Pengaruh Kebaikan Dan Amal Shalih Orang Tua
Wahai bapak dan ibu, ketika kita dapati anak kita tidak
sesuai dengan harapan, maka terlebih dahulu hendaknya kita melihat diri kita.
Barangkali pada diri kita masih ada kesalahan …
Bisakah Orang Tua Yg Tidak Baik Mendapatkan Keturunan Yg
Baik Dosa Ortu Imbas Ke Anak Anak Disuruh Kerja Oleh Bapaknya Di Kafe Menurut
Agama Islam Syafaat Anak Kepada Orang Tua Anak Susah Shalih Karena Ayah Tidak
Shalih
Wahai bapak dan ibu, ketika kita dapati anak kita tidak
sesuai dengan harapan, maka terlebih dahulu hendaknya kita melihat diri kita.
Barangkali pada diri kita masih ada kesalahan atau dosa-dosa yang masih sering
kita lakukan. Karena sesungguhnya amalan-amalan yang dilakukan orangtua akan
memberi pengaruh terhadap keshalihan anak.
Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir,
mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya
mengucapkan kalimat-kalimat tersebut.
Demikian juga seorang anak yang diutus orang tuanya untuk
memberi sedekah kepada orang-orang miskin dirumah-rumah berbeda dengan seorang
anak yang disuruh orang tuanya membeli rokok dan barang-barang memabukkan.
Seorang anak melihat ayahnya berpuasa senin kamis dan melaksanakan shalat jumat
dan jama’ah tidak sama dengan anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di
kafe, diskotik, dan bioskop.
Kita bisa membedakan antara seorang anak yang sering
mendengar adzan dengan seorang anak yang sering mendengar ayahnya bernyanyi.
Anak-anak itu pasti akan meniru apa yang sering mereka dengar.
Bila seorang ayah selalu berbuat baik kepada orang
tuanya, mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka, selalu berusaha tahu
kabar mereka, menenangkan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, memperbanyak
berdoa, “rabbighfirli wa li wali dayya..”, berziarah ke kuburan mereka bila
telah meninggal, dan bersedekah untuk mereka, serta tetap menyambung hubungan
dengan teman-teman mereka dan member hadiah dengan orang-orang yang biasa
diberi hadiah oleh mereka dahulu. Maka anak yang melihat akhlak ayahnya seperti
ini dengan seizin Allah akan menontohnya dan juga akan memohonkan ampunan untuk
orangtuanya.
Seorang anak yang diajari shalat tidak sama dengan anak
yang dibiasakan nonton film, musik, dan sepak bola.
Seorang anak yang melihat ayahnya shalat di malam hari,
menangis karena takut kepada Allah, membaca Al Qur’an, pasti akan berfikir,
“Mengapa ayah menangis, mengapa ayah shalat, untuk apa ayah tidur meninggalkan
ranjangnya yang enak lalu berwudhu dengan air dingin di tengah malam seperti
ini? Untuk apakah ayah sedikit tidur dan berdoa dengan penuh pengharapan dan
diliputi kecemasan?”
Semua pertanyaan ini akan berputar dibenaknya dan akan
selalu hadir dalam pikirannya. Selanjutnya dia akan mencontoh apa yang
dilakukan ayahnya.
Demikian juga dengan seorang anak perempuan yang melihat
ibunya berhijab dari laki-laki yang bukan mahramnya, menutup aurat di hadapan
mereka, berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga kesucian diri. Dia
akan mempelajari dari ibunya akhlak tersebut.
Beda dengan seorang anak perempuan yang selalu melihat
ibunya bersolek di depan para lelaki bukan mahram, bersalaman, berikhtilat,
duduk bersama mereka, tertawa, tersenyum, bahkan berdansa dengan lelaki bukan
mahram. Dia akan mempelajari semua itu dari ibunya.
Karena itu takutlah kepada Allah wahai Ayah Ibu, dalam
membina anak-anak kalian! Jadilah Anda berdua teladan yang baik, berhiaslah
dengan akhlak yang baik, tabiat yang mulia, dan sebelum itu semua berpegang
teguh dengan agama ini dan cintailah Allah dan rasul-Nya.
Penjagaan Allah Terhadap Keturunan Orang Tua yang Shalih
Keshalihan dan amal baik orang tua memiliki dampak yang
besar bagi keshalihan anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi mereka di dunia
dan akhirat. Sebaliknya amal-amal jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan
orangtua akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya.
Pengaruh-pengaruh tersebut diatas datang dengan berbagai
bentuk. Diantaranya berupa keberkahan amal-amal shalih dan pahala yang Allah
sediakan untuknya. Atau sebaliknya berupa kesialan amal-amal jelek dan
kemurkaan Allah serta akibat jelek akan diterimanya.
Jika orang tua shalih dan gemar melaksanakan amalan baik
maka akan mendapatkan ganjaran dan pahala yang dapat dirasakan anak. Ganjaran
tersebut dapat berupa penjagaan, rizki yang luas, dan pembelaan dari murka
Allah. Adapun amal jelek orang tua, akan berdampak jelek terhadap anak. Dampak
tersebut dapat berupa musibah, penyakit, dan kesulitan-kesulitan lain.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memperbanyak amal
shaleh karena pengaruhnya akan terlihat pada anak. Bukti pengaruh ini dapat
dilihat dari kisah nabi Khidhir yang menegakkan tembok dengan suka rela tanpa
meminta upah, sehingga Musa menanyakan alasan mengapa ia tidak mau mengambil
upah. Allah berfirman memberitakan perkataan nabi Khidhir,
وَأَمَّا
الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ
كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا
أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ
عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٨٢)
“Adapun
dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS.
Al Kahfi: 82)
Dalam
menafsirkan firman Allah, “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih” Ibnu
Katsir berkata: “Ayat diatas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang
berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatannya dan syafaatnya
kepada mereka maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua orangtuanya
senang dan berbahagia sebagaimana yang yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an
dan as sunnah.”
Allah telah
memerintahkan kepada kedua orangtua yang khawatir terhadap masa depan
anak–anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar,
dan berbagai macam amal ketaatan lainnya. Sehingga dengan amalan-amalan itu,
Allah akan menjaga anak cucunya. Allah berfirman,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ
تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا
اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٩)
“Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An Nisa: 9)
Dari said
bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas berkata: “Allah mengangkat derajat anak cucu
seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di
bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca
firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” ( Ath Thuur : 21) [1]
Karena itu
bertakwalah dan beramal shalihlah agar doa untuk kebaikan anak Anda diterima!
Diceritakan
bahwa sebagian orang-orang salaf dahulu pernah berkata kepada anaknya, “Wahai
anakku, aku akan membaguskan shalatku agar engkau mendapat kebaikan.” Sebagian
ulama salaf menyatakan bahwa makna ucapan itu adalah aku akan memperbanyak
shalatku dan beroda kepada Allah untuk kebaikanmu.
Kedua
orangtua bila membaca Al-Qur’an, surat Al Baqarah dan surat-surat Al
Mu’awwidzat (Al-Ikhlash, Al Falaq, An Naas), maka para malaikat akan turun
mendengarnya dan setan-setan akan lari. Tidak diragukan bahwa turunnya malaikat
membawa ketenangan dan rahmat. Dan jelas ini member pengaruh baik terhadap anak
dan keselamatan mereka.
Tetapi bila
Al-Qur’an ditinggalkan, dan orangtua lalai dari dzikir, ketika itu setan-setan
akan turun dan memerangi rumah yang tidak ada bacaan Al-Qur’an, penuh dengan
musik, alat-alat musik, dan gambar-gambar haram. Kondisi seperti ini jelas akan
berpengaruh jelek terhadap anak-anak dan mendorong mereka berbuat maksiat dan
kerusakan.
Sehingga
dari itu semua, cara yang paling tepat untuk meluruskan anak-anak harus dimulai
dengan melakukan perubahan sikap dan perilaku dari kedua orang tua. Kita harus
menanamkan komitmen dan berpegang teguh terhadap syariat Allah pada diri kita
dan anak-anak. Serta kita harus senantiasa berbuat baik kepada orangtua kita
serta menjauhi sikap durhaka kepadanya, agar anak-anak kita nantinya menjadi
anak yang berbakti, selamat dari dosa durhaka kepada kedua orang tua dan murka
Allah. Karena anak-anak saat ini adalah orang tua dimasa yang akan datang dan
suatu ketika ia akan merasakan hal yang sama ketika menginjak masa tua.
Selanjutnya,
hal yang tidak boleh kita lupakan adalah senantiasa berdoa, mengharap
pertolongan kepada Allah dalam mendidik anak-anak kita, janganlah kita sombong
terhadap kemampuan yang kita miliki. Karena hidayah itu berada ditangan Allah
dan Allahlah yang membolak balikkan hati hamba-hambaNya.
Catatan
redaksi:
[1] Lafal
hadits tersebut berbunyi,
إِنَّ اللهَ لَيَرْفعُ ذُرِّيَّةَ
المُؤمِنِ إِلَيْهِ فِي دَرَجَتِهِ وَ إِنْ كَانُوا دُونَهُ فِي العَمَل ،
لِتُقرَّ
بِهِم عَينُهُ ، ثُمَّ قَرَأَ
: وَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَ اتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ
شَيْءٍ
Hadits ini
dikeluarkan oleh Al-Bazzar (Hal. 221), Ibnu Adi (I/270) dan Al-Baghawi dalam
At-Tafsir (8/82) dari Qais bin Rabi’ dari Amr bin Murrah dari Said bin Jubair
dari Ibnu ‘Abbas dan diangkat sampai kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Syaikh Albani berkata ,“Hadits ini mauquf namun dihukumi marfu’’ (sampai kepada
Nabi shallallahu’alaihi wasallam-red) dan hadits ini memiliki sanad yang
baik”.(As-Silsilah Ash-Shahihah no.2490, Al-Maktabah As-Syamilah, red)
***
artikel
muslimah.or.id
penulis:
Ummu Muhammad Anik Rahmawati
Referensi :
Tarbiyatul
Abna’, Syaikh Musthafa Al Adawi, penerbit Media Hidayah
Pengaruh
Lingkungan Terhadap pendidikan Anak, Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin,
Majalah As Sunnah Edisi 03/Tahun XII
0 komentar:
Posting Komentar