Senin, 08 Agustus 2022

PENGALAMAN MENGAMALKAN YA FATTAH YA RAZZAQ

PENGALAMAN MENGAMALKAN YA FATTAH YA RAZZAQ

 

Pengalaman mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq ini saya lakukan atau terjadi pada tahun 2010. Ketika itu saya terpaksa hidup susah demi ingin memiliki rumah sendiri di Jakarta. Untuk membeli rumah saya mengambil hutang di bank. Keadaan saya semakin parah ketika saya ditipu oleh orang yang mengurusi surat-surat rumah saya yang baru tersebut. Melihat penampilannya yang seperti kyai, kata-katanya meyakinkan tentang agama, maklum dia lulusan salah satu pesantren terbaik di pulau jawa, saya ditipunya mentah-mentah karena saya tidak pernah berprasangka buruk pada orang yang ilmu agamanya dalam. Karena tertipu tersebut keadaan saya jadi parah.

Sisa gaji waktu itu hanya seratus empat puluh ribu rupiah ditambah uang makan tiga ratus ribu rupiah. Ada lagi uang tambahan dari kantor dua ratus lima puluh ribu rupiah dan itu khusus untuk uang susu anak saya. Jadi waktu itu uang saya total empat ratus empat puluh ribu rupiah untuk makan satu keluarga, bayar listrik, bayar pam, transportasi dan juga biaya kesehatan keluarga bila sedang sakit.

Saya akhirnya mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq supaya rejeki yang sedang sempit terbuka lebar dan saya diberi kecukupan. Amalan ya fattah ini saya amalkan setahun lamanya karena setelah setahun alhamdulillah rejeki saya sudah cukup dan kehidupan normal kembali. Oh ya, cara mengamalkan ya fattah ya razzaq ini adalah dengan cara dzikir hati. Jadi buka sehabis shalat saja saya amalkan ya fattah ya razzaq ini, tapi ketika terjaga dan dalam keadaan apapun ya sebut Allah SWT dengan sebutan Ya Fattah Ya Razzaq ini dan meminta pertolongan padaNya.

Banyak keajaiban dalam mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq ini.

Suatu hari menjelang akhir-akhir bulan keuangan benar-benar seret, uang tinggal sedikit. Saya mengajak istri dan anak jalan-jalan keliling gang dengan naik motor. Tidak disangka-sangka saya melihat uang sepuluh ribu rupiah dan alhamdulillah uang tersebut sangat berguna dan sangat membantu.

Kali lain saya dan istri dan anak mau keliling kompleks untuk mencari tempat prosotan atau tempat mainan anak-anak. Tidak sengaja saya melihat uang dua puluh ribu rupiah dan segera saja saya suruh istri mengambilnya dan alhamdulillah berguna menambah keuangan.

Suatu hari menjelang akhir bulan, saya benar-benar bingung karena sebelum berangkat kerja istri bilang bahwa dia sama sekali tidak punya uang. Jadi intinya hari itu saya harus pulang membawa uang. Saya benar-benar bingung karena untuk pinjam sama teman-teman tidak berani lagi. Di saat seperti itu saya harus tetap menjadi rasa percaya saya pada Allah dan tidak boleh putus asa. Saya harus memelihara prasangka baik saya pada Allah bahwa Allah pasti akan membantu. Dalam hati saya mengeluhkan keadaan saya kepada Allah dan terus meminta dengan asmaul husna ya fattah ya razzaq. Saya mencoba menghilangkan rasa stres saya dengan jalan-jalan ditaman kantor. Tiba-tiba mata saya tertuju pada uang sebesar lima puluh ribu rupiah dan segera saja saya injak karena takut uang tersebut kabur. Alhamdulillah sekali, hari itu saya tertolong.

Suatu hari saya bermimpi bahwa saya dan teman-teman akan mendapatkan rejeki yang tidak masuk akal. Saya tahu kalau saya akan mendapatkan rejeki setelah menafsirkan mimpi tersebut. (insya Allah akan saya ceritakan dengan judul lain). Berdebar-debar saya menunggu rejeki tersebut. Setelah beberapa hari rejeki yang saya maksud belum kunjung datang. Saya takut kalau hal tersebut tidak jadi kenyataan dan saya dicap sebagai pembohong dan mimpi saya tidak benar. Seminggu setelah mimpi tersebut saya dan teman-teman di kantor dipanggil atasan dan diberi amplop oleh seorang atasan yang saya kenal pelit. Setelah di buka ternyata berisi uang sebesar satu juta rupiah. Rejeki tersebut memang benar-benar tidak masuk akal  karena orang yang memberi adalah atasan yang dikenal pelit namun kini tiba-tiba memberi uang sebagai tanda syukur karena jabatan dia promosi.

Sebenarnya ada banyak rejeki tak terduga selama mengamalkan ya fattah ya razzaq ini, dari menemukan uang sebesar sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, ada orang yang memberi sebesar seratus ribu, lima ratus ribu dan satu juta. Yang saya tulis ini adalah benar-benar tidak direkayasa. Ada beberapa kali saya mendapatkan uang dari pemberian orang lain yang bernilai ratusan ribu rupiah beberapa kali tanpa saya memberi jasa. Terakhir kali saya yang tidak pernah percaya pada undian pada akhirnya saya mendapatkan rejeki dari undian berupa satu sepeda motor baru. Insya Allah ini juga merupakan khasiat atau berkah dari mengamalkan ya fattah ya razzaq. (ini juga insya Allah akan saya ceritakan dalam postingan lain).

Dalam mengamalkan Ya Fattah Ya Razzaq ini sebaiknya juga dibarengi dengan banyak beristigfar, merendahkan diri kepada Allah, dan jangan malas. Kalau ada peluang mendapatkan rizki walaupun kecil nilainya sebaiknya disabet saja atau dijalankan dengan ikhlas, siapa tahu ini adalah jalan menuju rizki yang lebih besar. Insya Allah selalu ada jalan dari segala permasalahan. Satu lagi pesan saya selalu berprangka baiklah kepada Allah walaupun dalam keadaan yang kritis sekalipun dimana seakan jalan sudah menjadi buntuk dan mustahil doa terkabul. Sesungguhnya Allah mengikuti prasangka hambaNya.

 

http://angetanget.com/index.php/surga/4-pengalaman-mengamalkan-ya-fattah-ya-razzaq

------------------------------------------------

Catatan ;

Kata Ar-Razzaq hanya bisa kita temukan dalam al-Qur’an sekali saja, sebagaimana yang disebut di awal tulisan ini. Te­tapi yang menggunakan akar kata yang sama, ra-za-qa dapat kita jumpai di ba­nyak surat dan ayat al-Qur’an.

Pada awalnya rezeki itu bermakna tunggal, yaitu pemberian untuk jangka waktu tertentu. Makna ini sekaligus mem­bedakan antara rezeki dengan hibah, atau antara makna Ar-Razzaq dengan Al-Wahhab. Dalam perkembangannya makna rezeki itu meluas dan melebar, kadang bermakna pangan, pemenuhan kebutuhan, gaji, juga hujan yang turun dari langit, bahkan anugerah kenabian pun disebut sebagai rezeki, sebagaimana perkataan Nabi Syuaib kepada kaumnya:

“Wahai kaumku, bagaimana penda­patmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahi aku dari-Nya rizki yang baik (yakni kenabian)?” (QS. Huud: 88)

Dengan demikian, maka rizki itu bisa meliputi segala pemberian yang dapat dimanfaatkan, baik bersifat material maupun spiritual. Rizki itu tidak hanya bersifat kebendaan, tapi juga bisa berupa kebahagiaan, sembuh dari sakit, kesempatan beribadah dengan baik, hidayah, dan banyak lagi lainnya. Sungguh tak terhingga rizki yang telah diberikan kepada kita.

Setiap makhluk hidup telah dijamin rizkinya oleh Allah, apalagi manusia. Tak seorangpun dibiarkan hidup tanpa jaminan rizki, sebagaimana firman-Nya:

“Dan tidak satu binatang melata yang bergerak di muka bumi, kecuali Allah telah menjamin rizkinya.” (QS. Huud: 6)

Karenanya, tidak ada alasan bagi manusia untuk mencari rizki yang haram, sebab rizki yang halal sudah disedikan buat mereka. Hanya saja mereka kurang bersabar atau mereka kurang puas (tidak qanaah). Andai saja mereka sedikit ber­sabar atau memiliki sifat qana’ah, tentulah mereka akan mendapatkan rizki yang baik dan halal.

Tentu saja rizki itu tidak datang be­gitu saja, melainkan harus diusahakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan “sunnatullah”. Bukankah semua manu­sia terikat oleh hukum-hukum yang meng­atur makhluk dan kehidupannya? Sesungguhnya rasa lapar dan hausnya, hingga insting untuk mempertahankan dirinya merupakan jaminan rizki dari Allah. Tanpa rasa lapar, tanpa insting mempertahankan diri, manusia tak terdorong untuk mencari makan (bekerja).

Bersamaan dengan itu, Allah SWT menghamparkan bumi yang di dalam dan di atasnya terdapat rizki yang berlimpah ruah. Segala yang dibutuhkan manusia terdapat di sini, berapapun besarnya jumlah penduduk bumi. Kalaulah teori Malthus itu benar, tentu sekarang ini terjadi kelangkaan bahan pangan dan sebagian besar manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Ternyata, sebagian besar manusia hidup lebih makmur.

Jarak antara manusia dengan rizkinya lebih jauh dibandingkan dengan binatang, apalagi tumbuh-tumbuhan. Allah menyiapkan rizki pada tetumbuh­an di tempat tumbuhnya, sedang bagi binatang disediakan dalam jumlah yang banyak, hanya saja harus ada usaha untuk mendapatkannya. Bedanya dengan manusia, jika binatang cukup dengan mengandalkan instingnya, sedang manusia harus berusaha dengan menggunakan akal, ilmu, dan sedikit teknologi.

Allah telah menyiapkan sarana yang cukup, sedang manusia diperintahkan untuk mengolahnya. Pengelolaan itulah yang menjadi nilai tambah. Itulah rizki, sebab Allah mendatangkan rizki-Nya me­la­lui keterlibatan tangan-tangan makhluk-Nya. Itulah sebabnya, Al-Qur’an memilih kata “Nahnu” atau “Kami” ketika berbicara tentang pemberian rizki, seba­gaimana firman-Nya:

“Kami memberi rizki kepadamu dan kepada mereka anak keturunanmu.” (QS. Al-An’Am: 151)

Jaminan rizki itu juga diberikan ke­pada “Daabat” yang berarti makhluk melata yang bergerak. Kata bergerak itu menjadi sangat penting, sebab jangan berharap mendapatkan rizki dari-Nya sementara kita tinggal diam, menunggu, pasif, malas bekerja, atau bekerja tanpa ilmu, tanpa akal, dan tanpa tehnologi. Untuk mendapatkan zamzam, Siti Hajar harus lari-lari dari bukit Shafa dan Marwa. Itulah pelajaran sya’i yang kita dapatkan dari ibadah haji.

Bagaimana cara meneladani sifat Allah Ar-Razzaq? Sangat mudah, kita hanya dituntut untuk membagikan (sharing) dari sebagian rizki yang telah dianugerahkan oleh-Nya untuk para fakir miskin dan orang-orang yang lebih membutuhkan.

“Dan nafkahkanlah sebagian dari apa yang Kami rizkikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 54)

Ketika perintah ini kita laksanakan, ketika kita membagikan sedikit rizki Allah kepada mereka yang berhak menerimanya, maka saat itu sesungguhnya kita sedang meneladani akhlak Allah, Ar-Razzaq. Mudah-mudahan kita bisa menjalankannya. (Hamim Thohari)

http://hilmanmuchsin.blogspot.com

 

0 komentar:

Posting Komentar