Niat Puasa Sunnah Senin Kamis Bisa Dibaca Saat Pagi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengenal beberapa
amalan ibadah puasa. Ada puasa wajib yang dilaksanakan bulan Ramadhan dan puasa
sunnah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Tidak ada perbedaan dalam hal pelaksanaan puasa wajib
maupun sunnah, yakni sama-sama tidak makan dan minum selama adzan magrib belum
dikumandangkan. Namun, ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaan niat, puasa
sunnah lebih longgar untuk membaca niatnya.
Seperti diketahui niat puasa wajib harus dilafalkan
sebelum terbit fajar, sementara puasa sunnah boleh dilafalkan setelah fajar
dengan syarat belum makan dan minum. Batas membaca niat puasa sunnah waktunya
sampai zhuhur.
"Niat puasa sunnah boleh dilakukan setelah terbit
fajar (pagi hari) sampai zawal (waktu zhuhur) dengan syarat sejak terbit fajar
ia blm makan apa-apa," kata Peneliti di Rumah Fiqih, Ustadz Ahmad Zarkasih
saat berbincang dengan Republika.co.id, Kamis (27/8).
Ustadz Ahmad menyampaikan, membaca niat setelah terbit fajar
untuk puasa sunnah itu pernah terjadi pada Nabi Muhammad SAW. Ketika itu Nabi
Muhammad tidak menemukan makanan di rumah Sayyidah Aisyah, lalu Beliau SAW niat
puasa di hari itu padahal sudah menjelang siang.
Hal tersebut ditegaskan hadits (HR. Muslim).
حديث عائشةَ أمِّ المؤمنينَ رَضِيَ الله عنها، حيث قالت:
((دخل عليَّ النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ذاتَ يومٍ فقال: هل عِندكم شيءٌ؟
فقلنا: لا. قال: فإني إذًا صائِمٌ))
Dari
Sayyidah Aisyah radhiallahu anha beliau mengantakan" Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam masuk ke kediamanku suatu hari lalu beliau
bertanya: "Apakah kalian punya sesuatu untuk dimakan?". Kemudian kami
Katakan "tidak" lalu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
mengatakan "kalau begitu saya puasa saja".
Dari sekian
banya amalan ibadah puasa sunnah, puada sunnah Senin dan Kamis yang paling
populer. KH Syamsul Yakin mengatakan banyak fadhilah mengerjakan puasa sunnah
Senin dan Kamis.
Alasannya,
seperti sabda Nabi SAW, “Pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis.” (HR.
Muslim).
Tidak hanya
itu, amal kebajikan manusia dihadapkan oleh malaikat ke hadapan Allah SWT pada
Senin dan Kamis. Sebagai upaya preventif, seyogyanya pada kedua hari itu kita
berpuasa.
Nabi SAW
memberi informasi, “Berbagai amalan dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin
dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan pada saat aku sedang
berpuasa.” (HR. Turmudzi). Seperti halnya Nabi SAW, kita juga ingin puasa kita
pada kedua hari itu dilaporkan kepada Allah SWT, sehingga kita beroleh pahala
surga.
Sejatinya pahala
puasa secara umum, Allah SWT sendiri yang membalasnya, baik puasa sunah seperti
puasa Senin Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa Nabi Daud atau juga puasa wajib.
Nabi SAW bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali
lipat.
Allah SWT berfirman, “Kecuali amalan puasa. Amalan
puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan
dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena Aku." (HR. Muslim).
Puasa memang amal istimewa. Bagi kita, puasa terasa berat dalam pelaksanaannya,
terutama puasa Senin Kamis. Maka wajar kalau berpahala besar.
Secara
fisiologis, orang yang berpuasa akan memperoleh hormon kebahagiaan atau
endorfin saat berbuka. Hal ini seirama dengan sabda Nabi SAW, “Bagi orang yang
berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka
dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya.” (HR. Muslim).
Inilah
pahala psikologis puasa Senin Kamis. Untuk itu, siapa saja yang ingin
hari-harinya bahagia dapat terus memproduksi hormon endorfin dengan cara
berpuasa Senin Kamis. Tak hanya itu, bagi yang berpuasa Senin Kamis,
hari-harinya diliputi harapan. Karena pada saat Magrib menjelang, ada harapan
berbuka puasa.
Bagi Nabi
SAW sendiri, puasa Senin dan Kamis
memiliki dimensi historis. Bersumber dari Qatadah al-Anshari, Rasulullah
SAW pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Lalu Nabi SAW menjawab,
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya
wahyu untukku.” (HR. Muslim).
Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
0 komentar:
Posting Komentar