Kebersamaan Allah Kepada Orang Yang Sabar
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah
Subhanahu wata’ala berfriman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar“. (QS. Al. Anfal : 46).
Kebersamaan
Allah Secara Khusus dan Umum
Kebersamaan
Allah dalam ayat ini disebut dengan (kebersamaan yang sifatnya khusus) karena
kebersamaan Allah bersama dengan hambanya terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Kebersamaan Allah secara umum yaitu pengetahuan Allah dengan segala hal apa
yang terjadi dilangit dan dibumi dan segala hal yang dilakukan oleh hamba –
hambanya, hal ini senada dengan firman Allah didalam Al-Qur’an:
أَ لَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ
يَعْلَمُ ما فِي السَّماواتِ وَ ما فِي الْأَرْضِ ما يَكُونُ مِنْ نَجْوى
ثَلاثَةٍ إِلاَّ هُوَ رابِعُهُمْ وَ لا خَمْسَةٍ إِلاَّ هُوَ سادِسُهُمْ وَ لا
أَدْنى مِنْ ذلِكَ وَ لا أَكْثَرَ إِلاَّ هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ ما كانُوا ثُمَّ
يُنَبِّئُهُمْ بِما عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَليمٌ
“Tidakkah
engkau perhatikan, bahwa Allah itu mengetahui apa·apa yang ada di sekalian
langit dan apa yang di bumi? Tiada pembicaraan rahasia di antara tiga orang.
melainkan Dia-lah yang keampat, dan tidaklah berlima melainkan Dialah yang
Kenam. Dan tidak pula kurang dari demikian dan tidak lebih banyak melain- kan
Dia ada serta mereka di mana saja mereka ada. Kemudian itu aka Dia beritakan
kepada mereka apa yang mereka kerjakan itu di hari qiyamat kelak. Sesungguhnya
Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Tahu”. (QS. Mujadalah :7).
Dalam ayat
lain Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ
ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ
السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di
atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan
Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan“. (QS. Hadid : 4).
2.
Kebersamaan Allah secara khusus yaitu kebersamaan Allah hanya diberikan kepada
orang – orang yang beriman dan tidak diberikan selain dari orang – orang yang
beriman sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah diatas (QS. Al. Anfal :
46).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Abu Bakar as Shiddiq
Radhiyallahu ‘anhu ketika beliau hijrah dan singgah di gua Tsur untuk
bersembunyi dari kejaran orang Quraisy, Abu Bakar as Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu
khawatir kepada Rasulullah karena Abu Bakar as Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu tidak
khawatir atas dirinya melainkan kepada Rasulullah, Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam menenangkan Abu Bakar as Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu dengan ucapan beliau yang diabadikan didalam
Al-Qur’an, Allah berfirman:
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا
تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“….Ketika
itu dia berkata kepada sahabatnya:”Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah
bersama kita”. (QS. At Taubah: 40).
Dalam ayat
yang lain Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”.
(QS. An-Nahl : 128).
Adapun ayat
yang kita bahas sebagaimana telah kita sebutkan diatas yang dimaksud adalah
kebersamaan Allah secara khusus yang Allah tidak berikan kepada seluruh
makhluknya melainkan kepada orang – orang beriman, dan pengetahuan Allah
Subhanahu wata’ala, serta pertolongan Allah Subhanahu wata’ala kepada hambanya
yang beriman.
Perlu
diketahui bahwa tidak mesti kebersamaan itu harus selalu bersama. Karena Allah
Subhanahu wata’ala menegaskan didalam Al-Qur’an:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ
اسْتَوَى
“Allah
menetap tinggi di atas ‘Arsy”. Walaupun Allah berada diatas Arsy akan tetapi
Allah mengetahui segala hal yang terjadi dipermukaan bumi dengan ilmunya.
Kisah
Khaulah Mengadukan Suaminya
Ketika
seorang wanita bernama khaulah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam mengadukan suaminya ia mengadukan suaminya yang mengintiharnya
(intihar adalah perkataan seorang lelaki kepada istrinya:”Kamu, bagiku seperti
punggung ibuku hal ini merupakan pernyataan mungkar karena menyamakan istri
dengan ibu_penj), wanita ini berkata:”Ya Rasulullah, ketika dulu saya masih
muda suamiku sangat cinta kepadaku dan semua anaknya dia sayang, namun ketika
saya sudah tua dia mengintiharku Ya Rasulullah”, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha mengatakan:”Saya
dibalik hijab mendengar pengaduan wanita tersebut namun suaranya sangat pelan
ada yang saya dengar dan kebanyakan yang tidak saya dengar”, pada saat itu pula
Allah Subhanahu wata’ala menurunkan ayatnya:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ
الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ
تَحَاوُرَكُمَا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya
Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu
tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar
soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (QS. Al – Mujadilah :01)
Hal ini
menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wata’ala mengetahui segala sesuatunya dan
bahkan mengetahui apa yang tersembunyi dalam dada manusia.
Makna
Kebersamaan Pada Ayat
Adapun yang
dimaksud dengan Kebersamaan dalam ayat diatas adalah kesabaran dalam rangka
mengharapkan pahala disisi Allah Subhanahu wata’ala, sebagian manusia memiliki
sifat kesabaran sejak lahir walaupun merupakan sesuatu yang mulia dan terkadang
orang kafir ada diantara mereka yang kesabarannya lebih kuat dari pada orang
yang beriman, namun kesabaran mereka tidaklah berpahala, oleh karena itu
kesabaran yang berpahala adalah ketika ia mengharapkan apa yang berada disisi
Allah Subhanahu wata’ala.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadist:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ
الْخُدْرِىِّ وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم –
قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ
وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ
بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Dari Abu
Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda :”Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan,
penyakit yang berkepanjangan, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan
hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya
dengan sebab-sebab tersebut”. (HR. Bukhari No. 5641).
Dalam
hadist yang lain:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Hadist
diatas menunjukkan seorang hamba yang diberi ujian oleh Allah Subhanahu
wata’ala dengan berbagai macam ujian, baik ujian yang ringan maupun ujian yang
besar serta seorang yang mengerjakan puasa untuk menjauhi segala hal yang dapat
membatalkannya, tidaklah mereka bersabar melainkan berharap agar mendapatkan
keutamaan dibalik ujian dan ibadah yang ia kerjakan disisi Allah berupa pahala
dan ampunan dosa.
0 komentar:
Posting Komentar