10 Pelebur Dosa (1)
Pertama: Taubat.
Hal ini disepakati oleh kaum muslimin. Dalilnya adalah
firman Allah Ta’ala,
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Allah
Ta’ala juga berfirman,
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ
وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Tidaklah
mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan
menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?”
(QS. At Taubah: 104)
Begitu pula
Allah Ta’ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ
التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ
“Dan Dialah
yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.”
(QS. Asy Syura: 25). Dan masih banyak ayat-ayat lainnya semisal ini yang
menunjukkan bahwa taubat akan melebur dosa.
Kedua: Istighfar
(Mohon ampunan pada Allah).
Sebagaimana
terdapat dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذَا أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا
فَقَالَ : أَيْ رَبِّ أَذْنَبْت ذَنْبًا فَاغْفِرْ لِي فَقَالَ : عَلِمَ عَبْدِي
أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْت لِعَبْدِي
ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ أَذْنَبْت ذَنْبًا آخَرَ .
فَاغْفِرْهُ لِي فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْت لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ قَالَ
ذَلِكَ : فِي الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ
“Jika
seorang hamba berbuat dosa, lalu ia berkata: Wahai Rabbku, aku betul-betul
telah berbuat dosa, ampunilah aku. Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui
bahwa ia memiliki Rabb yang Maha Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku
telah mengampuni hamba-Ku.” Kemudian ia berbuat dosa lainnya, lantas ia pun
mengatakan pada Rabbnya, “Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa
lainnya, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia
memiliki Rabb yang Maha Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku telah
mengampuni hamba-Ku. Lakukanlah sesukamu (maksudnya: selama engkau berbuat dosa
lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu, pen).” Kemudian ia pun melakukan
dosa lain yang ketiga atau keempat.”[1]
Dalam
shahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا
لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمِ يُذْنِبُونَ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُونَ
فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Seandainya
kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan
kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah
berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah (beristighfar) dan
Allah pun pasti akan mengampuni mereka.”[2]
Dapat kita
katakan bahwa sebagai pelebur dosa ialah istighfar (mohon ampunan pada Allah)
disertai dengan taubat. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada hadits,
مَا أَصَرَّ مَنْ اسْتَغْفَرَ
وَإِنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Bukanlah
orang yang terus berbuat dosa orang yang meminta ampunan (beristighfar)
walaupun ia kembali melakukan dosa dalam sehari sebanyak seratus kali.”[3]
Sebagian
ulama mengatakan bahwa istighfar tanpa taubat pun dapat melebur dosa.
Penjelasan lebih jauh tentang hal ini diulas di tempat lainnya. Karena istigfar
yang disertai dengan taubat, itulah yang ada pada orang yang ingin bertaubat.
Sedankan istighfar yang tidak disertai dengan taubat, maka ini akan didapati
pada sebagian orang yang beristighfar, di mana istighfar mereka di dalamnya
terdapat khosyah (rasa takut yang sangat pada Allah), ada pula rasa ingin
kembali pada-Nya. Inilah yang dapat menggugurkan dosa-dosanya. Sebagaimana
masalah ini dapat kita lihat tentang hadits “bithoqoh”, orang yang memiliki
kartu “Laa ilaha illallah”. Kartu tersebut ternyata lebih berat dari
dosa-dosanya yang begitu banyak. Ini semua karena ia memiliki shidq (sifat
selalu membenarkan) dan ikhlas sehingga menghapuskan dosa-dosa yang ada. Begitu
pula dosa seorang pezina yang ia memberikan minuman pada seekor anjing karena di
dalam hatinya ada iman. Masih banyak contoh lainnya selain itu.
–bersambung
insya Allah di sini—
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7/487-489
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
[1] HR. Muslim no. 2758.
[2] HR. Muslim no. 2749.
[3] HR. Abu Daud no. 1514 dan At Tirmidzi no. 3559.
Hadits ini adalah hadits yang dhoif karena majhulnya Maula Abu Bakr. Namun
hadits ini memiliki penguat (syahid) dalam riwayat Ath Thobroni tentang do’a,
hadits no. 1797, sehingga kesimpulannya hadits ini hasan. Lihat Takhrij Azh
Zhilal, hal. 168.
0 komentar:
Posting Komentar