5 Amalan yang
Disukai Allah
Merdeka.com - Amalan-amalan Islam untuk beribadah kepada
Allah SWT ada cukup banyak. Baik dalam konsep Hablum Minallah (hubungan manusia
dengan Sang Pencipta), Hablum Minannas (hubungan antar individu) serta Hablum
Minal 'Alam (hubungan manusia dengan alam).
Dari sekian banyak amal kebaikan yang tertuang dalam
ketiga konsep tersebut, ada sejumlah amalan yang paling disukai Allah SWT.
Bahkan terkadang amalan itu tak disadari oleh umat muslim lantaran amalan yang
disukai Allah, rupanya hal yang terkesan sederhana.
Tapi kunci kesuksesan memperoleh kesempurnaan amalan yang
disukai Allah itulah yang menjadi tantangannya, yakni istiqomah atau konsisten
menjaga meski sedikit. Hal ini ditegaskan pula dalam hadist Nabi Muhammad SAW berikut
ini:
أَحَبَُ
الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amal
(kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR.
Muslim)
Dengan kata
lain, sebuah amalan dalam Islam tidak hanya dinilai dari jenis kebaikannya melainkan
kesinambungannya. Amalan yang besar tapi berhenti di tengah jalan, tak lebih
baik dari amalan kecil yang berlangsung terus-menerus.
Sebab yang
kecil jika lestari, maka suatu saat akan menjadi besar. Sementara amalan yang
besar tapi stagnan bisa terkikis perlahan. Itulah makna dari amalan yang paling
disukai Allah. Tapi apa saja yang dimaksud? Berbagai amalan yang disukai Allah
telah tertuang dalam kitab suci Alquran dan sejumlah hadist.
Apalagi ini
telah mendekati momentum bulan suci Ramadan. Alangkah baiknya jika kita bisa
menjaga kedisiplinan dalam menunaikan amalan yang disukai Allah. Agar
perjalanan ibadah di bulan suci kian penuh berkah dan tulus ditunaikannya.
Untuk lebih
jelasnya, simak mengenai amalan yang disukai Allah yang sederhana tapi jarang
diketahui umat muslim berikut ini, seperti dihimpun dari berbagai sumber, Rabu
(30/3).
1.
Mempermudah Urusan Orang Lain
Amalan yang
disukai Allah SWT yang pertama adalah mempermudah urusan orang lain. Ini
merupakan salah satu contoh dari sikap Hablum Minannas.
Ada banyak
cara yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan pahala dari amalan yang disukai
Allah satu ini, seperti membahagiakan orang sekitar, membantu, mentraktir
teman, dan sebagainya. Bahkan kehebatan dari amalan yang dicintai Allah ini,
diperumpamakan lebih baik dari pada i’tikaf di Masjid Nabawi selama satu bulan.
Hal ini
dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist berikut:
أحبُّ الناسِ إلى اللهِ تعالى
أنفعُهم للناسِ وأحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ يُدخلُه على مسلمٍ أو
يكشفُ عنه كُربةً أو يقضي عنه دَينًا أو يطردُ عنه جوعًا ولأن أمشيَ مع أخٍ في
حاجةٍ أحبُّ إليَّ من أن أعتكفَ في هذا المسجدِ ( يعني مسجدَ المدينةِ ) شهرًا ومن
كفَّ غضبَه ستر اللهُ عورتَه ومن كظم غيظَه ولو شاء أن يمضيَه أمضاه ملأ اللهُ
قلبَه رجاءَ يومِ القيامةِ ومن مشى مع أخيه في حاجةٍ حتى تتهيأَ له أثبت اللهُ
قدمَه يومَ تزولُ الأقدامُ
“Manusia
yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia.
Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau
masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya,
atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku
berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai
daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya.
Dan siapa
yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan
marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan
keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia
memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika
banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka.” (HR. Ath Thabrani 6/139,
dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/575). [kur]
2. Menjadi
Orang yang Bermanfaat
Amalan yang
disukai Allah selanjutnya yang mungkin tak banyak diduga adalah menjadi sosok
yang bermanfaat bagi orang lain. Hal ini bagian dari praktik Hablum Minannas.
Menjadi
orang yang bermanfaat ini juga ada dalam hadits yang disebutkan dalam poin pertama
tadi. Islam mengajarkan agar kita gemar memberikan manfaat kepada orang lain.
Salah satu dasar hukum pendukung lainnya, dari hadist berikut:
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “tangan di atas lebih baik daripada
tangan yang di bawah” (HR. Bukhari 1429, Muslim 1033).
Rasulullah
SAW menganjurkan kita umatnya agar mempunyai jiwa yang gemar memberi manfaat
dan tak bersandar atau terlalu bergantung kepada orang lain. Seorang mukmin
yang baik akan selalu memikirkan agar hidupnya berguna.
Lantas
dalam riwayat Imam At Tirmidzi juga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang menghilangkan salah satu kesulitan seorang mukmin
maka Allah kelak akan hilangkan salah satu kesulitannya pada hari kiamat”.
3. Berbakti
Kepada Orangtua
Amalan yang
disukai Allah berikutnya adalah berbakti kepada kedua orangtua, baik saat
mereka masih hidup maupun telah wafat. Selama mereka masih ada, berbakti dan
memuliakannya tanpa menyakiti. Hal ini menukil dalam penggalan surah di kitab
suci Alquran dan ditegaskan kembali oleh Rasul dalam banyak hadist.
"Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya..."
(QS. Al Isra: 23-24).
Sedangkan
saat kedua orangtua telah berpulang, kewajiban seorang anak adalah mendoakan
mereka.
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ،
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "الصَّلَاةُ
عَلَى وَقْتِهَا". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: " بِرُّ الْوَالِدَيْنِ
". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ" 81-138.
Dari Ibnu
Mas'ud, dia berkata: Aku berkata, "Wahai Rasulullah, amal apakah yang
paling utama?" Beliau menjawab, " Shalat pada waktunya ." Aku
berkata, "Lalu apa?" Beliau menjawab, " Berbakti kepada kedua
orang tua .” Aku berkata, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "
Berjihad di jalan Allah ." (Shahih: Al Bukhari no.527 dan Muslim no.85).
4.
Bersedekah
Amalan yang
disukai Allah berikutnya, yakni dengan bersedekah, baik dalam bentuk harta
maupun jasa atau amal kebaikan.
"Sesungguhnya
orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya)
kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak." (QS. Al Hadid: 18)
Dilarang
menjadikan sedekah sebagai hal yang memberatkan. Karena amalan yang disukai
Allah satu ini, tidak melulu soal harta. Kita bisa bersedekah secara ikhlas
saat berusaha membantu orang lain. Berikut ini sejumlah sabda Nabi SAW yang
menjelaskannya:
Dari Abu
Musa dari Nabi SAW, beliau bersabda, ”Wajib bagi setiap Muslim untuk
bersedekah.”
Para
sahabat bertanya: ‘Wahai Nabi Allah, bagaimana jika ia tidak mendapatkan untuk
bersedekah?
Beliau
menjawab: ‘Berusaha dengan tangannya, sehingga bermanfaat untuk dirinya dan bersedekah.
‘Mereka
bertanya: Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya?’
Beliau
bersabda: ‘Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan. ‘
Mereka
bertanya: 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? Beliau bersabda: Menyuruh
untuk melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, maka hal itu adalah
sedekah baginya." (HR Al Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Dalam
hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: “Engkau membantu seseorang menaikan
barang ke atas kendaraannya, itu adalah sedekah.” (HR. Muslim, 1009).
5. Salat
Tepat Waktu
Seperti
diketahui, bahwa salat merupakan tiang agama dalam Islam. Bahkan kelak di
akhirat, salat menjadi amalan yang dihisab atau dihitung pertama kali. Hal ini
dijelaskan dalam hadist yang disebutkan sebelumnya.
Selain itu,
ada sejumlah ayat dan sabda Nabi Muhammad SAW lainnya juga yang turut
menjelaskan amalan yang disukai Allah ini. Bahkan kelak salat tepat waktu akan
menjadi cahaya penerang di hari kiamat.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ
الصَّلَاةَ يَوْمًا فَقَالَ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا
وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ
يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ
قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
Artinya:
"Dari Abdullah bin Amru, dari Nabi SAW; bahwasanya suatu hari beliau
pernah menyebutkan mengenai salat seraya bersabda: "Barangsiapa yang
menjaganya, ia akan mempunyai cahaya, bukti dan keselamatan kelak di hari
kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mempunyai cahaya,
bukti dan keselamatan pada hari kiamat dan ia akan tinggal bersama Qorun,
Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf." (HR. Ahmad No. 6288).
Reporter : Kurnia
Azizah
0 komentar:
Posting Komentar