Selasa, 13 November 2018

Meraih kebahagiaan sejati


Meraih kebahagiaan sejati


Babur Ridho RahmatullahJumat, 16 September 2016Tausyiah Dakwah Islami, 0 komentar588 pembaca

Apakah kita bisa mendapatkan kebahagiaan abadi bila kita mencintai segala yang berada di dunia ini, seperti; anak, suami/istri, harta, kedudukan dan lain sebagainya...? jujurlah kepada diri kita sendiri.

karena Allah SWT telah berfirman: "Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir" (Q.S At Taubah (9) Ayat 55)

dan firman Allah SWT lagi yang artinya: "(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (Q.S ASy Syu'araa' (26) Ayat 88-89)

Pada dasarnya semua makhluk ciptaan Tuhan yang namanya manusia makhluk Tuhan yang paling mulia di alam jagat raya ini, karena dibekali akal yang sempurna. Kalau kita tahu bahwa kita makhluk paling sempurna seperti yang dikatakan Allah, kenapa tidak kita sempurnakan hati dan pikiran dan segenap jiwa raga kita kepada yang Maha Sempurna itu tanpa meninggalkan kehidupan di dunia, namun segala kehidupan dunia tidak menarik hatinya, dan mengapa kita tidak mencari dan meraih kebahagiaan yang kekal abadi itu....? karena Allah tidak pernah menyalahi janji-Nya (inna allaaha laa yukhliful mii'aad) kalau kita tepati janji Allah itu...pasti keridho'an Allah kita dapati. Dan ternyata..... cara untuk mendapatkan kebahagian sejati itu ternyata amatlah muda jika kita mau, bagaimana caranya....?

CINTAILAH TUHAN SEPENUH HATIMU, SEGENAP JIWA RAGAMU DENGAN SELALU BERADA DI SISI TUHAN YANG MAHA SUCI DAN DARI SEGALA YANG MAHA ITU. KEMBALIKAN SAJA RUH MILIK TUHAN YANG DI TITIPKAN-NYA KEPADA SETIAP MANUSIA UNTUK SETIAP SAAT DAN WAKTU MENYEBUT NAMA-NYA, ITULAH ORANG YANG MENEPATI JANJINYA DI AWAL WAKTU KEJADIAN.

Ketahuilah...bahwa Allah SWT telah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Al A'araf (7) ayat 172)

Dalam ayat ini cukup jelas menerangkan bahwa; sesungguhnya Allah mengambil kesaksian atas penyaksian ruh/jiwa kita kepada-Nya, itulah rukun Islam yang pertama, yaitu bersyahadat yang sesungguhnya "asyhadu allah ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah)"  dan selalu kita dapati di dunia ini ketika kita melaksanakan shalat, dan itu pula pengertian sesungguhnya secara hakikat shalat di awal waktu ( yaitu ; Awal mula ruh menyaksikan Tuhannya, itulah syahadat kita di dalam setiap shalat kita selalu menyaksikan Tuhannya dengan pandangan qalbu/hati) sebagaimana firman Allah SWT di atas:

wa-asyhadahum 'alaa anfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa Artinya: Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"

Itulah yang dikatakan Islam yang Sesungguhnya, setelah bersyahadat yang sesungguhnya.
Jadi bagaimana dengan syahadat umat Islam yang belum menyaksikan Tuhannya (yang disebut dengan ihsan)...? itulah yang disebut dengan (mohon maaf) syahadat dari turunan atau agama Islam turunan dari orang tua, karena orang tuanya beragama Islam, pastilah secara otomatis keturunannya pastilah beragama Islam, sedangkan agama Islam yang dikatakan Allah dalam firman-Nya amat nyata terang dan jelas dalam firman Allah sebagai berikut:

Maka apakah orang-orang yang dilapangkan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Q.S Az Zummar (39) Ayat 22)

Jadi bagi umat Islam yang telah bersyahadat yang sesungguhnya (Syahdatul bil Qalbi) secara benar, pas, tepat dan terarah pastilah merasakan kelapangan dihati didalam kehidupan ini.

Memang tidaklah salah agama Islam yang dianutnya selama ini, namun perlu kita ketahui dan kita sadari bagaimana kita mengerjakan shalat yang lima waktu dengan 9 kali bersyahadat....? sudah benarkah hati/jiwa kita menyaksikan Tuhan di dalam shalat dan dalam segala bentuk perbuatan kebaikan dan amal ibadah lainnya....? kalau hati kita atau pikiran kita masih jauh melalak (merabah) kemana-mana....tegasnya hati kita telah berpaling selain kepada Allah, bukankah ini dikatakan  Allah "orang-orang yang dalam kerugian"

Karena Allah SWT telah berfirman: Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi (Q.S Al Mujaddilah (58) Ayat 19)

Bukankah ini sangat berhubungan  dengan artikel kami yang sebelumnya yang berjudul "Syaitan juga bisa masuk surga"

Tegas...hal ini harus disampaikan dengan sebenarnya.

 Agar kita tidak melupakan atas penyaksian itu jika nanti setelah kita terlahir di dunia yang fana ini, itulah janji kita yang sesungguhnya kepada Allah SWT yang wajib kita tunaikan, dan Allah SWT pasti menagih janji kita tersebut.

Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat" (Q.S An Nahl (16) Ayat 91)

yang intinya dalam ayat ini adalah memenuhi janji Ruh/jiwa/hati kita kepada Tuhan, karena Tuhan selalu menagih janji itu.

Contohnya saja di dunia ini, kalau kita di tagih janji kita terus oleh orang lain, kita menjadi susah dan resah kalau tidak dapat ditepati karena terus di kejar-kajar dan diburuhnya dan selalui menghantui pikiran dan perasaan kita, bagaimana mau mendapatkan tentram dan tenang kalau belum dapat kita lunasi hutang-hutang kita itu. itupun di dunia hanya mendapatkan ketenangan dan ketentraman hanya sebatas pelunas hutang itu saja.

kalau kita menginginkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan yang sejati dan abadi itu secara totalitas, lunasi (bayarlah) janji kita itu kepada Tuhan dengan selalu menyebut nama-Nya/mengingat-Nya/berdzikir kepada-Nya...KEBAHAGIAAN PASTI AKAN DATANG.

Allah SWT telah berfirman: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Al A'araf (7) ayat 205)

Firman Allah SWT lagi yang artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar Rad (13) Ayat 28)

dan firman Allah SWT lagi yang artinya: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S Al Fath (48) Ayat 4)

Demikian...pasti adanya...jangan ragu...cari jalannya (wasilah)........dimana saja yang kamu sukai.....

asalkan berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits, Qisas, Ijma' Ulama...

MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN....

Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S Al Maidah (5) Ayat 35)




0 komentar:

Posting Komentar