Manfaat Bersyukur
Kembali kepada yang Bersyukur
Apa manfaat bersyukur?
Dalam ayat ke-12 dari surah Luqman disebutkan,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri.”
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang bersyukur, maka manfaat dan pahalanya
akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ عَمِلَ
صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
“Dan
barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka
menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar-Ruum: 44). (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 6:114).
Sebaliknya
barangsiapa yang mengingkari nikmat atau enggan bersyukur,
وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”. (QS. Luqman: 12).
Allah itu
Maha Kaya (Al-Ghaniy), tidak butuh pada hamba. Jika hamba tidak bersyukur, itu
pun tidak membuat Allah tersakiti. Jika seluruh penduduk di muka bumi kufur,
Allah tidak bergantung pada yang lainnya. Laa ilaha illallah, tidak ada yang
berhak disembah selain Allah (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:114). Yahya bin
Salam berkata, “Allah itu Maha Kaya (Al-Ghaniy), tidak butuh pada selain Dia.
Allah pun Maha Terpuji (Al-Hamid) dalam segala perbuatan-Nya.” (Fath Al-Qadir,
4:312).
Dalam
hadits qudsi ditunjukkan bahwa Allah tidak butuh pada rasa syukur seorang hamba
dan jika mereka tidak bersyukur, itu pun tidaklah mengurangi kekuasaan Allah.
Hadits qudsi tersebut menyebutkan,
يَا عِبَادِى لَوْ
أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا
عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا
عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai
hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian,
sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling
bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika
orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia
dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara
kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim, no.
2577).
Ayat dari
surah Luqman di atas mengajarkan kepada kita untuk bersyukur atas berbagai
macam nikmat, lebih-lebih lagi dengan nikmat yang begitu besar yang Allah
anugerahkan. Kepahaman terhadap agama adalah suatu nikmat yang besar dan begitu
berharga. Kepahaman terhadap agama Islam pun termasuk hikmah. Jika kita
diberikan anugerah ilmu oleh Allah, rajin-rajinlah untuk selalu bersyukur
kepada-Nya.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS.
Ibrahim: 7).
Mengenai
surah Ibrahim ayat ketujuh, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Siapa
yang bersyukur atas nikmat Allah, Allah akan menjadikannya semakin taat.”
Ar-Rabi’ berkata, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan
menambahkan karunia.” Muqatil berkata, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah,
maka Allah akan menambahkan baginya kebaikan di dunia.” (Lihat Zaad Al-Masiir,
4:347).
Begitu pula
terhadap nikmat yang terlihat kecil dan sepele, syukurilah. Jika nikmat kecil
saja tidak bisa disyukuri, bagaimana lagi dengan nikmat yang besar. Dalam
hadits disebutkan,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ
الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang
siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit, maka ia tidak akan mampu
mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4:278. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.
667, 2:272)
Kesimpulannya,
bersyukur memiliki manfaat kembali kepada diri orang yang bersyukur dan akan
membuat nikmatnya akan terus ditambah oleh Allah. Syukur tentu saja dengan taat
kepada Allah.
Semoga kita
menjadi hamba yang bersyukur.
Referensi:
Fath Al-Qadir Al-Jam’u bayna Fanni Ar-Riwayah wa
Ad-Dirayah min ‘Ilmi At-Tafsir. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Muhammad bin ‘Ali
Asy-Syaukani. Tahqiq: Dr. ‘Abdurrahman ‘Umairah. Penerbit Darul Wafa’.
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Cetakan Tahun 1415 H.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Alhani. Penerbit Maktabah Al-Ma’arif.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431
H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar
Ibnul Jauzi.
Zaad Al-Masiir. Cetakan keempat, Tahun 1407 H. Ibnul
Jauzi (Abul Farah Jamaluddin ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi
Al-Qurasyi Al-Baghdadiy. Penerbit Al-Maktab Al-Islami.
—
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
Apa manfaat bersyukur?
Dalam ayat ke-12 dari surah Luqman disebutkan,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri.”
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang bersyukur, maka manfaat dan pahalanya
akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ عَمِلَ
صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
“Dan
barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka
menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar-Ruum: 44). (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 6:114).
Sebaliknya
barangsiapa yang mengingkari nikmat atau enggan bersyukur,
وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”. (QS. Luqman: 12).
Allah itu
Maha Kaya (Al-Ghaniy), tidak butuh pada hamba. Jika hamba tidak bersyukur, itu
pun tidak membuat Allah tersakiti. Jika seluruh penduduk di muka bumi kufur,
Allah tidak bergantung pada yang lainnya. Laa ilaha illallah, tidak ada yang
berhak disembah selain Allah (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:114). Yahya bin
Salam berkata, “Allah itu Maha Kaya (Al-Ghaniy), tidak butuh pada selain Dia.
Allah pun Maha Terpuji (Al-Hamid) dalam segala perbuatan-Nya.” (Fath Al-Qadir,
4:312).
Dalam
hadits qudsi ditunjukkan bahwa Allah tidak butuh pada rasa syukur seorang hamba
dan jika mereka tidak bersyukur, itu pun tidaklah mengurangi kekuasaan Allah.
Hadits qudsi tersebut menyebutkan,
يَا عِبَادِى لَوْ
أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا
عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا
عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai
hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian,
sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling
bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika
orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia
dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara
kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim, no.
2577).
Ayat dari
surah Luqman di atas mengajarkan kepada kita untuk bersyukur atas berbagai
macam nikmat, lebih-lebih lagi dengan nikmat yang begitu besar yang Allah
anugerahkan. Kepahaman terhadap agama adalah suatu nikmat yang besar dan begitu
berharga. Kepahaman terhadap agama Islam pun termasuk hikmah. Jika kita
diberikan anugerah ilmu oleh Allah, rajin-rajinlah untuk selalu bersyukur
kepada-Nya.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS.
Ibrahim: 7).
Mengenai
surah Ibrahim ayat ketujuh, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Siapa
yang bersyukur atas nikmat Allah, Allah akan menjadikannya semakin taat.”
Ar-Rabi’ berkata, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan
menambahkan karunia.” Muqatil berkata, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah,
maka Allah akan menambahkan baginya kebaikan di dunia.” (Lihat Zaad Al-Masiir,
4:347).
Begitu pula
terhadap nikmat yang terlihat kecil dan sepele, syukurilah. Jika nikmat kecil
saja tidak bisa disyukuri, bagaimana lagi dengan nikmat yang besar. Dalam
hadits disebutkan,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ
الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang
siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit, maka ia tidak akan mampu
mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4:278. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.
667, 2:272)
Kesimpulannya,
bersyukur memiliki manfaat kembali kepada diri orang yang bersyukur dan akan
membuat nikmatnya akan terus ditambah oleh Allah. Syukur tentu saja dengan taat
kepada Allah.
Semoga kita
menjadi hamba yang bersyukur.
Referensi:
Fath Al-Qadir Al-Jam’u bayna Fanni Ar-Riwayah wa
Ad-Dirayah min ‘Ilmi At-Tafsir. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Muhammad bin ‘Ali
Asy-Syaukani. Tahqiq: Dr. ‘Abdurrahman ‘Umairah. Penerbit Darul Wafa’.
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Cetakan Tahun 1415 H.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Alhani. Penerbit Maktabah Al-Ma’arif.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431
H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar
Ibnul Jauzi.
Zaad Al-Masiir. Cetakan keempat, Tahun 1407 H. Ibnul
Jauzi (Abul Farah Jamaluddin ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi
Al-Qurasyi Al-Baghdadiy. Penerbit Al-Maktab Al-Islami.
—
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Posting Komentar