Tuntunan Rasulullah SAW Untuk Kehidupan Keseharian Kita
”Siapapun yang ingin hidup ini bahagia, mulia, dan
bermartabat, maka pelajari dan tirulah Nabi Muhammad S.a.w dengan segenap
keikhlasan”
Hendaknya kita selalu menjaga Sunnah Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di dalam kehidupan kita, semoga Allah yang Maha
Agung mengkaruniakan kita kecintaan dan kerinduan kepada Rasulullah S.a.w, dan
kita menjalankan sunnahnya dengan penuh ketulusan karena dalam keadaan cinta
kepada Beliau S.a.w.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Kaum
muslimin dan muslimat tanpa terkecuali tentunya sangat ingin untuk mengikuti
semua tuntunan Nabinya, berikut sedikit di antara Sunnah-sunnah Nabi S.a.w yang
dapat kita terapkan langsung dalam keseharian kita:
Mendahulukan
yang Kanan
Dari
Sayyidina Ali R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Apabila seseorang di
antara kalian memakai sandal, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, dan apabila
melepas, hendaknya ia mendahulukan kaki kiri, jadi kaki kananlah yang pertama
kali memakai sandal dan terakhir melepaskannya.". (Muttafaq Alaihi).
Dari
Sayyidatina Aisyah R.a: "Bahwa Nabi S.a.w menyukai memulai dengan bagian
yang kanan, dalam memakai sandalnya, dalam menyisir rambutnya, dalam
bersucinya, dan dalam gerak-geriknya". (Shahih Bukhari).
Amru bin
Abu Salamah R.a menceritakan bahwa suatu hari, sewaktu dirinya masih kecil, ia
tengah berada di pangkuan Rasulullah S.a.w, dan saat itu jamuan makanan sedang
dihidangkan. Ketika tangannya hendak meraih salah satu makanan dalam piring
besar tersebut, Rasulullah S.a.w berkata kepada dia: ”Nak, ucapkanlah
Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada di hadapanmu.”.
Abu
Hurairah R.a mengatakan bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Jika kamu
berpakaian atau berwudhu, hendaknya mendahulukan anggota badan sebelah
kanan.". (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Dari Ibnu
Umar R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Apabila seseorang di antara
kalian makan hendaknya ia makan dengan tangan kanan dan minum hendaknya ia
minum dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan
kirinya dan minum dengan tangan kirinya.". (Riwayat Muslim).
Rasulullah
S.a.w dalam banyak perbuatannya senantiasa mendahulukan bagian anggota yang
kanan, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menyebutkan dengan menukil ucapan Al Imam
An Nawawi bahwa ucapan Beliau S.a.w: " وفي شأنه
كله (dalam segala perbuatannya)", menunjukkan kalimat ‘aam
makhsuus (kalimat umum yang dikhususkan), yang mana tidak semua perbuatan yang
Beliau S.a.w kerjakan dimulai dari anggota yang kanan, sebagaimana banyak
perbuatan yang Beliau mulai dengan anggota yang kiri, seperti ketika masuk ke
dalam kamar mandi, atau ketika keluar dari masjid, dan lainnya.
Senyum dan
Salam (Mengucapkan dan Menjawab)
Jangan
sekali-kali meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekedar senyuman.
Kebaikan yang kau anggap kecil, mungkin terasa besar bagi orang yang menerima
kebaikanmu itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata pada Jabir bin
Sulaim:
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا
مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ
وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ
“Janganlah
meremehkan kebaikan sedikitpun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan
wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.”.
(HR.Tirmidzi dan Abu Daud 4084).
Dari Abu
Dzar R.a, dia berkata, Rasulullah S.a.w bersabda, “Senyummu di hadapan
saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.”. (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Hibban).
Dari
Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i R.a dia berkata, “Aku tidak pernah melihat
seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.”. (HR. Tirmidzi).
Dari Jarir
bin Abdillah R.a dia berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah S.a.w tidak
pernah menolak aku untuk duduk bersama Beliau. dan tidaklah Beliau melihatku
kecuali Beliau tersenyum kepadaku.”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengucapkan
salam, hukumnya adalah sunnah, sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk
menjawabnya. Ucapan Assalamu ‘Alaikum atau lengkapnya Assalamu ’Alaikum wa
Rahmatullahi wa Barakatuh, yang artinya “Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu
diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu”, yang
diucapkan sesama muslim, adalah sunnah Nabi Muhammad S.a.w. Adapun jawabannya
adalah Wa ’Alaikumus salaam, atau lengkapnya Wa ’Alaikumus Salam wa Rahmatullah
wa Barakatuh.
Kita sangat
dianjurkannya kita untuk mengucapankan salam antara sesama muslim, sebagaimana
hadist berikut yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.a, bahwa Rasulullah S.a.w
bersabda:
”Kamu tidak
dapat memasuki surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sebelum
kamu berkasih sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu
yang, jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih sayang di
antara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang
kamu kenal maupun yang belum kamu kenal.”. (HR Muslim).
Abu Umammah
R.a meriwayatkan, Rasulullah S.a.w bersabda, ”Orang yang lebih dekat kepada
Allah S.w.t adalah yang lebih dahulu memberi salam.”. (Musnad Ahmad, Abu Daud,
dan At Tirmidzi).
Hadist
riwayat Abu Hurairah R.a, ia berkata: Rasulullah S.a.w. bersabda: "Seorang
pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki
mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih
sedikit mengucapkan salam kepada jama'ah yang beranggota lebih banyak".
(Shahih Muslim 4019).
Hadist riwayat
Abu Hurairah R.a, ia berkata: Rasulullah S.a.w bersabda: "Ada lima
kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam,
mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan
mengiring jenazah". (Shahih Muslim 4022).
Hadis
riwayat Anas bin Malik R.a: Rasulullah S.a.w pernah melewati anak-anak, lalu
Beliau mengucapkan salam kepada mereka. (Shahih Muslim 4031).
Makan dan
Minum dalam Keadaan Duduk
Rasulullah
S.a.w bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum
sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.”. (HR. Muslim
2026).
“Bagaimana
dengan makan (sambil berdiri)?”, Anas menjawab, “Itu lebih parah dan lebih
jelek.” (HR. Muslim 2024).
Menyambung
Silaturrahmi (Kepada Kerabat, Teman, Tetangga, dst)
Hadist
riwayat Anas bin Malik R.a, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah S.a.w
bersabda: "Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan
dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan
(silaturahmi)". (Shahih Muslim 4638).
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Tidak ada dosa yang Allah cepatkan
adzabnya kepada pelakunya di dunia ini di samping adzab yang telah Dia sediakan
untuknya di akhirat daripada berlaku dzalim dan memutuskan silaturrahmi".
(al-Adab al-Mufrad 29).
Memenuhi
Undangan, Menjenguk Orang Sakit dan Mengantarkan Jenazah
Hadis
riwayat Ibnu Umar R.a, ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: "Apabila
seorang di antara kamu diundang untuk menghadiri pesta perkawinan, maka
hendaklah ia menghadirinya". (Shahih Muslim 2574)
Hadis
riwayat Abu Hurairah Radliallahu 'Anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Hak muslim atas muslim lainnya ada
lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi
undangan dan mendoakan orang yang bersin". (Shahih Bukhari 1164).
Allah S.w.t
menghendaki seluruh umat Islam untuk saling membantu dan mengasihi,
masing-masing peduli dengan yang lain, saling memperhatikan dalam kehidupan
yang tidak lama ini. Karena hal ini berhubungan dengan kehidupan di akhirat
kelak. Di antaranya ialah ketika salah satu dari umat Islam meninggal maka yang
lain berkewajiban untuk memandikan, mengkafani, menshalati, mengantarkan,
mendoakan, dan lain-lain.
Abu
Hurairah R.a berkata bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Barangsiapa yang
menyaksikan jenazah sampai dishalatkan maka ia mendapat pahala satu qirat dan
barangsiapa yang menyaksikannya sampai di kubur maka mendapat pahala dua
qirat". Ditanyakan: "Berapa itu dua qirat?", Rasulullah S.a.w
bersabda: "Seperti dua gunung besar.". (HR Bukhari).
Shalat
Tahajjud
Di antara
ibadah sunnah yang sangat ditekankan dalam Islam adalah shalat Tahajjud.
Demikian ditekankannya Tahajjud, sampai-sampai secara khusus disebutkan dalam
Al-Quran, dan disebutkan pula keutamaan bagi orang yang melakukannya.
Nabi S.a.w
bersabda, “Lakukanlah oleh kalian shalat malam, karena hal itu merupakan
kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, pendekatan diri kepada Allah
Ta`ala, pencegah dari dosa, penghapus segala kesalahan, dan penolak penyakit
dari tubuh.”.
Beliau
S.a.w juga bersabda, “Dua raka'at di tengah malam yang dilakukan oleh seorang
anak Adam lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan jika saja tidak
memberatkan umatku, niscaya aku mewajibkan dua raka'at shalat malam tersebut
kepada mereka.”.
Diriwayatkan
bahwa Allah membanggakan orang-orang yang melakukan shalat malam kepada para
malaikat. Allah S.w.t berfirman: “Lihatlah hamba-hamba-Ku. Sungguh mereka telah
melakukan shalat di kegelapan malam, sehingga tidak ada yang melihat mereka
selain Aku. Aku bersaksi kepada kalian bahwasanya Aku mempersilakan mereka menempati
negeri kemuliaan-Ku.”.
Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengatakan mengenai Abdullah bin Umar:
« نِعْمَ الرَّجُلُ
عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ » . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ
عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .
“Sebaik-baik
orang adalah Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau melaksanakan
shalat malam.”. Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin
‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.“. (HR Bukhari).
Kemudian
setelah shalat, mohon ampunlah untuk kaum muslimin dan muslimat, mukminin
mukminat (orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan). Nabi S.a.w bersabda,
“Barang siapa memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang beriman
laki-laki dan perempuan, niscaya, dari setiap orang beriman laki-laki dan
perempuan, Allah menuliskan baginya satu kebaikan.”.
Sayyidina
Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ
يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada
seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa
sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata: 'Dan bagimu juga kebaikan
yang sama'.”. (HR Muslim 4912).
Membaca
Al-Qur’an.
Abdullah
bin Mas'ud R.a berkata bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Barangsiapa
membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan, sedangkan
kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan
Alif-laam-miim satu huruf, tapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu
huruf". (HR Tirmidzi).
Dari Anas
R.a, beliau berkata: Sesungguhnya Rasulullah S.a.w bersabda, “Barangsiapa
setelah imam salam dari shalat Jum`at sebelum merubah posisi duduknya membaca
surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlas, surat Al-Mu`awwidzata in (yakni surat
Al-Falaq dan surat An-Naas) masing-masing tujuh kali (7x), maka Allah S.w.t mengampuni
dosa yang telah lewat dan yang akan datang serta diberi pahala sebanyak
hitungan orang yang beriman kepada Allah S.w.t dan Rasul-Nya.”. (HR. Ibnu
Mundzir).
Al Quran
merupakan kitab suci sempurna yang mengulas berbagai aspek kehidupan. Sebelum
memulai aktifitas keseharian kita, alangkah baiknya membaca Al-Qur’an terlebih
dahulu dengan penuh penghayatan. Firman Allah S.w.t: "Kitab (Al Qur'an)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa". (QS
Al-Baqarah [2]: 2).
Allah S.w.t
berfirman: "Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah
menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya dalam (Al-Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman". (QS Al-‘Ankabut [29]: 51).
Tak hanya
bernilai ibadah, tetapi bagi pembaca Al-Qur'an keadaan mereka dikatakan oleh
Nabi S.a.w: "Rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur'an akan terlihat
penduduk langit sebagaimana penduduk bumi melihat gemerlap bintang-gemintang di
langit.". (HR Baihaqi). Sedangkan bagi orang yang malas membaca Al-Qur'an,
Rasulullah S.a.w memperingatkan: "Sungguh, orang yang di dalam hatinya
tidak terdapat sesuatu pun dari Al-Qur'an, bagaikan rumah yang sepi
(menyeramkan)". (HR Turmudzi).
Sayyidina
Rasulullah S.a.w bersabda: ”Katakanlah “Qul Huwallahu Ahad (yakni surat
Al-Ikhlas) dan Al Mu’awwidzata in (yakni surat Al-Falaq dan An-Naas) pada sore
hari dan pagi hari (sebanyak) tiga kali, maka hal itu telah mencukupimu dari
segala sesuatu.”. (HR Abu Daud).
Rutinkanlah
untuk membaca Al-Qur'an. Membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang ringan, seperti
surah-surah pendek tentu tidak memberatkan (kecuali bagi orang-orang yang
malas), dan perlu kita ingat bahwa sebaik-baik amalan yang paling dicintai oleh
Allah S.w.t ialah yang kita tekun melakukannya tanpa terputus (kontinyu),
istiqamah. Rasulullah S.a.w bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى
اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang lestari (terus-menerus)
walaupun itu sedikit.”. (HR Muslim).
Shalat
Berjama'ah di Masjid
Islam tidak
lepas dari konteks kehidupan berjama'ah, bahkan ada hukum yang secara langsung
berkaitan dengan jama'ah, seperti shalat, puasa Ramadhan, ibadah haji, jihad fi
sabilillah, dan juga dakwah.
Rasulullah
S.a.w bersabda: "Tidaklah tiga orang yang berdiam di suatu kota atau suatu
desa yang di antara mereka tidak ditegakkan salat jamaah, melainkan setan telah
menguasai mereka. Oleh karena itu, engkau wajib berjamaah. Sebab, sesungguhnya
serigala itu hanyalah akan memangsa kambing yang sendirian.". (HR Abu
Dawud, Nasai, Ahmad dan Hakim).
Dalam
syariat Islam, diberikan penghargaan yang sangat tinggi bagi yang melaksanakan
shalat lima waktu secara berjama'ah, yaitu 25 atau 27 kali shalat sendirian di
rumahnya. Shalat Isya berjama'ah di masjid diberi ganjaran setengah pahala
shalat malam. Shalat Subuh berjama'ah di masjid diganjar seperti pahala shalat
tahajjud sepanjang malam.
Rasulullah
S.a.w pernah bersabda: "Sesungguhnya Shalat Subuh dan dan Shalat Isya’
secara berjama'ah di masjid sangat sulit dikerjakan oleh orang-orang yang
munafik". Maukah gelar ini melekat pada diri kita? ..Tentu tidak, maka
marilah kita bangun di waktu fajar untuk melaksanakan perintah Allah S.w.t.
Sebelum
melangkah ke mana pun, langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat
keberkahan, bukan karena panggilan muadzin, tetapi panggilan Allah S.w.t yang
menyeru kepada orang beriman untuk memakmurkan masjid-Nya. Beberapa hadits yang
menerangkan keutamaan berjalan ke masjid, di antaranya sabda Rasulullah S.a.w:
"Barangsiapa yang pergi ke masjid atau pulang, maka Allah telah menyiapkan
dalam surga, setiap pergi atau pulang.". (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi S.a.w
bersabda: "Siapa saja yang melangkahkan kaki menuju masjid untuk shalat
berjama'ah, pada setiap langkahnya itu satu dosa dihapuskan dan satu derajatnya
ditinggikan" (HR Al-Khamsah dari Abu Hurairah R.a).
Allah S.w.t
akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi
keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang
mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat
yang mulia ini. Allah S.w.t akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga
shalat Subuhnya, yaitu terbebas dari siksa neraka jahanam.
Diriwayatkan
dari Ammarah bin Ruwainah R.a, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah S.a.w
bersabda: "Tidak akan masuk neraka, orang yang shalat sebelum terbit
matahari dan sebelum terbenam matahari". (HR Muslim).
Shalat
Subuh merupakan hadiah dari Allah S.w.t. Hadiah ini tidak diberikan, kecuali
kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang gemar kemaksiatan,
bagaimana mungkin akan bangun untuk shalat Shubuh. Orang munafik tidak
mengetahui kebaikan yang terkandung dalam shalat Subuh berjama'ah di masjid.
Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan
pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, seperti sabda Rasulullah S.a.w,
"Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak".
Betapa
beruntungnya orang membiasakan dalam melaksanakan kewajiban shalat dengan
berjama'ah dan betapa ruginya orang yang melalaikannya. Masjid dan shalat
berjama'ah merupakan media bagi persatuan dan kesatuan umat Islam, yang dapat
mewujudkan persaudaraan lahir bathin di antara sesama muslim.
Sedikit
tambahan kesunnahan ialah memakai wangi-wangian (minyak wangi), sebagaimana
hadist berikut: "Apabila salah seorang di antara kalian menyaksikan waktu
Isya' ~(dalam sebuah riwayat lain disebutkan 'masjid' (di masjid)~ maka
hendaklah dia memakai wangi-wangian pada malam itu". (Hadits Riwayat
Muslim).
Shalat
Dhuha
Shalat
Dhuha hukumnya sunnah mu'akkadah (sangat dianjurkan), waktunya dari meningginya
matahari setinggi pedang, sampai sebelum bergesernya matahari dari istiwa'.
Dilakukan paling sedikit dua raka'at.
Abu Darda'
R.a berkata, "Aku diberi wasiat oleh Kekasihku S.a.w tiga hal yang tidak
akan aku tinggalkan selama aku hidup: Puasa tiga hari setiap bulan, Shalat
dhuha, dan tidak tidur sebelum aku shalat witir.". (HR Muslim).
Ada banyak
keutamaan dibalik shalat Dhuha, pelakunya diampuni dosanya, rezekinya diluaskan
sepanjang hari dan dimasukkan ke dalam surga melalui sebuah pintu khusus, pintu
Dhuha. Allah mencukupi rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa
lemah dari empat raka'at dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan
mencukupimu di akhir harimu.”. (HR. Abu Darda`). Bahkan, siapa saja yang
mengerjakan shalat Dhuha secara istiqamah, pahalanya dapat menyamai pahala
ibadah haji.
Dengan
menunaikan shalat Dhuha, kita sedang memberikan makna yang luhur atas pekerjaan
dan tugas sehari-hari yang akan kita selesaikan. Kita bekerja juga merupakan
sebuah tugas mulia dan semestinya dimulai dengan mengingat Allah S.w.t, agar
keberkahan dan semangat melewati proses kerja dilimpahkan oleh-Nya. Sebab,
dengan shalat Dhuha, kita memohon kepada-Nya untuk menjadi Pelindung. Siapa
yang menunaikan shalat Dhuha akan tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada
Allah S.w.t. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia
telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.”. (HR Hakim).
Dari Abu
Dzarr R.a, ia berkata: Rasulullah S.a.w bersabda: “Setiap pagi, pada ruas
tulang kalian terdapat sedekah, setiap ucapan tasbih (Subhanallah) adalah
sedekah, setiap ucapan tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap ucapan
tahlil (Laa Ilaha illallah) adalah sedekah, setiap ucapan takbir (Allahu Akbar)
adalah sedekah, memerintah kebaikan adalah sedekah, mencegah perkara mungkar
adalah sedekah, dan dua raka’at yang dikerjakan seseorang dalam shalat Dhuha
telah mencakup semuanya.”. (HR.Muslim).
Sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.a, beliau berkata: ”Kekasihku Nabi
Muhammad S.a.w mewasiatkan tiga hal: Shalat Witir sebelum tidur, Puasa tiga
hari di setiap bulan, dan Shalat Dhuha.”. (Imam al-Baihaqi dalam kitabnya
Fadhail Awqat).
Ketiga
ibadah ini merupakan wasiat langsung dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa
Shahbihi wa Salam.
Sedekah
(setiap hari)
Sedekah
termasuk amalan yang bersifat al-muta’ddiyah (sosial), artinya manfaatnya tidak
hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakannya, namun juga dirasakan oleh
banyak orang lain. Allah S.w.t menyukai orang yang suka bersedekah, dan
malaikat-Nya selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.
Sedekah
memiliki banyak keutamaan, (terutama yang dilakukan pada bulan Ramadhan). Di
antara keutamaan sedekah adalah menyucikan diri dari dosa-dosa kecil,
menunjukkan rasa syukur, menghilangkan sifat kikir pada diri seseorang,
'membersihkan' harta yang dimiliki, dan membantu meringankan beban kaum dhuafa.
Sedekah juga takkan mengurangkan harta sedikitpun, karena Allah pasti akan
menggantinya dengan berlipat ganda. Rasulullah S.a.w bersabda:
مَا نَقَصَ مَالُ مِنْ
صَدَقَةٍ
Artinya:
"Harta tidak berkurang karena bersedekah.". (HR Muslim).
Allah S.w.t
berfirman: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah [2]: 261).
Diriwayatkan
di dalam Shahih Bukhari tentang salah seorang wanita bertanya kepada Rasul
S.a.w, “Wahai Rasulullah, aku punya harta yang lebih, boleh tidak aku
sedekahkan pada suamiku dan anakku? boleh tidak sedekah kepada kerabat
sendiri?”, maka Rasul S.a.w menjawab: “Untukmu dua pahala, yang pertama kau dapat
pahala shadaqah dan yang kedua kau dapat pahala menyambung silaturahmi dengan
kerabatmu".
Sering
dipertanyakan, mana yang lebih didahulukan, umum atau keluarga sendiri?. Justru
keluarga sendiri dulu, baru orang lain. Bahkan kepada keluarga sendiri, kata Rasul
S.a.w, ada dua pahala, yaitu pahala sedekah dan pahala menyambung kekerabatan.
Demikian indahnya tuntunan Nabiyyuna Muhammad S.a.w.
Untuk
sedekah dalam bentuk materi tentunya kita semua telah banyak memahaminya, namun
perlu juga kita sadari bahwa sedekah tidaklah semata-mata dalam bentuk materi
(harta atau benda), sebagaimana hadist berikut, Dari Abu Dzarr Jundub bin
Junadah R.a, ia bertanya kepada Rasulullah S.a.w: “Amal apakah yang paling
utama?”, Beliau S.a.w menjawab: “Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya.”
Saya bertanya: “Memerdekakan budak yang bagaimana yang paling utama?” Beliau
S.a.w menjawab: “Memerdekakan budak ketika sangat disayang oleh tuannya dan
yang paling mahal harganya.” Saya bertanya: “Seandainya saya tidak mampu
berbuat yang sedemikian, lalu bagaimana?” Beliau S.a.w menjawab: “Kamu membantu
orang yang bekerja atau kamu menyibukkan diri agar hidupmu tidak sia-sia.” Saya
bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya tidak mampu melakukan
sebagian pekerjaan itu?” Beliau S.a.w menjawab: “Janganlah kamu berbuat
kejahatan kepada sesama manusia, karena sesungguhnya yang demikian itu termasuk
sedekah untuk dirimu.”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Sedekah
tidak selalu berati pemberian materi, namun juga bisa bermakna pemberian yang
bersifat non-materi, semisal, membantu orang lain, menyingkirkan duri di jalan,
berbicara dengan bahasa yang santun dan sopan, dan lain-lain. Dalam hadis yang
diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda,
“Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama
matahari masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah
sedekah; kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat
barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu
menuju tempat shalat juga dihitung sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan
adalah sedekah.”. (HR Bukhari dan Muslim).
Apabila
kita kurang mampu untuk melakukan sedekah materi, minimal kita menyibukkan diri
dengan hal-hal yang bermanfaat semisal membantu orang lain yang bekerja, dan
senantiasa pula kita menahan diri untuk tidak menganggu orang lain, karena
secara tidak langsung, yang demikian adalah memberi (sedekah) kenyamanan dan
menjaga kesalamatan orang banyak. Sabda Nabi S.a.w: "Yang disebut dengan
muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan
tangannya". (HR Bukhari 10 dan Muslim 40).
Berbeda
dengan zakat yang biasa dilakukan secara terbuka agar menjadi nasehat (yakni
dilihat dan ditiru) bagi orang lain, sedekah lebih utama jika dikeluarkan
secara diam-diam, dan juga pada prakteknya, menolak dengan kata-kata yang halus
lebih baik daripada memberi tapi dibarengi bentakan atau menghardik yang dapat
menyakiti hati penerima.
Jauhilah
sifat kikir dan hiasilah diri anda dengan akhlak dan watak penderma yang gemar
memberi dan menolong. Firman Allah S.w.t: "Dan siapa yang dihindarkan dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.". (QS Al
Hasyr [59]: 9). Rasulullah S.a.w bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi sesamanya.”. (HR Ath-Thabarani).
Jaga Wudhu
(terus-menerus).
Abdullah
bin Umar R.a berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن
رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: طهروا هذه الأجساد طهركم الله فإنه ليس عبد
يبيت طاهرا إلا بات معه ملك في شعاره لا ينقلب ساعة من الليل إلا قال : اللهم اغفر
لعبدك فإنه بات طاهرا.
“Bersihkanlah
jasad-jasad ini semoga Allah membersihkan kalian, karena sesungguhnya tidaklah
seorang hamba bermalam suatu malam dalam keadaan suci melainkan seorang
malaikat akan bermalam bersamanya di dalam selimutnya, tidaklah dia bergerak
pada suatu waktu dari malam melainkan malaikat itu berdoa: “Wahai Allah,
ampunilah untuk hamba-Mu, sesungguhnya dia tidur malam dalam keadaan suci.”.
(HR Ath Thabrani).
Allah S.w.t
menyayangi hamba-Nya yang berwudhu. Sayyidina Ali bin Abu Thalib K.w berkata:
“Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia
sedang tidak shalat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, "Ampuni dosa
dan sayangi dia Ya Allah”.
Biasakanlah
bersuci dan berdoa sebelum tidur, mudah-mudahan mendapat keberkahan. Diriwayatkan
dari Nabi S.a.w bahwasanya Beliau bersabda, ”Barang siapa hendak tidur dan
ingin terbangun di waktu tertentu, hendaknya ia tidur dalam kondisi berwudhu,
dan ketika hendak tidur membaca ayat (Al-Kahfi ayat 110), lalu mengusap dadanya
dengan tangan kirinya dan mengucapkan Allahumma nabihni fi waqti kadza atau fi
sa`ati kadza (Ya Allah, bangunkan aku di waktu ini.. atau pada jam sekian..),
maka ia akan terbangun di waktu tersebut dengan pasti.”.
Rasulullah
S.a.w bersabda: “Barangsiapa tidur dimalam hari dalam keadaan suci (berwudhu)
maka malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya malaikat itu
akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba-Mu si fulan, karena ia tidur di malam
hari dalam keadaan selalu suci’.”. (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar R.a).
Selain
berdampak kepada kebersihan lahir (tubuh), wudhu juga berdampak pada kesehatan
bathiniah seseorang, dimana dengan berwudhu dapat menjadi sebab hadirnya
ketentraman hati dan ketenangan jiwa. Basuhan dan siraman air wudhu akan
meredam emosi seseorang yang sedang panas terbakar amarah. Rasulullah S.a.w
bersabda, “Sesungguhnya kemarahan itu berasal dari syaitan, dan syaitan
tercipta dari api. Dan sesungguhnya api itu dapat dipadamkan dengan air. Jika
salah seorang di antara kalian marah, maka berwudhulah.”. (HR. Ahmad dan Abu
Daud).
Wudhu
adalah amalan yang tergolong ringan, dimana wudhu juga sebagai pembersih bagi
orang yang sering melakukannya. Setelah dengan kemudahan yang demikian itu,
Allah juga memberi pahala yang sangat besar dan pelakunya dipersilahkan untuk
memasuki surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya, sungguh ini merupakan
pemberian yang sangat besar. Bagaimana dengan yang lalai dan lengah dalam hal
ini?, betapa mereka menyia-nyiakan keagungan ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Uqbah bin Amir R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Tidaklah
seorang muslim berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat
menghadap kiblat dua raka'at, kecuali wajib baginya surga.". (HR Muslim).
Dari
Al-Barra’ bin Azib Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ
فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ،
ثُمَّ قُلْ : اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي
إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا
مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ
الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ ؛ فَإِنْ مُتَّ مِنْ
لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ ، وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ
بِهِ
“Apabila
engkau hendak tidur, berwudhulah sebagaimana wudhu ketika hendak shalat.
Kemudian berbaringlah miring ke kanan, dan bacalah:
اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ
وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ
، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا
إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ
الَّذِي أَرْسَلْتَ
'Ya Allah,
aku tundukkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku
sandarkan punggungku kepada-Mu, karena rasa takut dan penuh harap kepada-Mu.
Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari hukuman-Mu kecuali
kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan,
dan kepada nabi-Mu yang telah Engkau utus'.
Jika kau
wafat di malam itu, kamu mati dalam keadaan fitrah. Jadikanlah doa itu, sebagai
kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur.”. (HR. Bukhari 247 dan
Muslim 2710).
Istighfar
(setiap saat)
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah
Ta’ala. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus
kali”. (Riwayat Al Bukhari dalam Adab Al Mufrad dan dihasankan oleh Al Hafidz
As Suyuthiy). Al Hafidz Al Ala’iy menjelaskan bahwa maksud taubat pada hadits
tersebut adalah taubat istighfar, yang mana Rasulullah S.a.w banyak
melakukannya.
Istighfar
bukanlah sekedar ucapan dzikir belaka, tetapi di dalamnya terkandung nilai
ibadah yang begitu besar, sebagaimana sabda Rasulullah S.a.w: "Tidaklah
tergolong orang berdosa, orang yang selalu beristighfar meskipun dia mengulangi
perbuatan dosanya sebanyak 70 kali dalam sehari.". (HR Tirmidzi).
Tsauban R.a
berkata, "Rasulullah S.a.w jika selesai shalat mengucap 'Astaghfirullah'
tiga kali, kemudian mengucap 'Allahumma Antassalam wa Minkassalam Tabarakta ya
Dzaljalali wal ikram' (Ya Allah, Engkaulah Salam dan dari-Mu semua keselamatan,
Maha Mulia Engkau Tuhan yang Maha Besar dan Maha Terhormat).". (HR Muslim).
Dengan
istighfar, masalah yang terjadi karena dosa kita, akan dijauhkan oleh Allah
S.w.t.
Bershalawat
Kepada Nabi S.A.W
Suatu
ketika sahabat Ubay bin Ka’ab R.a bertanya kepada Rasulullah S.a.w, “Wahai
Rasulullah, berapa banyak saya harus mengucapkan shalawat untukmu?” Rasulullah
menjawab, “Sesukamu.”. Pada akhirnya Ubay berkata: "Wahai Rasulullah, saya
akan menjadikan seluruh waktuku untuk bershalawat kepadamu", maka
Rasulullah S.a.w bersabda: "Karena itu, seluruh dosa-dosamu akan diampuni
dan semua kesedihanmu akan dihilangkan (yakni tercukupi semua kebutuhan, dan
diberi jalan keluar atas segala masalah). (HR Tirmidzi 2457. Hasan Shahih).
Jadi, makin
banyak kita bershalawat kepada Nabi, maka akan semakin bagus. Ini adalah
jaminan dari Rasulullah S.a.w. Dan terlebih utama lagi bila memperbanyak
bershalawat di hari Jum’at. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ
الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ
فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ
أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah
shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan
padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah
yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”. (HR Baihaqi).
Siti Aisyah
R.a pernah bertanya kepada Rasulullah S.a.w, “Siapakah yang tidak akan
melihatmu pada hari kiamat?” Jawab Rasulullah S.a.w: “Orang yang bakhil
(kikir)”. Siti Aisyah bertanya lagi: “Siapakah orang yang bakhil itu?” Jawab
Baginda S.a.w: “Orang yang ketika disebut namaku di depannya, dia tidak
mengucap shalawat ke atasku.”.
Shalawat kepada Nabi Muhammad S.a.w
menjanjikan pahala yang sangat besar.
Rasulullah S.a.w bersabda, "Barang
siapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat (melimpahkan
rahmat) kepadanya sepuluh kali". (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i
dan Ahmad).
Satu
shalawat-Nya Allah untuk hamba sudah pasti jauh lebih baik dari pada dunia
beserta isinya..!!. Siapa yang bershalawat kepada Nabi sewaktu duduk, ia akan
diampuni sebelum berdiri dan siapa yang bershalawat kepada Beliau S.a.w sewaktu
hendak tidur, ia akan diampuni sebelum bangun. Shalawat merupakan guru bagi
mereka yang tak memiliki guru, karenanya shalawat tidak butuh guru maupun
khusyu dalam membacanya, tetapi akan lebih sempurna jika diucapkan dengan hati
yang khusyu.
"Bahkan
Riya' (mengharapkan pujian manusia) pun tidak dapat menghapuskan pahala
shalawat"
Wal Akhir,
perlu kita ingat dalam menjalankan sunnah terdapat perbedaan antara i'tiba
(mengikuti) dan mahabbah (mencintai), bahwa menjalankan sunnah Nabi S.a.w
janganlah hanya pada dhohirnya (gerak-gerik) saja yaitu mengikuti Nabi Muhammad
S.a.w yang tanpa dibarengi 'ruh mengikuti', dan ruh mengikuti itu adalah cinta
(mahabbah) kepada Nabi Muhammad S.a.w. Alangkah banyaknya kelalaian kita akan
ruh mengikuti ini. Mengikuti Nabi Muhammad S.a.w belum tentu cinta akan tetapi
yang mencintai Nabi Muhammad S.a.w pasti akan patuh dan mengikuti (i'tiba)
Rasulullah Nabi Muhammad S.a.w.
Jagalah
selalu sunnah-sunnah baginda Nabi besar Muhammad S.a.w
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
Wassalamu
Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
0 komentar:
Posting Komentar