Meraih kebahagiaan sejati
Babur Ridho RahmatullahJumat, 16 September 2016Tausyiah
Dakwah Islami, 0 komentar588 pembaca
Apakah kita bisa mendapatkan kebahagiaan abadi bila kita
mencintai segala yang berada di dunia ini, seperti; anak, suami/istri, harta,
kedudukan dan lain sebagainya...? jujurlah kepada diri kita sendiri.
karena Allah SWT telah berfirman: "Maka janganlah harta
benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki
dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam
kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam
keadaan kafir" (Q.S At Taubah (9) Ayat 55)
dan firman Allah SWT lagi yang artinya: "(yaitu) di
hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih" (Q.S ASy Syu'araa' (26) Ayat
88-89)
Pada dasarnya semua makhluk ciptaan Tuhan yang namanya
manusia makhluk Tuhan yang paling mulia di alam jagat raya ini, karena dibekali
akal yang sempurna. Kalau kita tahu bahwa kita makhluk paling sempurna seperti
yang dikatakan Allah, kenapa tidak kita sempurnakan hati dan pikiran dan segenap
jiwa raga kita kepada yang Maha Sempurna itu tanpa meninggalkan kehidupan di
dunia, namun segala kehidupan dunia tidak menarik hatinya, dan mengapa kita
tidak mencari dan meraih kebahagiaan yang kekal abadi itu....? karena Allah
tidak pernah menyalahi janji-Nya (inna allaaha laa yukhliful mii'aad) kalau
kita tepati janji Allah itu...pasti keridho'an Allah kita dapati. Dan
ternyata..... cara untuk mendapatkan kebahagian sejati itu ternyata amatlah
muda jika kita mau, bagaimana caranya....?
CINTAILAH TUHAN SEPENUH HATIMU, SEGENAP JIWA RAGAMU
DENGAN SELALU BERADA DI SISI TUHAN YANG MAHA SUCI DAN DARI SEGALA YANG MAHA
ITU. KEMBALIKAN SAJA RUH MILIK TUHAN YANG DI TITIPKAN-NYA KEPADA SETIAP MANUSIA
UNTUK SETIAP SAAT DAN WAKTU MENYEBUT NAMA-NYA, ITULAH ORANG YANG MENEPATI
JANJINYA DI AWAL WAKTU KEJADIAN.
Ketahuilah...bahwa Allah SWT telah berfirman yang
artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Al A'araf
(7) ayat 172)
Dalam ayat ini cukup jelas menerangkan bahwa;
sesungguhnya Allah mengambil kesaksian atas penyaksian ruh/jiwa kita
kepada-Nya, itulah rukun Islam yang pertama, yaitu bersyahadat yang
sesungguhnya "asyhadu allah ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar
rasulullah (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Nabi
Muhammad utusan Allah)" dan selalu
kita dapati di dunia ini ketika kita melaksanakan shalat, dan itu pula
pengertian sesungguhnya secara hakikat shalat di awal waktu ( yaitu ; Awal mula
ruh menyaksikan Tuhannya, itulah syahadat kita di dalam setiap shalat kita
selalu menyaksikan Tuhannya dengan pandangan qalbu/hati) sebagaimana firman
Allah SWT di atas:
wa-asyhadahum 'alaa anfusihim alastu birabbikum qaaluu
balaa syahidnaa Artinya: Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"
Itulah yang dikatakan Islam yang Sesungguhnya, setelah
bersyahadat yang sesungguhnya.
Jadi bagaimana dengan syahadat umat Islam yang belum
menyaksikan Tuhannya (yang disebut dengan ihsan)...? itulah yang disebut dengan
(mohon maaf) syahadat dari turunan atau agama Islam turunan dari orang tua,
karena orang tuanya beragama Islam, pastilah secara otomatis keturunannya
pastilah beragama Islam, sedangkan agama Islam yang dikatakan Allah dalam
firman-Nya amat nyata terang dan jelas dalam firman Allah sebagai berikut:
Maka apakah orang-orang yang dilapangkan Allah hatinya
untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang
telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang
nyata. (Q.S Az Zummar (39) Ayat 22)
Jadi bagi umat Islam yang telah bersyahadat yang
sesungguhnya (Syahdatul bil Qalbi) secara benar, pas, tepat dan terarah
pastilah merasakan kelapangan dihati didalam kehidupan ini.
Memang tidaklah salah agama Islam yang dianutnya selama
ini, namun perlu kita ketahui dan kita sadari bagaimana kita mengerjakan shalat
yang lima waktu dengan 9 kali bersyahadat....? sudah benarkah hati/jiwa kita
menyaksikan Tuhan di dalam shalat dan dalam segala bentuk perbuatan kebaikan
dan amal ibadah lainnya....? kalau hati kita atau pikiran kita masih jauh
melalak (merabah) kemana-mana....tegasnya hati kita telah berpaling selain
kepada Allah, bukankah ini dikatakan
Allah "orang-orang yang dalam kerugian"
Karena Allah SWT telah berfirman: Syaitan telah menguasai
mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan
syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang
merugi (Q.S Al Mujaddilah (58) Ayat 19)
Bukankah ini sangat berhubungan dengan artikel kami yang sebelumnya yang
berjudul "Syaitan juga bisa masuk surga"
Tegas...hal ini harus disampaikan dengan sebenarnya.
Agar kita tidak
melupakan atas penyaksian itu jika nanti setelah kita terlahir di dunia yang
fana ini, itulah janji kita yang sesungguhnya kepada Allah SWT yang wajib kita
tunaikan, dan Allah SWT pasti menagih janji kita tersebut.
Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan tepatilah
perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat" (Q.S An Nahl (16) Ayat 91)
yang intinya dalam ayat ini adalah memenuhi janji
Ruh/jiwa/hati kita kepada Tuhan, karena Tuhan selalu menagih janji itu.
Contohnya saja di dunia ini, kalau kita di tagih janji
kita terus oleh orang lain, kita menjadi susah dan resah kalau tidak dapat
ditepati karena terus di kejar-kajar dan diburuhnya dan selalui menghantui
pikiran dan perasaan kita, bagaimana mau mendapatkan tentram dan tenang kalau
belum dapat kita lunasi hutang-hutang kita itu. itupun di dunia hanya
mendapatkan ketenangan dan ketentraman hanya sebatas pelunas hutang itu saja.
kalau kita menginginkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan
yang sejati dan abadi itu secara totalitas, lunasi (bayarlah) janji kita itu
kepada Tuhan dengan selalu menyebut nama-Nya/mengingat-Nya/berdzikir
kepada-Nya...KEBAHAGIAAN PASTI AKAN DATANG.
Allah SWT telah berfirman: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai. (Al A'araf (7) ayat 205)
Firman Allah SWT lagi yang artinya: (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar Rad (13) Ayat
28)
dan firman Allah SWT lagi yang artinya: Dia-lah yang
telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan
mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana (Q.S Al Fath (48) Ayat 4)
Demikian...pasti adanya...jangan ragu...cari jalannya
(wasilah)........dimana saja yang kamu sukai.....
asalkan berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits, Qisas, Ijma'
Ulama...
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN....
Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S Al
Maidah (5) Ayat 35)
0 komentar:
Posting Komentar