Kenapa Kita Disuruh
Istighfar Tiga Kali Bada Shalat?
Kitab Al-Adzkar dari Riyadhus Sholihin, Bab Keutamaan
Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir
(Hadits no. 1415)
Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata,
كَانَ
رَسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ
ثَلاثَاً ، وَقَالَ : (( اللَّهُمَّ أنْتَ السَّلاَمُ ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ ،
تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلاَلِ وَالإكْرَامِ )) قِيلَ لِلأوْزَاعِيِّ – وَهُوَ
أحَدُ رواة الحديث – : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : يقول : أسْتَغْفِرُ الله ،
أسْتَغْفِرُ الله . رواه مسلم
“Apabila
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selesai dari shalatnya (shalat fardhu,
pen.), beliau beristighfar tiga kali dan mengucapkan “ALLAHUMMA ANTAS SALAAM,
WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM” (artinya: Ya Allah,
Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai
Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).
Ada yang
bertanya pada Al-Auza’i, salah satu perawi hadits ini, “Bagaimana cara
beristighfar?” Al-Auza’i menjawab, “Caranya membaca ‘ASTAGHFIRULLAH …
ASTAGHFIRULLAH’ (Aku memohon ampun kepada Allah. Aku memohon ampun kepada
Allah). (HR. Muslim, no. 591)
Penjelasan:
1-
Disunnahkan beristighfar tiga kali setelah shalat fardhu.
2- Imam
Al-Auza’i mengajarkan cara beristighfar yaitu mengucapkan “ASTAGHFIRULLAH”.
Tentu saja seorang perawi lebih memahami apa yang ia riwayatkan.
3-
Dianjurkan membaca bada shalat bacaan istighfar, lalu bacaan “ALLAHUMMA ANTAS
SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM”.
4-
Istighfar bada shalat menunjukkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu dengan
amalannya. Jika hamba merasa tidak takjub pada amalnya sendiri, itu akan
membuat amalan tersebut mudah diterima.
5- Hamba
butuh sekali dengan istighfar setiap waktu.
6- Keselamatan,
rasa aman, dan thuma’ninah seperti yang dibaca dalam dzikir di atas adalah
suatu nikmat yang Allah anugerahkan pada mereka yang mengikuti ajaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Referensi:
Bahjah
An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, tahun 1430 H. Syaikh
Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:448-449.
—
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Posting Komentar