Bersyukur Ketika
Senang Bersabar Ketika Mendapat Bencana
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
عجبًا
لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته
سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له
“Alangkah
mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa)
kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia
mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya,
dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan
baginya”[1].
Hadits yang
agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar
di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan
seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua
bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”[2].
Dalam
Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat
ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan
tanda-tanda kemahakuasaan Allah. Allah berfirman:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ
لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah)
bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31).
Beberapa
faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:
·
Imam
Ibnul Qayyim berkata: “(Hadits di atas menunjukkan bahwa) tingkatan-tingkatan
iman seluruhnya (berkisar) antara sabar
dan syukur”[3].
·
Kehidupan
seorang mukmin seluruhnya bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik
dalam kondisi yang terlihat membuatnya senang ataupun susah.
·
Seorang
hamba yang sempurna imannya akan selalu bersyukur kepada Allah ketika senang
dan bersabar ketika susah, maka dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada
Allah dalam segala ketentuan takdir-Nya, sehingga kesusahan dan musibah yang
menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya.
·
Orang
yang tidak beriman akan selalu berkeluh kesah dan murka ketika ditimpa musibah,
sehinnga semua dosa dan keburukan akan menimpanya, dosa di dunia karena
ketidaksabaran dan ketidakridhaannya terhadap ketentuan takdir Allah, serta di
akhirat mendapat siksa neraka.
·
Keutamaan
dan kebaikan dalam semua keadaan hanya akan diraih oleh orang-orang yang
sempurna imannya[4].
·
Rukun
sabar ada tiga yaitu: menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan
Allah I, menahan lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan
yang dilarang (Allah), seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek
pakaian, memotong rambut dan sebagainya[5].
·
Rukun
syukur juga ada tiga:
1. mengakui dalam hati bahwa semua nikmat
itu dari Allah Ta’ala,
2. menyebut-nyebut semua nikmat tersebut
secara lahir (dengan memuji Allah dan memperlihatkan bekas-bekas nikmat
tersebut dalm rangkan mensyukurinya),
3. menggunakan nikmat tersebut di jalan
yang diridhai Allah[6].
وصلى الله وسلم وبارك على
نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
—
Catatan
Kaki
[1] HSR Muslim (no. 2999).
[2] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “’Uddatush
shaabiriin” (hal. 88).
[3] Kitab “Thariiqul hijratain” (hal. 399).
[4] Keempat faidah di atas kami nukil dari kitab
“Bahjatun naazhiriin” (1/82-83).
[5] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab
“al-Waabilish shayyib” (hal. 11).
[6] Ibid.
—
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, Lc., MA.
Artikel Muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar