Cara Shalat Semalam Suntuk
Bagaimana cara shalat semalam suntuk?
Sebenarnya gampang sekali. Jawabannya bisa ditemukan
dalam bahasan kali ini.
Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Fadhail, Bab 192. Anjuran
Menghadiri Shalat Berjamaah Shubuh dan Isya
Hadits #1071
عَنْ
عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُول اللهِ
– صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُوْلُ : (( مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي
جَمَاعَةٍ ، فَكَأنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في
جَمَاعَةٍ ، فَكَأنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ )) رواه مُسْلِمٌ
.
Dari
‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang melaksanakan shalat
Isya berjamaah, maka seolah ia telah melaksanakan shalat separuh malam. Dan
barangsiapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seolah ia telah
melaksanakan shalat semalaman penuh.’” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 656]
وَفِي رِوَايَةِ التِّرْمِذِي
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – :
(( مَنْ شَهِدَ
العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفَ لَيلَةٍ ، وَمَنْ صَلَّى
العِشَاءَ وَالفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ، كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ )) قَالَ
التِّرْمِذِي : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ )) .
Dalam
riwayat Tirmidzi, dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menghadiri
shalat Isya berjamaah, maka baginya shalat separuh malam. Dan barangsiapa yang
melaksanakan shalat Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya seperti shalat
semalaman.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih.) [HR.
Tirmidzi, no. 221]
Faedah
Hadits:
1-
Dianjurkan menjaga shalat Shubuh dan Isya secara berjamaah. Karena kalau dua
shalat ini dijaga, tentu shalat lainnya dijaga pula.
2- Menjaga
shalat Shubuh dan Isya merupakan tanda iman. Karena ketika itu keadaan gelap
dan sedang menikmati makan malam.
3- Yang
meninggalkan shalat Shubuh dan Isya hanyalah munafik dan orang yang punya uzur.
4-
Keutamaan shalat Shubuh berjamaah seperti melaksanakan shalat semalam penuh.
5-
Keutamaan shalat Isya berjamaah seperti melaksanakan shalat separuh malam.
Hadits
#1072
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
– ، قَالَ : (( وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا
وَلَوْ حَبْوَاً )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ . وَقَدْ سَبَقَ بِطُوْلِهِ
.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya mereka mengetahui pahala shalat Isya dan Shubuh, pasti mereka akan
mendatanginya walaupun dengan merangkak.” (Muttafaqun ‘alaihi, sudah lewat
hadits panjangnya pada hadits no. 1033 dari kitab Riyadhus Sholihin.) [HR.
Bukhari, no. 615 dan Muslim, no. 437]
Hadits
#1073
وَعَنْهُ ، قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ
عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا
فِيْهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak ada shalat yang paling berat bagi orang munafik
daripada shalat Shubuh dan Isya. Seandainya mereka mengetahui pahala keduanya,
pasti mereka mendatanginya walaupun dalam keadaan merangkak.” (Muttafaqun
‘alaihi). [HR. Bukhari, no. 657 dan Muslim, no. 651]
Faedah
Hadits:
1-
Keutamaan shalat Shubuh dan Isya dalam berjamaah sangatlah besar.
2- Orang
munafik ketika melaksanakan ibadah dalam keadaan yang jelek dan malas. Sifat
orang munafik disebutkan dalam ayat,
وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ
إِلَّا قَلِيلًا
“Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisaa’: 142).
Ini Akibat
Malas Bangun Shubuh
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى
قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ
عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ
اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ
صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ
أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
“Setan
membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari
kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih
panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu
ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia
mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat
dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi
malas.” (HR. Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776)
Telat
Shubuh dan Dikencingi Setan
Dari Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia pernah berkata, “Di hadapan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang laki-laki yang tidur semalaman
sampai datang pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ
الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ – فِى أُذُنِهِ
“Laki-laki
itu telah dikencingi oleh setan pada kedua telinganya -dalam riwayat lain: di
telinganya.” (HR. Bukhari, no. 3270 dan Muslim, no. 774).
Jika Bangun
Kesiangan
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ
الصَّلاَةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ
يَقُولُ أَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِى
“Jika salah
seorang di antara kalian tertidur atau lalai dari shalat, maka hendaklah ia
shalat ketika ia ingat. Karena Allah berfirman (yang artinya), “Kerjakanlah
shalat ketika ingat.” (HR. Bukhari, no. 597 dan Muslim, no. 684).
Para ulama
Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia di masa Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “Jika
engkau ketiduran atau lupa sehingga luput dari waktu shalat, maka hendaklah
engkau shalat ketika engkau terbangun dari tidur atau ketika ingat walaupun
ketika itu saat terbit atau tenggelamnya matahari.” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah
nomor 6196, 6:10)
Nasihat
bagi yang Sering Begadang
Diriwayatkan
dari Abu Barzah, beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ
وَالْحَدِيْثَ بَعْدَهَا
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan
ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari, no. 568)
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Di masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang tidaklah begadang sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang saat ini. Mereka terbiasa tidur lebih awal setelah
shalat Isya, supaya nantinya bisa mendirikan shalat Shubuh dan ada di antara
mereka yang berharap bisa bangun untuk shalat malam. Shalat Shubuh dan Isya ini
berat bagi orang munafik. Sehingga sudah sepantasnya seorang muslim benar-benar
menjaga kedua shalat ini.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 5:83)
Hanya Allah
yang memberi taufik dan hidayah untuk terus memperhatikan shalat.
Referensi
utama: (1) Bahjah An-Nazhirin Syarh
Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali.
Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:246-247. (2) Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan
ketiga, Tahun 1427 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul
Wathan.
—
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Posting Komentar