PENGALAMAN
MENGAMALKAN YA FATTAH YA RAZZAQ
Pengalaman mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq ini saya
lakukan atau terjadi pada tahun 2010. Ketika itu saya terpaksa hidup susah demi
ingin memiliki rumah sendiri di Jakarta. Untuk membeli rumah saya mengambil hutang
di bank. Keadaan saya semakin parah ketika saya ditipu oleh orang yang
mengurusi surat-surat rumah saya yang baru tersebut. Melihat penampilannya yang
seperti kyai, kata-katanya meyakinkan tentang agama, maklum dia lulusan salah
satu pesantren terbaik di pulau jawa, saya ditipunya mentah-mentah karena saya
tidak pernah berprasangka buruk pada orang yang ilmu agamanya dalam. Karena
tertipu tersebut keadaan saya jadi parah.
Sisa gaji waktu itu hanya seratus empat puluh ribu rupiah
ditambah uang makan tiga ratus ribu rupiah. Ada lagi uang tambahan dari kantor
dua ratus lima puluh ribu rupiah dan itu khusus untuk uang susu anak saya. Jadi
waktu itu uang saya total empat ratus empat puluh ribu rupiah untuk makan satu
keluarga, bayar listrik, bayar pam, transportasi dan juga biaya kesehatan
keluarga bila sedang sakit.
Saya akhirnya mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq supaya
rejeki yang sedang sempit terbuka lebar dan saya diberi kecukupan. Amalan ya
fattah ini saya amalkan setahun lamanya karena setelah setahun alhamdulillah
rejeki saya sudah cukup dan kehidupan normal kembali. Oh ya, cara mengamalkan
ya fattah ya razzaq ini adalah dengan cara dzikir hati. Jadi buka sehabis
shalat saja saya amalkan ya fattah ya razzaq ini, tapi ketika terjaga dan dalam
keadaan apapun ya sebut Allah SWT dengan sebutan Ya Fattah Ya Razzaq ini dan
meminta pertolongan padaNya.
Banyak keajaiban dalam mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq
ini.
Suatu hari menjelang akhir-akhir bulan keuangan
benar-benar seret, uang tinggal sedikit. Saya mengajak istri dan anak
jalan-jalan keliling gang dengan naik motor. Tidak disangka-sangka saya melihat
uang sepuluh ribu rupiah dan alhamdulillah uang tersebut sangat berguna dan
sangat membantu.
Kali lain saya dan istri dan anak mau keliling kompleks
untuk mencari tempat prosotan atau tempat mainan anak-anak. Tidak sengaja saya
melihat uang dua puluh ribu rupiah dan segera saja saya suruh istri
mengambilnya dan alhamdulillah berguna menambah keuangan.
Suatu hari menjelang akhir bulan, saya benar-benar
bingung karena sebelum berangkat kerja istri bilang bahwa dia sama sekali tidak
punya uang. Jadi intinya hari itu saya harus pulang membawa uang. Saya
benar-benar bingung karena untuk pinjam sama teman-teman tidak berani lagi. Di
saat seperti itu saya harus tetap menjadi rasa percaya saya pada Allah dan
tidak boleh putus asa. Saya harus memelihara prasangka baik saya pada Allah
bahwa Allah pasti akan membantu. Dalam hati saya mengeluhkan keadaan saya
kepada Allah dan terus meminta dengan asmaul husna ya fattah ya razzaq. Saya
mencoba menghilangkan rasa stres saya dengan jalan-jalan ditaman kantor.
Tiba-tiba mata saya tertuju pada uang sebesar lima puluh ribu rupiah dan segera
saja saya injak karena takut uang tersebut kabur. Alhamdulillah sekali, hari
itu saya tertolong.
Suatu hari saya bermimpi bahwa saya dan teman-teman akan
mendapatkan rejeki yang tidak masuk akal. Saya tahu kalau saya akan mendapatkan
rejeki setelah menafsirkan mimpi tersebut. (insya Allah akan saya ceritakan
dengan judul lain). Berdebar-debar saya menunggu rejeki tersebut. Setelah
beberapa hari rejeki yang saya maksud belum kunjung datang. Saya takut kalau
hal tersebut tidak jadi kenyataan dan saya dicap sebagai pembohong dan mimpi
saya tidak benar. Seminggu setelah mimpi tersebut saya dan teman-teman di
kantor dipanggil atasan dan diberi amplop oleh seorang atasan yang saya kenal
pelit. Setelah di buka ternyata berisi uang sebesar satu juta rupiah. Rejeki
tersebut memang benar-benar tidak masuk akal
karena orang yang memberi adalah atasan yang dikenal pelit namun kini
tiba-tiba memberi uang sebagai tanda syukur karena jabatan dia promosi.
Sebenarnya ada banyak rejeki tak terduga selama
mengamalkan ya fattah ya razzaq ini, dari menemukan uang sebesar sepuluh ribu,
dua puluh ribu, lima puluh ribu, ada orang yang memberi sebesar seratus ribu,
lima ratus ribu dan satu juta. Yang saya tulis ini adalah benar-benar tidak
direkayasa. Ada beberapa kali saya mendapatkan uang dari pemberian orang lain
yang bernilai ratusan ribu rupiah beberapa kali tanpa saya memberi jasa.
Terakhir kali saya yang tidak pernah percaya pada undian pada akhirnya saya
mendapatkan rejeki dari undian berupa satu sepeda motor baru. Insya Allah ini
juga merupakan khasiat atau berkah dari mengamalkan ya fattah ya razzaq. (ini
juga insya Allah akan saya ceritakan dalam postingan lain).
Dalam mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq ini sebaiknya juga
dibarengi dengan banyak beristigfar, merendahkan diri kepada Allah, dan jangan
malas. Kalau ada peluang mendapatkan rizki walaupun kecil nilainya sebaiknya
disabet saja atau dijalankan dengan ikhlas, siapa tahu ini adalah jalan menuju
rizki yang lebih besar. Insya Allah selalu ada jalan dari segala permasalahan.
Satu lagi pesan saya selalu berprangka baiklah kepada Allah walaupun dalam
keadaan yang kritis sekalipun dimana seakan jalan sudah menjadi buntuk dan
mustahil doa terkabul. Sesungguhnya Allah mengikuti prasangka hambaNya.
http://angetanget.com/index.php/surga/4-pengalaman-mengamalkan-ya-fattah-ya-razzaq
------------------------------------------------
Catatan ;
Kata Ar-Razzaq hanya bisa kita temukan dalam al-Qur’an
sekali saja, sebagaimana yang disebut di awal tulisan ini. Tetapi yang
menggunakan akar kata yang sama, ra-za-qa dapat kita jumpai di banyak surat
dan ayat al-Qur’an.
Pada awalnya rezeki itu bermakna tunggal, yaitu pemberian
untuk jangka waktu tertentu. Makna ini sekaligus membedakan antara rezeki
dengan hibah, atau antara makna Ar-Razzaq dengan Al-Wahhab. Dalam
perkembangannya makna rezeki itu meluas dan melebar, kadang bermakna pangan,
pemenuhan kebutuhan, gaji, juga hujan yang turun dari langit, bahkan anugerah
kenabian pun disebut sebagai rezeki, sebagaimana perkataan Nabi Syuaib kepada
kaumnya:
“Wahai kaumku, bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai
bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahi aku dari-Nya rizki yang
baik (yakni kenabian)?” (QS. Huud: 88)
Dengan demikian, maka rizki itu bisa meliputi segala
pemberian yang dapat dimanfaatkan, baik bersifat material maupun spiritual.
Rizki itu tidak hanya bersifat kebendaan, tapi juga bisa berupa kebahagiaan,
sembuh dari sakit, kesempatan beribadah dengan baik, hidayah, dan banyak lagi
lainnya. Sungguh tak terhingga rizki yang telah diberikan kepada kita.
Setiap makhluk hidup telah dijamin rizkinya oleh Allah,
apalagi manusia. Tak seorangpun dibiarkan hidup tanpa jaminan rizki,
sebagaimana firman-Nya:
“Dan tidak satu binatang melata yang bergerak di muka
bumi, kecuali Allah telah menjamin rizkinya.” (QS. Huud: 6)
Karenanya, tidak ada alasan bagi manusia untuk mencari
rizki yang haram, sebab rizki yang halal sudah disedikan buat mereka. Hanya
saja mereka kurang bersabar atau mereka kurang puas (tidak qanaah). Andai saja
mereka sedikit bersabar atau memiliki sifat qana’ah, tentulah mereka akan
mendapatkan rizki yang baik dan halal.
Tentu saja rizki itu tidak datang begitu saja, melainkan
harus diusahakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan “sunnatullah”. Bukankah
semua manusia terikat oleh hukum-hukum yang mengatur makhluk dan
kehidupannya? Sesungguhnya rasa lapar dan hausnya, hingga insting untuk
mempertahankan dirinya merupakan jaminan rizki dari Allah. Tanpa rasa lapar,
tanpa insting mempertahankan diri, manusia tak terdorong untuk mencari makan
(bekerja).
Bersamaan dengan itu, Allah SWT menghamparkan bumi yang
di dalam dan di atasnya terdapat rizki yang berlimpah ruah. Segala yang
dibutuhkan manusia terdapat di sini, berapapun besarnya jumlah penduduk bumi.
Kalaulah teori Malthus itu benar, tentu sekarang ini terjadi kelangkaan bahan
pangan dan sebagian besar manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya.
Ternyata, sebagian besar manusia hidup lebih makmur.
Jarak antara manusia dengan rizkinya lebih jauh
dibandingkan dengan binatang, apalagi tumbuh-tumbuhan. Allah menyiapkan rizki
pada tetumbuhan di tempat tumbuhnya, sedang bagi binatang disediakan dalam
jumlah yang banyak, hanya saja harus ada usaha untuk mendapatkannya. Bedanya
dengan manusia, jika binatang cukup dengan mengandalkan instingnya, sedang
manusia harus berusaha dengan menggunakan akal, ilmu, dan sedikit teknologi.
Allah telah menyiapkan sarana yang cukup, sedang manusia
diperintahkan untuk mengolahnya. Pengelolaan itulah yang menjadi nilai tambah.
Itulah rizki, sebab Allah mendatangkan rizki-Nya melalui keterlibatan
tangan-tangan makhluk-Nya. Itulah sebabnya, Al-Qur’an memilih kata “Nahnu” atau
“Kami” ketika berbicara tentang pemberian rizki, sebagaimana firman-Nya:
“Kami memberi rizki kepadamu dan kepada mereka anak
keturunanmu.” (QS. Al-An’Am: 151)
Jaminan rizki itu juga diberikan kepada “Daabat” yang
berarti makhluk melata yang bergerak. Kata bergerak itu menjadi sangat penting,
sebab jangan berharap mendapatkan rizki dari-Nya sementara kita tinggal diam,
menunggu, pasif, malas bekerja, atau bekerja tanpa ilmu, tanpa akal, dan tanpa
tehnologi. Untuk mendapatkan zamzam, Siti Hajar harus lari-lari dari bukit
Shafa dan Marwa. Itulah pelajaran sya’i yang kita dapatkan dari ibadah haji.
Bagaimana cara meneladani sifat Allah Ar-Razzaq? Sangat
mudah, kita hanya dituntut untuk membagikan (sharing) dari sebagian rizki yang
telah dianugerahkan oleh-Nya untuk para fakir miskin dan orang-orang yang lebih
membutuhkan.
“Dan nafkahkanlah sebagian dari apa yang Kami rizkikan
kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 54)
Ketika perintah ini kita laksanakan, ketika kita
membagikan sedikit rizki Allah kepada mereka yang berhak menerimanya, maka saat
itu sesungguhnya kita sedang meneladani akhlak Allah, Ar-Razzaq. Mudah-mudahan
kita bisa menjalankannya. (Hamim Thohari)
http://hilmanmuchsin.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar