Mukjizat Istighfar pada Waktu Sahur
“Wa bil-ashâri hum yastaghfirûn(a), dan pada waktu sahur,
mereka pun beristighfar” [adz Dzâriyyât : 18]
Berbincang tentang istighfar pada waktu sahur, ada dua
ayat yang diabadikan Allah dalam firman-Nya; pertama, surat Ali Imran ayat 17,
kedua, surat Adz-Dzariyat ayat 18. Kedua ayat ini sama-sama menyebutkan salah
satu amalan orang yang dijanjikan surga; beristighfar pada waktu sahur.
Kita bertanya, sedemikian istimewakah waktu sahur
sehingga beristighfar pada waktu itu berbuah surga? Jawabannya, tentu iya.
Berikut sedikit penjelasan tentang masalah ini. Waktu Sahur dan Keistimewaannya
Tentang waktu sahur, Sayyid Quthb dengan sangat baik hati memaparkan kepada
kita tentang betapa indahnya waktu mulia ini dalam karya fenomenalnya, Fi
Zhilâlil Qur’ân; beliau menjelaskan ketika menafsiri surat Ali Imran ayat 17
yang berbunyi, “Ash-shâbirîna wash-shâdiqîna wal-qânitîna wal-munfiqîna
wal-mustaghfirîna bil ashâr, (juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang
yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan
pada waktu sahur.”
Katanya, “Kata ‘Al-Ashâr’ yang bermakna pada waktu sahur
itu sendiri mengambarkan situasi pada waktu malam menjelang fajar. Saat yang
hening, menimbulkan nuansa lembut dan tenang, dan tercurahlah semua perasaan
serta getaran yang tertahan dalam hati. Apabila hal ini dipadukan dengan
istighfar, maka akan memberikan kesan yang amat serasi dalam jiwa dan hati
nurani, dan akan bertemulah ruh manusia dengan ruh alam semesta, yang sama-sama
menghadap kepada Pencipta alam dan Pencipta manusia.”
Kemudian Sayyid Quthb mengakhiri, “Mereka yang sabar,
jujur, taat kepada Allah, suka berinfak dan memohon ampunan Allah pada waktu
sahur, akan mendapatkan keridhaan Allah. Merekalah yang layak mendapatkan
keridhaan dengan naungannya yang segar dan maknanya yang penuh kasih sayang.
Ini lebih baik dari semua keinginan dan semua kesenangan.”
Nashir Makarim Asy-Syairazi, dalam kitabnya ‘Al-Amtsal fî
Tafsîri KitâbillÂh Al-Munazzal’ juga berkata, “Mengapa diisyaratkan kepada
waktu sahur dari semua waktu siang-malam, padahal istighfar dan dzikir itu
dituntut pada tiap waktu? Itu tersebab keistimewaan waktu sahur; ialah waktu
tenang, hening dan jauh dari aktivitas-aktivitas yang bersifat materi, dan juga
karena semangat yang dirasakan seseorang setelah bangun dari istirahat dan
tidurnya,.
Ia menjadi lebih siap menghadap Allah. Inilah yang bisa
dicerna sesuai dengan pengalaman. Sehingga beberapa ulama ada yang
mengoptimalkan waktu sahur ini untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah. Jadi,
cahaya berfikir dan ruh manusia itu lebih berpendar dan memancar pada waktu
tersebut, dibanding waktu kapan pun. Dan juga karena ruh ibadah dan istighfar
adalah menghadapkan dan menghadirkan hati, maka ibadah dan istighfar pada waktu
ini lebih agung dari waktu kapan pun.”
Karenanya, waktu sahur ialah salah satu waktu teristimewa
untuk berdoa, meminta, dan beristighfar kepada Allah. Orang yang paling
beruntung adalah orang yang memanfaatkan kesempatan emas ini, karena doa, pinta
dan istighfar akan dijawab oleh Allah. Pada waktu inilah, -lantaran termasuk
sepertiga malam terakhir-, Dzat yang Maha Kaya, Pemilik segala perbendaharaan
langit dan bumi turun ke langit dunia untuk mengabulkan semua doa, pinta dan
istighfar hamba-hamba-Nya.
Rasulullah bersabda,
« يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ
إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ » “
Rabb kita
Tabâraka wa Ta’âlâ turun pada setiap malam ke langit dunia ketika malam hanya
tinggal sepertiga di akhir, lalu berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku
niscaya Aku kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri, dan
barangsiapa memohon ampun kepada-Ku, pasti akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari,
hadits nomor 1094).
utkan
tentang perbedaan antara tiga hal yang disebutkan dalam hadits ini, yaitu doa,
pinta dan istighfar. Beliau berkata, “Sesuatu yang dicari itu bisa berupa
terhindarnya seseorang dari mudharat dan tercapainya keinginan, atau karena
ingin mendapatkan maslahat agama, atau bisa juga karena ingin mendapatkan
maslahat duniawi.
Istighfar
bermanfaat untuk mendapatkan poin pertama, doa bermanfaat untuk mendapatkan
poin kedua, dan pinta bermanfaat untuk mendapatkan poin ketiga.” Maka, siapa
yang ingin terhindar dari mudharat, keinginannya terkabulkan, mengharap
mendapatkan maslahat agama dan dunia, hendaknya memanfaatkan waktu sahur
meminta, berdoa dan beristighfar kepada-Nya.
Ah, kita
jadi teringat perbincangan antara Nabi Dawud dan Malaikat Jibril yang
diabadikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam salah satu karyanya, Az-Zuhd.
Ketika itu, Nabi Dawud bertanya, “Yâ Jibrîl, ayyul laili afdhal, wahai Jibril,
waktu malam manakah yang paling utama.” Kemudian Jibril menjawab, “lâ a,
Allahua’lam
0 komentar:
Posting Komentar