannya
sebagai contoh saja.
Misalnya, Rasulullah SAW mencontohkan kalau bertasbih
setelah shalat itu 33 kali bukan berarti kita tidak boleh menambah bertasbih
sambil jalan sampai 50 kali, 100 kali, atau 200 kali, tidak apa-apa karena kata
ulama, di situ angka bukan untuk memba tasi, tapi bagian dari contoh yang
disampaikan Rasulullah sifatnya bukan pembatasan. Nah, mengetahui ini semua
perlu belajar, itu sebabnya Rasul menyampaikan menuntut ilmu itu adalah
kewajiban bagi setiap oramg beriman, laki-laki maupun perempuan.
Menghadapi bulan suci Ramadhan yang mulia ini, kita sudah
tidak punya jalan untuk menghindar dari memahami tentang hukum-hukum dan
menjalani puasa dengan baik. Ajaran Islam itu ada yang harus diketahui siapa
pun seketika. Ilmu tentang shalat lima waktu, begitu akil baligh tidak bisa
kita katakan: "Ah, saya enggak mau belajar shalat nanti saja setahun lagi baru
belajar shalat." Karena shalat itu sifatnya untuk semua yang sudah berakil
baligh dan berakal.
Ada juga dalam Islam, kewajiban yang keharusan
mempelajari detailnya hanya berlaku bagi mereka yang hendak menjalani nya.
Contoh ibadah haji, kita semua tanpa kecuali wajib ketahui dan mengimani haji
itu rukun Islam. Tapi, manasiknya bagaimana, apakah kita semua tanpa kecuali
harus mempelajari rukun dan sunah haji secara mendalam? Menurut ulama tidak
demikian.
Yang wajib belajar detail hukum haji adalah orang yang
akan melaksanakan ibadah haji. Sekarang memasuki Ramadhan, tidak ada kata lain
yang kita lakukan selain belajar memahami agar bulan suci ini mendatang kan
keberkahan. Tidak hanya sukacita datangnya, tapi memastikan setiap saat
menghadirkan berlipat kebaikan.
Ketika akan masuk Ramadhan, kita diminta menghadirkan
niat yang baik, kira-kira rencana kita untuk Ramadhan itu apa, sekarang kita
simpan niat dalam hati kita, semisal pasang niat khatam Alquran saat Ramadhan.
Kata para ulama, songsong Ramadhan dengan menghadirkan dan menyiapkan niat
melaksanakan kebaikan.
Kedua, dulu Rasulullah ketika masuk Ramadhan beliau
mentradisikan saling meminta maaf antara para sababat. Jadi, kalau kita
biasanya mengirim permohonan maaf menjelang Idul Fitri, kalau tradisi Rasul
sebelum masuk Ramadhan beliau juga meminta maaf lahir dan batin.
Oleh: Dr TGH
Muhammad Zainul Majdi
0 komentar:
Posting Komentar