Sebelum Waktu Kita
Usai…
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Wahai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa menyiapkan
bekalnya untuk hari esok (Hari Kiamat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala hal yang engkau kerjakan.” (Qs. Al-Hasyr: 18)
Jika ada jual-beli yang paling menguntungkan di dunia,
maka itu adalah jual-beli antara orang-orang yang beriman dengan Allah. Dalam
perdagangan tersebut, Allah memberi manusia sebuah modal yang sangat mahal dan
tak ternilai harganya, yang dengannya manusia menjalani kehidupannya di muka
bumi. Di antara mereka ada yang cerdas dalam berdagang sehingga akhirnya
memperoleh keuntungan yang luar biasa. Akan tetapi, ternyata ada pula di antara
mereka yang tak pandai berdagang sehingga sungguh merugilah perdagangannya.
Sungguh kenyataan yang menyedihkan.
Allah telah memberi modal yang sama kepada setiap orang
berupa waktu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan,
dan 12 bulan dalam setahun. Jika setiap orang mempunyai modal yang sama,
bagaimana caranya agar kita menjadi pedagang yang memperoleh keuntungan luar
biasa di akhir perdagangan ini?? Peliharalah waktu dengan baik. Itu kuncinya!!
Apa Makna “Mengelola Waktu”?
Terlebih dahulu mari kita luruskan persepsi kita mengenai
pengelolaan waktu.
Saudariku, menurutmu apa persepsi “pandai mengelola
waktu”? Apakah orang yang pandai mengelola waktu adalah orang yang waktunya
habis untuk menekuni pelajaran-pelajaran kuliah? Ataukah orang yang sibuk
bekerja dan mendapat uang yang banyak? Ataukah orang yang sibuk berorganisasi?
Ataukah mereka yang lelah dan letih berpeluh berkeringat semata-mata untuk
dunia?
Semoga jawabanmu bukan itu. Jika jawabanmu seperti itu,
maka mari kita simak penjelasan berikut ini:
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
“Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memgang pundakku, lalu bersabda,
‘Jadikanlah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau
pengembara.'” Lalu Ibnu `Umar radhiyallahu `anhu berkata, “Jika engkau di waktu
sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi, maka
jangnlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit
dan waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (HR. Bukhari).
Seorang ulama yaitu Ibnu Daqiq Al-`Id menjelaskan hadits
tersebut dengan sangat indah,
“Kalimat “pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau
sakit” adalah perintah kepada kita untuk memanfaatkan kesehatan kita dan
berusaha dengan penuh kesungguhan selama masa itu, karena khawatir bertemu
dengan masa sakit yang dapat merintangi usaha untuk beramal. Begitu pula “waktu
hidupmu sebelum engkau mati” mengingatkan agar memanfaatkan masa hidup kita,
karena barangsiapa mati, amalnya terputus dan angan-angannya lenyap, serta akan
muncul penyesalan yang berat karena kelengahannya meninggalkan kebaikan.
Hendaklah ia menyadari bahwa ia akan menghadapi masa yang panjang di alam
kubur, sedangkan ia tidak dapat beramal dan tidak mungkin dapat beribadah
kepada Allah lagi di alam kubur. Oleh karena itu, hendaklah ia memanfaatkan
seluruh masa hidupnya itu untuk berbuat kebajikan.
Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Dunia berjalan meninggalkan
(manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masing
mempunyai penggemar, karena itu jadilah engkau penggemar akhirat dan jangan
menjadi penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia adalah masa
beramal bukan masa pembalasan, sedangkan esok (hari akhirat) adalah masa
pembalasan bukan masa beramal.’
Seseorang hendaknya mempersedikit angan-angannya karena
takut ajalnya akan datang dengan tiba-tiba serta selalu ingat bahwa ajalnya
telah dekat. Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah dia didatangi
ajalnya degan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan terpedaya dan lengah,
karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya akan (kesenangan dunia).”
Wahai saudariku, bagaimana tanggapanmu setelah membaca
penuturan Ibnu Daqiq Al-`Id di atas. Semoga kini pandanganmu tentang hidup dan
waktu telah berubah. Ya, engkau benar, bahwa modal yang dikaruniakan Allah
kepada kita berupa waktu haruslah kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk
mengejar akhirat.
Meskipun demikian, bukan berarti kita sama sekali tidak
mengurusi dunia kita. Akan tetapi, kita mengurusinya sebatas kebutuhan dan
jangan sampai seumur hidup kita habis untuk mencari uang. Padahal makan dan
minum, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan hidup telah tercukupi. Jangan
pula kita habiskan hidup ini untuk mengejar jabatan, kedudukan, karir dan
prestasi duniawi, sedangkan persoalan mendasar dalam agama justru kita
sepelekan. Sungguh merupakan pengaturan waktu yang buruk ketika seorang muslim
menghabiskan hampir seluruh waktunya dalam sehari untuk dunia sedangkan waktu
untuk mengurusi akhiratnya hanya dia sisihkan dari sisa-sisa waktu yang
terselip.
Lalu, bagaimana seharusnya cara mengelola waktu yang
benar?
Pengelolaan waktu pastinya berbeda setiap orang, namun
ada cara pengelolaan waktu secara umum yang insya Allah dapat diterapkan setiap
orang.
Siapkanlah buku agenda, catatan, atau yang sejenisnya
untuk menyusun jadwal harian. Catatlah jadwal kegiatan harian dan evaluasilah.
Sudahkah rencana itu dikerjakan? Jika tidak, mengapa tidak dikerjakan? Apakah
karena faktor kemalasan atau faktor lain yang tidak bisa kita hindari?
Bagilah waktumu dalam tiga pembagian besar: pagi (jam
03.00-12.00), siang (jam 12.00-18.00), dan malam (jam 18.00-03.00).
Pagi hari (jam 03.00) dapat kita gunakan untuk shalat
tahajjud, menghafal Al-Qur’an, bermunajat kepada Allah, dan mengevaluasi diri.
Saat waktu shubuh tiba, kita bisa segera shalat kemudian mandi dan
mempersiapkan aktifitas di hari itu. Jam 05.30-06.30 bisa digunakan untuk
mempelajari ulang ilmu-ilmu agama. Semoga bisa menjadi bekal menjalani hari.
Selanjutnya hingga siang, kita bisa menyelesaikan berbagai urusan.
Pagi hingga siang hari biasanya merupakan waktu yang
padat aktifitas, maka pandailah dalam mengelola waktu. Saat berjalan kaki,
jangan lupa sembari berdzikir. Jika sedang istirahat atau ada waktu luang
sekitar 15 menit, bukalah Al-Qur’an, buku hadits yang ringkas, atau buku agama
lainnya. Waktu luang yang singkat tersebut juga bisa kita manfaatkan dengan
mendengarkan kaset murottal Al-Qur’an atau rekaman ta`lim. Semoga Allah memberi
taufik kepada kita untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
Pada waktu sore, sempatkanlah untuk menghadiri majelis
ta’lim. Bagaimanapun juga jiwa membutuhkan makanan dan jika jiwa tak memperoleh
makanan tentu dia akan sakit merana dan bisa mati tanpa kita duga!6. Pada malam
hari, setelah menyelesaikan pekerjaan yang perlu diselesaikan, ulangilah
kembali pelajaran ta`lim yang tadi sore diperoleh. Sesungguhnya ilmu dicari
untuk diamalkan, bukan hanya untuk menambah tumpukan catatan. Jangan lupa
mengevaluasi diri (muhasabah) sebelum tidur. Perbanyaklah istighfar dan dzikir
kepada Allah.
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Aamiin.
Marji’:
Syarah Hadits Arba ‘in Imam Nawawi, oleh Ibnu Daqiq
Al-`Id (edisi terjemahan, penerbit: Media Hidayah, 2001)
Penulis: Ummul
Hasan
Muraja’ah: Ust.
Abu Salman
0 komentar:
Posting Komentar