Menguak Tabir Keistimewaan dan Rahasia Surat Al-Fatihah
MENGANALISA surat Al-Fatihah merupakan suatu keistimewaan
bagi seseorang yang ingin mengetahui rahasia di balik ayat-ayat surat
Al-Fatihah, karena bagian surat Al-Qur’an yang menjadi awal bacaan dalam
Al-Qur’an dalam Al-Fatihah ternyata menyimpan banyak rahasia mengenai keajaiban-keajaiban
di dalamnya. Ini suatu anugerah bagi pembaca surat Al-Fatihah.
Seperti ayat-ayatnya yang terdiri dari delapan ayat ini,
ayat demi ayat pun menjelaskan esensi yang berdeda-beda. Dan masing-masingnya
berkembang dalam ilmu kalam dan ilmu fiqih.
Yuk, kita telaah ayat yang memiliki keistimewaan itu.
Anda akan menemukan keagungan Al-Fatihah, dimana terdapat delapan sistem:
Ayat (1) Firman Allah Swt.: “Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.” (Q.s. AI-Fatihah: 1). Ayat ini merupakan berita
tentang Dzat.
Ayat (2) Mengungkapkan Sifat, dan sifat-sifat Allah yang
khusus. Keistimewaannya, sifat-sifat tersebut menjadi alur seluruh sifat-sifat
seperti sifat Al-Ilmu dan Al-Qudrah, serta sifat Iainnya. Sifat tersebut
berkaitan dengan makhluk.
Para makhluk mendapatkan kasih sayang-Nya, karena sifat
tersebut, dan sebaliknya muncul suatu kerinduan dan kecintaan ibadat dan
makhluk kepada Allah. Tidak seperti sifat amarah, jika dibandingkan dengan
sifat kasih sayang, maka sifat amarah akan melahirkan kegelisahan dan
ketakutan, disamping tidak meluaskan pandangan jiwa, sebaliknya malah
mencengkeram kalbu.
Ayat (3) “Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan seluruh
semesta alam.” (Q.s. Al-Fatihah: 2).
Ayat ini mengandung dua hal: Pertama: Dasar pujaan, adalah
syukur. Puji syukur inilah yang menjadi awal shirathal mustaqim. seakan-akan
puji syukur sebagian dari shirathal mustaqim. Sementara, iman secara amaliah
juga terbagi menjadi bagian sabar dan syukur. Secara terurai, jika Anda ingin
mengetahui Secara detail, Anda dapat membuka Kitab Ihya’ Ulumuddin, dalam bab
“Sabar dan Syukur”.
Keutamaan syukur dibanding sabar, seperti keutamaannya
kasih sayang dibanding amarah. Rasa syukur muncul dan sukacita dan hentakan
kerinduan. Sementara sabar terhadap kehendak Allah muncul dan rasa takut dan
pengabdian, disertai cobaan dan kesusahan.
Merambah jalan lurus menuju kepada Allah melalui jalan
mahabbah (kecintaan) Iebih utama daripada melalui jalan yang muncul dari khauf
(takut). Secara rinci pula rahasia mahabbah dan khauf terdapat dalam Kitab
Ihya’. Rasulullah Saw. bersabda: “Yang pertama kali dipanggil ke surga, adalah
orang-orang yang selalu memuji kepada Allah dalam setiap kondisi dan situasi.”
Kedua: Mengisyaratkan seluruh Af’al Allah, yang
diungkapkan dengan kalimat yang paling ringkas, namun sempurna, karena meliputi
seluruh lingkup aktivitas Allah SWT.
Hubungan paling utama dan sifat af’al kepada Allah,
adalah hubungan sifat Rububiyah. Ungkapan Rabbul Alamin lebih agung dan
sempurna dibandingkan ungkapan Anda: A’lal Alamin atau Khaliqul Alamin.
Ayat (4) Firman Allah SWT.:“Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.” (Q.s. Al-Fatihah: 3).
Ayat tersebut mengisyaratkan sifat Allah, pada saat yang
lain. Tetapi Anda jangan terburu-buru beranggapan apabila ungkapan ayat tersebut
sifatnya mengulang ayat sebelumnya. Sebab ayat Al-Qur’an tidak pemah terulang.
Setiap pengulangan itu sendiri, tidak mengandung faedah tambahan Penyebutan
“Ar-Rahmah” setelah menyebutkan “Al-Alamin” dan sebelum “Maliki Yaumid Diin”,
mengandung dua faedah yang agung dalam keutamaan sifat Ar-Rahmah.
Pertama: Anda memandang makhluk Tuhan semesta alam:
Bahwasanya Allah mencipta masing-masing makhluk menurut kesempurnaan ragam dan
keutamaannya. Allah juga mendatangkan apa-apa yang dibutuhkan makhluk itu.
Salah satu di antara alam yang dicipta adalah alam binatang. Yang terkecil di
antara binatang itu antara lain, adalah nyamuk, lalat, laba-laba dan lebah.
Lihatlah nyamuk itu. Bagaimana Allah menciptakan anggota
tubuhnya, tidak ubahnya seperti anggota tubuh gajah. Sehingga nyamuk pun
memiliki belalai yang memanjang sampai menyentuh kepalanya. Kemudian Allah
menunjukkan makanannya, dengan menghisap darah manusia. Anda lihat binatang itu
menukikkan belalainya, kemudian ia dapatkan makanannya. Allah juga menciptakan
sepasang sayap bagi nyamuk sebagai alat untuk kabur (menghindar) ketika
menghadapi bahaya.
Lihat pula (binatang) lalat. Bagaimana Allah menciptakan
anggota tubuhnya, dan bagaimana menciptakan dua bola matanya yang terbuka tanpa
pelupuk mata. Karena kepalanya yang kecil itu tidak termuati pelupuknya.
Padahal pelupuk itu dibutuhkan untuk melindungi mata dari kotoran dan debu.
Lihat, bagaimana Allah menciptakan pengganti pelupuknya. berupa tambahan
sepasang tangan, selam empat (dua pasang) kakinya. Anda bisa melihatjelas
ketika hinggap di tanah, binatang ini selalu mengusap-usap kedua pelupuknya
dengan sepasang tangannya untuk membersihkannya dari debu.
Kemudian Anda lihat laba-laba. Bagaimana Allah
menciptakan ujung-ujung tubuhnya dan mengajarinya menyulam sarang, menangkap
buruannya tanpa sepasang sayap pun.
Allah menciptakan pula benangsari yang lengket dan bisa
melar memanjang hingga binatang mi bisa menggantungkan tubuhnya pada sarangnya.
Disamping juga mampu menjaring mangsanya yang mendekat ke sarang itu, lalu
laba-laba ini mengikat mangsanya dengan benangsarinya yang melar dan mulutnya.
Ketika mangsanya sudah tidak berdaya, maka ia pun memakannya.
Lihatlah sulaman-sulaman rumah laba-laba, bagaimana Allah
menunjukkan sulaman itu benar-benar sesuai dengan kerangka geometrik yang
simetris.
Lalu keajaiban yang mengagumkan pada binatang lebah.
Bagaimana madu terkumpul dan juga mengalir. Rumah lebah menggambarkan suatu
bangunan kokoh, berbentuk segi enam agar sekawanan lebah lainnya tidak
berdesakan. Sebab mereka berkumpul memenuhi satu tempat, karena banyaknya.
Apabila ia harus membangun rumahnya secara melingkar pasti banyak yang tersisa
di luar.
Bentuk lingkaran itu tidak punya daya lekat. Begitu pula
seluruh bentuk demikian adanya. Berbeda, misalnya dalam bentuk segi empat yang
lebih melekat. Namun, karena bentuk lebah itu sendiri agak bulat, sehmgga
memungkinkan di dalam rumah-rumahnya ada tempat-tempat yang masih tersisa,
seperti di luarnya terdapat lubang-lubang tersisa manakala berbentuk bulat. Tidak
ada bentuk yang lebih lekat dalam bentuk lingkaran, kecuali bentuk segi enam
Semua itu dapat dikenal (dipelajari) dalam ilmu ukur.
Lihatlah bagaimana Allah menunjukkan keistimewaan bentuk
tersebut, yang mengidentifikasikan keajaiban ciptaan, kelembutan dan kasih
sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Hal-hal yang lebih rendah menjadi bukti atas
hal-hal yang lebih tinggi. Keunikan-keunikan itu tidak mungkin dihitung dalam
jangka waktu yang panjang sekalipun. Dan sebenarnya sangat mudah manakala
disandarkan pada hal-hal yang tidak terbuka di balik realita ini.
Hal-hal seperti itu bisa Anda temui dalam bab “Syukur”
dan “Mahabbah”. Carilah di sana jika Anda memang pakarnya. Jika Anda tidak
mampu, lebih balk Anda memejamkan mata dan realita rahmat Allah, dan jangan
pula melihatnya. Anda jangan pula meluangkan waktu untuk menekuni pengetahuan
penciptaan secara detail. Sibukkan saja din Anda dengan syair-syair
Al-Mutanabbi, keunikan-keunikan ilmu nahwu nya Imam Sibaweh, atau fiqihnya
Ibnul Haddad dalam Nawadirit Thalaq, serta menekuni rekayasa perdebatan dalam
ilmu kalam. Hal itu lebih layak bagi Anda, sebab citra Anda memang sebatas
cita-cita dan keinginan Anda sendiri.
Allah Swt. berfirman: “Dan tidaklah bermanfaat nasihatku
jika aku memberi nasihat kepadamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu.”
(Q.s. Hud: 34).
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya
sesudah itu.” (Q.s. Fathir: 2).
Kembalilah pada tujuan dan maksud peringatan di balik
contoh-contoh rahmat Allah yang terdapat pada makhluk di seluruh alam raya ini.
Kedua: Keterkaitannya dengan ayat: “Yang menguasai di
hari pembalasan.” (Q.s. AI-Fatihah: 4).
Mengisyaratkan pada rahmat di hari pembalasan di akhirat,
sebagai pahala nikmat di sisi Allah Yang Abadi, sebagai pahala atas akidah dan
ibadat. Dalam masalah ini, penjelasannya sangat panjang.
Bahwa ayat tersebut bukan merupakan pengulangan —walaupun
Anda melihat secara lahiriah terulang— maka Anda perlu melihat dalam latar
belakang dan tujuan yang relevan, agar terbuka faedah-faedah pengulangan bagi
Anda.
Ayat (5) “Yang Maha menguasai di hari pembalasan.” (Q.s.
Al-Fatihah: 4).
Adalah suatu isyarat menuju akhirat ketikamanusia
“kembali”. Ayat ini termasuk bagian yang mendasar, dengan munculnya isyarat
terhadap makna Al-Malak (kekuasaan Ilahi) dan Al-Malik (Yang Maha Menguasai),
sebagai salah satu dan sekian sifat-sifat keagungan.
Ayat (6) “Hanya hepada-Mu kami menyembah, dan hanya
kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (Q.s. Al-Fatihah: 5).
Ayat ini mengandung dua pokok pengertian yang agung:
Pertama: Ibadat secara ikhlas hanya kepada Allah Swt.
Ibadat tersebut merupakan spirit dari shirathal mustaqim (jalan lurus),
sebagaimana kami uraikan panjang lebar dalam bab “Jujur dan lkhlas”, serta bab
“Pengecaman terhadap Pencari Pangkat dan Riya”, dari Kitab Al-Ihya’.
Kedua: Suatu akidah bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuaii Allah Swt. yang merupakan intisari akidah tauhid. Hal yang demikian,
muncul secara bebas dari usaha dan kekuatan baik bersifat potensial maupun
aktual, disamping mengenal bahwa Allah itu sendiri dalam keesaanNya, dalam
setiap hal. Sementara seorang hamba tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa
adanya pertolongan
“Iyyaakana’budu”, menunjukkan periasan jiwa melalui
ibadat dan keikhlasan.
Sedangkan “Wa iyyaa kanasta’iina”, menunjukkan pembersihan
jiwa dari syirik, dan berpaling pada usaha dan kekuatan.
Kami telah mengingatkan bahwa orientasi merambah
shirathal mustaqim terbagi dua: (a) Pembersihan diri dari segala hal yang tidak
layak, dan (b) Melakukan segala hal yang layak. Keduanya terkandung dalam ayat
tersebut.
Ayat (7)
“Tunjukkanlah kami pada jalan yang lurus.” (Q.s. Al-Fatihah: 6).
Ayat ini merupakan doa dan permohonan. sekaligus sebagai
nurani ibadat. Lebih jelas lagi kami uraikan dalam Kitab Al-Ihya, perihal hajat
manusia pada rasa tunduk dan butuh kepada Allah Swt., Inilah yang kami sebut
dengan ruh ubudiyah, sekaligus peringatan betapa manusia sangat butuh terhadap
hidayah menuju shirathal mustaqim. Karena melalui jalan inilah manusia bisa
sampai kepada Allah Swt. sebagaimana kami Sebutkan di atas.
Ayat (8) “Jalannya orang-orang yang Engkau anugerahi
nikmat atas mereka, dan bukan jalannya orang-orang yang Engkau beri amarah atas
mereka, dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.” (Q.s. AI-Fatihah: 7).
Inilah ayat yang mengingatkan kita atas nikmat-nikmat-Nya
yang dianugerahkan kepada hamba-hamba yang terkasih, dan sebaliknya
mengingatkan atas siksa serta amarah atSas musuh-musuh-Nya, agar muncul rasa
cinta dan hormat dari lubuk hati yang dalam. Kami telah menyebutkan di atas
bahwa kisah-kisah para Nabi dan musuh-musuh-Nya masing-masing merupakan bagian
dari AI-Qur’an.
Dan sistem sepuluh bagian dalam Al-Qur’an, maka
Al-Fatihah mengandung delapan substansi esensial: (1) Dzat, (2) Sifat, (3)
Af’al, (4) Penyebutan hari akhirat, (5) Shirathal mustaqim dengan
dimensi-dimensinya, yakni pembersihan dan periasan jiwa, (6) Penyebutan nikmat
terhadap para auliya’ (kekasih Allah), (7) Amarah terhadap musuh-musuh Allah,
(8) Penyebutan tempat kembalinya ummat manusia. Dalam kaitan ini muncul dua
bidang: (a) Mengalahkan hujjah orang-orang kafir, dan (b) Hukum-hukum fiqih dan
para fuqaha’ Masing-masing berkembang dalam Ilmu Kalam dan Ilmu Fiqih.
Kedua bidang tersebut muncul dalam kenyataan sejarah
struktur Iimu-ilmu Agama. Namun, disayangkan, munculnya lebih banyak dilatari
oleh ambisi harta dan popularitas pangkat belaka. []
Sumber: Jawahirul Qur’an/Karya: Imam Ghazali/Penerbit:
Risalah Gusti
1 komentar:
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
Posting Komentar