Lebih Baik Sholat
Qobliyah Subuh di Rumah atau Masjid?
BANJARMASINPOST.CO.ID - Sholat Qobliyah Subuh adalah
sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum sholat subuh. Sholat ini juga
biasa disebut sholat fajar.
Sholat Qobliyah subuh ini menjadi salah satu sholat
sunnah yang memliki keutamaan luar biasa.
Lalu, apakah sholat sunnah ini lebih baik dilakukan di
rumah atau masjid? Berikut ini penjelasannya, dilengkapi niat dan tata caranya.
Sholat Qobliyah subuh dilakukan seorang muslim setelah
adzan subuh berkumandang hingga sebelum iqomah sholat subuh.
Shalat sunnah qobliyah shubuh atau shalat sunnah fajar
adalah salah satu shalat rawatib.
Seperti diketahui, shalat rawatib adalah shalat sunnah
yang dirutinkan sebelum atau sesudah shalat wajib.
Inilah keutamaan sholat sunnah fajar, dilansir dari
Tribunstyle.com dalam judul Lebih Baik Dikerjakan di Rumah atau di Masjid? Tata
Cara Sholat Sunnah Fajar, Niat Beserta Keutamaan
1. Lebih baik daripada dunia seisinya
Keutamaan shalat sunnah subuh ini disebut oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
رَكْعَتَا
الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat
shalat sunnah subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”(HR.
Muslim725).
2. Sholat
sunnah yang paling dijaga nabi
Dikisahkan
dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata :
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ
تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْر
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melakukan satu shalat sunnah pun yang
lebih beliau jaga dalam melaksanakannya melebihi dua rakaat shalat sunnah
subuh.” (HR Bukhari 1093 dan Muslim 1191)
Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan : “ Ketika safar (perjalanan), Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tetap rutin dan teratur mengerjakan shalat sunnah fajar dan
shalat witir melebihi shalat-shalat sunnah yang lainnya. Tidak dinukil dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau melaksankan shalat sunnah
rawatib selain dua shalat tersebut selama beliau melakukan safar (Zaadul Ma’ad
I/315)
Tata Cara
Sholat Sunnah Qobliyah Subuh alias Sholat Fajar
Sholat
sunnah qobliyah subuh atau sholat fajar dilakukan sama halnya seperti sholat
sunnah lainnya.
Yakni
terdiri dari dua rakaat, diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam.
Niat
Dalam video
YouTube Taman Surga TV berjudul Apakah Niat Dalam Shalat Harus Dilafadzkan?
ustaz Adi Hidayat menjelaskan tentang pelafadzan niat sholat.
Ia
menjelaskan jika niat adalah amalan wajib yang harus dilakukan agar suatu
perbuatan bisa dimasukkan kedalam kategori ibadah.
"Kata
Imam As Syafii, niat (sholat) itu dihadirkan dalam hati bersamaan dengan
takbir, Anda mengangkat tangan Anda begini lisan mengucapkan 'Allahuakbar'
dalam hati Anda tunjukkan 'Saya berniat sholat duhur'." jelasnya.
Niat
dilantunkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa asli penutur dalam hati.
Tak ada
tuntunan atau contoh dari Nabi tentang pelafadzan niat dalam sholat, meski Nabi
melakukan pelafadzan niat saat umroh dan haji.
Pelafadzan
niat dalam sholat dilakukan dalam kondisi tertentu.
Semisal
agar sesorang yang sedang dalam keadaan waswas dapat fokus beribadah.
Namun
kondisi ini hanya dilakukan saat was-was yang luar biasa.
Di sisi
lain, penggunaan niat dalam bahasa Arab terjadi lantaran nabi dan sahabat
menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa asli mereka.
Namun
sebagian ulama adapula yang memberikan tuntunan niat sholat fajar
أُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ
رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَةً لِلهِ تَعَالَى
Latin:
Ushalli sunnatash-shubhi rak'ataini qabliyyatal lillahi ta'ala.
Artinya:
Aku niat shalat sunah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah Taala.
Melakukannya
dengan Ringkas
Di antara
petunjuk dan contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melakukan dua
rakaat shalat sunnah subuh adalah dengan meringankannya dan tidak memanjangkan
bacaannya, dengan syarat tidak melanggar perkara-perkara yang wajib dalam
shalat. Hal ini ditunjukkan oleh kisah berikut :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
حَفْصَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ الْأَذَانِ لِصَلَاةِ
الصُّبْحِ وَبَدَا الصُّبْحُ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ
تُقَامَ الصَّلَاةُ
Dari Ibnu
Umar, beliau berkata bahwasanya Hafshah Ummul Mukminin telah menceritakan
kepadanya bahwa dahulu bila muadzin selesai mengumandangkan adzan untuk shalat
subuh dan telah masuk waktu subuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dengan ringan sebelum melaksanakan shalat
subuh.( HR Bukhari 583).
Diceritakan
juga oleh ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ بَيْنَ
النِّدَاءِ وَالْإِقَامَةِ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ
“Dahulu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua rakaat ringan antara adzan dan iqamat
shalat subuh.”(HR. Bukhari 584)
‘Asiyah
radhiyallahu ‘anha juga menjelaskan ringannya shalat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan menyatakan :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَفِّفُ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ
الصُّبْحِ حَتىَّ إِنِّيْ لأَقُوْلُ : هَلْ قَرَأَ بِأُمِّ الْكِتَابِ؟
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam meringankan dua rakaat shalat sunnah subuh
sebelum shalat fardhu Subuh, sampai-sampai aku bertanya : “Apakah beliau
membaca surat Al-Fatihah?” (HR Bukhari 1095 dan Muslim 1189)
Hadits-hadits
di atas menunjukkan sunnahnya memperingan shalat ketika melaksanakan shalat
sunnah subuh. Tentu saja yang dimaksud meringankan shalat di sini dengan tetap
menjaga rukun dan hal-hal yang wajib dalam shalat.
Bacaan Pada
Setiap Rakaat
Terdapat
beberapa hadits yang menyebutkan bacaan surat yang biasa dibaca Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah membaca surat Al Fatihah dalam shalat
sunnah subuh.
Pertama.
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا
الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam dua rakaat shalat sunnah subuh
surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas” (H.R Muslim 726)
Kedua.
Hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang berbunyi :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي
الْأُولَى مِنْهُمَا قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا الْآيَةَ
الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ وَفِي الْآخِرَةِ مِنْهُمَا آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua rakaat shalat sunnah subuh membaca ayat
قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا
(Al Baqarah 136) pada rakaat pertama dan membaca آمَنَّا
بِاللّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (Ali Imran 52) pada
rakaat kedua” ( HR. Muslim 727).
Ketiga.Hadits
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang berbunyi,
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ
الْفَجْرِ قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَالَّتِي فِي آلِ
عِمْرَانَ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua rakaat shalat sunnah subuh membaca
firman Allah قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ
إِلَيْنَا (Al Baqarah 136) dan membaca تَعَالَوْا
إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ (Ali Imran 64)” (HR. Muslim
728).
Namun
demikian, umat muslim tetap dibolehkan juga membaca selain ayat-ayat di atas.
Lebih baik
di rumah
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan shalat sunnah di rumah dan
memerintahkan agar rumah kita diisi dengan ibadah shalat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوا فِى بُيُوتِكُمْ
مِنْ صَلاَتِكُمْ ، وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
“Jadikanlah
shalat (sunnah) kalian di rumah kalian. Janganlah jadikan rumah kalian seperti
kuburan.” (HR. Bukhari 1187)
Dalam hadits
lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَفْضَلُ صَلاَةِ الْمَرْءِ
فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
“Sebaik-baik
shalat seseorang adalah shalat di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari
no. 731 dan Ahmad 5: 186, dengan lafazh Ahmad)
Termasuk
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melakukan shalat sunnah di
rumah, termasuk shalat sunnah subuh.
Namun, jika
dikhawatirkan ketinggalan shalat berjamaah di masjid atau terluput dari
mendapatkan shaf pertama, maka diperbolehkan untuk melaksanakannya di masjid.
https://banjarmasin.tribunnews.com
Editor: Anjar
Wulandari
0 komentar:
Posting Komentar