Orang Tua Pintu Surga yang Paling Tengah
Seringkali ada sebuah pemberitaan di televisi mengenai
seorang anak yang tega membunuh orangtua kandungnya sendiri hanya karena
masalah sepele, misalnya saja hanya karena orangtua tidak sanggup memenuhi apa
yang si anak mau. Mungkinkah pertanda akhir zaman? astagfirullahal’adzim.
Di mana rasa terima kasih sang anak kepada orang tua yang
telah membesarkan serta mendidik kita dengan penuh kasih sayang? Bahkan ketika
kedua orangtua kita baru saja menikah kehadiran kita jualah yang sangat mereka
tunggu-tunggu. Tak henti-hentinya kedua orangtua kita mengucap syukur ketika
kita baru ada tanda tanda ada dalam rahim seorang ibu.
Detik-detik ketika kita akan terlahir seorang ibu rela
bertaruh nyawa hanya demi melihat kita merasakan keindahan dunia. Ibu yang tak
pernah mengeluh menggendong kita kemana mana bahkan sejak kita berada dalam
kandungan, ibu yang mengajarkan kita berjalan dari mulai proses merangkak,
berdiri hingga kita mampu berjalan dengan sempurna, ibu yang pertama kali
mengajarkan kita bicara, ibu yang memandikan kita setiap hari, ibu yang
menyuapi kita dengan tepat waktu sekalipun tanpa kita minta karena khawatir
anaknya jatuh sakit, ibu yang rela terjaga ketika kita tertidur karena harus
menyusui kita, ibu yang memeluk kita ketika kita menangis karena terjatuh.
Sementara ayah
seakan tak pernah lelah mencukupi segala kebutuhan untuk kita – anaknya,
bekerja dari pagi hingga malam hari dan tak jarang dari pagi hingga pagi lagi,
terkadang semalaman tidak tidur. Ayah selalu berusaha memberikan yang terbaik
untuk kita - anaknya, berapa pun biayanya. Dari mulai biaya persalinan,
perlengkapan bayi, susu formula. Saat kita mulai menginjak usia 5 tahun biaya
yang harus dikeluarkan ayah pun semakin besar karena ditambah lagi dengan biaya
pendidikan.
Disekolahkan mulai dari sekolah taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan hingga ke
perguruan tinggi, belum lagi les privat sana sini. Tak lupa, orangtua juga
membekali kita dengan pendidikan agama. Selain disekolahkan, tak jarang seorang
anak juga diajarkan mengaji, dipesantrenkan agar kita tidak hanya menguasai
ilmu dunia tapi juga paham dengan ilmu akhirat agar kelak kita dapat memberi
syafa’at untuk keduanya di hari yang sudah dijanjikan dalam Alquran.
Pernahkah seorang ibu mengungkit-ngungkit jasanya
terhadap kita agar dilakukan hal serupa ketika ibu sudah mulai beranjak tua?
Pernahkah seorang ayah merinci total seluruh biaya yang sudah dikeluarkannya
dari semenjak kita terlahir ke dunia sampai detik ini untuk kita ganti?
Jangankan mengganti, untuk menghitungnya saja, mungkin kita tidak akan pernah bisa karena biaya yang dikeluarkannya sudah tidak terhingga.
Karena itulah orangtua adalah pintu jannah , bahkan pintu
yang paling tengah diantara pintu-pintu yang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Orang tua adalah pintu jannah yang paling tengah. Terserah kamu telantarkan ia
apa kamu khendak menjaganya” (HR Tirmidzi)
Al-Qadhi berkata, “maksud pintu jannah yang paling tengah
adalah pintu yang paling bagus dan paling tinggi, Dengan kata lain sebaik-baik
sarana yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam jannah dan meraih derajat yang
tinggi adalah dengan mentaati orangtua dan menjaganya”.
Bersyukurlah jika kita masih memiliki orangtua, karena di
depan kita ada pintu surga yang lebar menganga. Terlebih bila orangtua berusia
lanjut, dalam kondisi tidak berdaya atau bahkan pikun atau tak mampu merawat
dirinya sendiri seperti bayi yang baru lahir.
Rata-rata manusia begitu antusias dan bersuka cita
tatkala memandikan bayinya dan merawatnya dengan wajah ceria. Berbeda dengan
sikapnya terhadap orangtuanya yang kembali menjadi seperti bayi. Rasa malas,
bosan mungkin kesal seringkali terungkap dalam kata dan perilaku. Mengapa?
Mungkin karena ia hanya berorientasi kepada dunia.
Si bayi bisa diharapkan nantinya produktif, sementara
orangtua yang renta tidak diharapkan lagi kontribusinya. Andai saja kita
berorientasi akhirat. Sungguh kita akan memperlakukan orangtua kita yang tua
renta dengan baik, karena hasil yang akan kita panen lebih banyak dan lebih
kekal.
Sungguh terlalu, orang yang mendapatkan orangtuanya
berusia lanjut, tapi ia tidak masuk jannah, padahal kesempatan begitu mudah
baginya. Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh celaka…sungguh celaka… sungguh celaka…”, lalu
dikatakan, “Siapakah itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “ Yakni orang yang
mendapatkan salah satu orangtuanya berusia lanjut namun ia tidak masuk jannah.”
(HR Muslim)
Ia tidak masuk jannah karena tidak berbakti , tidak
mentaati perintahnya, tidak berusaha membuat senang hatinya, tidak meringankan
kesusahannya, tidak menjaga kata-katanya dan tidak merawatnya saat mereka tak
mampu lagi hidup mandiri. Saatnya kita berkaca diri, sudahkah kita layak
disebut sebagai anak berbakti?
REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Aini Nur Latifah
Referensi :
Arrisalah (Abu Umar.A)
1 komentar:
DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :)
Posting Komentar