Keutamaan Salat Sunnah yang Dikerjakan di Rumah
Keutamaan Salat Sunnah yang Dikerjakan di Rumah
عن زيد
بن ثابت رضي الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال : (( عَلَيْكُمْ
بِالصَلَاةِ فِيْ بُيُوْتِكُمْ ، فَإِنَّ خَيْرَ صَلَاةِ المَرْءِ فِيْ بَيْتِهِ
إلَّا الصَلَاةَ المَكْتُوْبَةَ ))
Dari Zaid
bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Hendaknya kalian mengerjakan salat di rumah-rumah kalian, karena
sesungguhnya sebaik-baik salat seseorang adalah di rumahnya, kecuali salat
maktubah (fardhu)”.[1]
Hadits yang
agung ini menunjukkan keutamaaan salat sunnah yang dikerjakan di rumah dan itu
lebih utama daripada salat sunnah yang dikerjakan di masjid. Bahkan dalam hadis
shahih yang lain terdapat penjelasan bahwa keutamaan tersebut dilipatgandakan.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Salat sunnah yang
dikerjakan seseorang tanpa dilihat orang lain sebanding dengan dua puluh lima
(kali) salat (sunnah) yang dikerjakannya di hadapan orang lain.[2]
Beberapa
faidah penting yang bisa kita petik dari hadis di atas:
a.
Keutamaan ini bersifat umum untuk semua salat sunnah, baik rawatib maupun
lainnya, kecuali salat sunnah yang termasuk syi’ar Islam, seperti salat
gerhana, istisqa’ (memohon diturunkan hujan), dan tarawih, maka salat-salat ini
disyariatkan untuk dikerjakan di masjid secara berjamaah. Demikian pula salat
sunnah tahiyyatul masjid karena berhubungan dengan masjid.
b. Imam
al-Munawi rahimahullah berkata, “Ibadah-ibadah sunnah disyariatkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas untuk (mengharapkan balasan)
memandang wajah-Nya. Karenanya, semakin salat itu tersembunyi (dalam
melaksanakannya) berarti kian jauh dari perbuatan riya’ dan pandangan manusia.
Sedangkan ibadah-ibadah yang wajib, disyariatkan untuk meninggikan agama Islam
dan menampakkan syi’ar-syi’arnya, maka selayaknya dilaksanakan (secara
terang-terangan) di hadapan manusia.
c. Beberapa
manfaat dan kebaikan mengamalkan salat-salat sunnah di rumah, di antaranya:
d. Menghidupkan
sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa salla dalam hal ini.
e.
Memudahkan untuk meraih keikhlasan yang lebih sempurna dan pahala yang lebih
besar.
f. Termasuk
manfaat besar melaksanakan salat sunnah di rumah adalah menjadikan rumah selalu
hidup dan bercahaya serta menjadi motifasi bagi para penghuninya untuk giat
melakukan ketaatan kepada Allah, sebagaiman sabda Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa sallam:
مَثَلُ البَيْتِ الَذِي
يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالبَيْتِ الذِي لَايُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ كَمَثَلِ
الحَيِّ وَالمَيِّتِ
“Perumpamaan
rumah yang disebut nama Allah di dalamnya, dan rumah yang tidak disebut nama
Allah di dalamnya adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang
mati.”
Imam Nawawi
rahimahullah berkata, “Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk banyak berdzikir
kepada Allah (termasuk melaksanakan salat-salat sunnah, membaca al-Qur’an dan
dzikir-dzikir lainnya) di rumah dan hendaknya rumah jangan dikosongkan dari
berdzikir kepada Allah.
Berdzikir
kepada Allah di sini bersifat umum, baik dengan lisan maupun hati, termasuk
membaca al-Qur’an, melaksanakan salat-salat sunnah, mendengarkan kajian agama
Islam, membaca buku-buku yang bermanfaat dan lain-lain.
g. Demikian
pula manfaat besar untuk mengusir dan menjauhkan setan dari rumah, yang dia
merupakan musuh utama yang selalu mengajak manusia berbuat buruk. Dalam hadis
shahih Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَتَجْعَلُوْا بَيُوْتَكُمْ
مَقَابِرَ إِنَّ الشَيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ البَيْتِ الَذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةَ
البَقَرَةِ
“Janganlah
kamu menjadikan rumahmu (seperti) kuburan (dengan tidak pernah mengerjakan
salat dan membaca al-Qur’an di dalamnya). Sesungguhnya setan akan lari dari
rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah.”[3]
Ini adalah
salah satu manfaat yang sangat besar, karena bagaimana mungkin akan terwujud
kebaikan dan kebahagiaan dalam rumah yang dipenuhi setan, sebagai akibat tidak
disemarakkan salat-salat sunnah dan bacaan al-Qur’an di dalamnya? Padahal sifat
setan sebagaimana yang Allah gambarkan dalam firman-Nya:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ
بِالسُوْءِ وَالفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَالَا تَعْلَمُوْن
“Sesungguhnya
setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji dan mengatakan tentang
Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah:169).
Wallahu
a’lam.
[1] HSR Al-Bukhari no.5672 dan Muslim no. 781.
[2] HR Abu Ya’la dari Shuhaib bin Sinan, Syaikh Albani
menghukuminya sebagai hadits shahih dalam Shahihul Jami no.3821
[3] HSR Muslim no. 780.
Artikel muslimah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar