Kamis, 19 Mei 2022

Tiga Macam Ujian dan Derajat Kesabaran Manusia

Tiga Macam Ujian dan Derajat Kesabaran Manusia

 

KABAR BANTEN - Syekh Abdus Shomad Al-Palimbani, penghulu tasawuf yang hidup pada abad ke-17 M memiliki pandangan terhadap berbagai macam ujian dari Allah SWT kepada manusia. Dalam tulisan di kitab “Anisul Muttaqien”, Syekh Abdus Shomad memaparkan tentang tiga bagian ujian Allah terhadap manusia tersebut.

Pertama, ujian sebagai siksaan (litta’dzib). Ujian ini diperuntukkan sebagai azab bagi para pelaku maksiat.

Kedua, ujian sebagai pendidikan (litta’dib). Ujian yang diberikan Allah SWT sebagai pendidikan bagi orang-orang yang bertakwa.

Sedangkan yang ketiga, ujian sebagai pendekatan (littaqarrub). Yakni ujian yang diberikan untuk mendekatkan seseorang kepada Allah SWT bagi orang-orang yang mencintainya (muhibbin).

Abdus Shomad mengutip pendapat beberapa ulama yakni “Setiap ujian yang mendekatkanmu kepada Allah merupakan nikmat, dan setiap nikmat yang menjauhkanmu dari Allah merupakan ujian.”

Dalam menghadapi ujian Allah SWT, manusia harus menghadapinya dengan jiwa sabar. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan kami pasti akan menguji kamu  dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan sampaikanlah kabar gembira  kepada orang-orang yang sabar“.(Q.S.Al-Baqarah:155).

Dalam kitab “Hidayatus Salikin”, Syekh Abdus Shomad juga membagi derajat kesabaran manusia dalam menghadapi ujian.

Pertama, sabar bagi kaum awam. Derajat kesabaran dialami manusia secara umum, yakni dia akan mengendalikan diri disaat susah dan segala penderitaan yang diberikan Allah SWT sebagai hukumannya, karena ia melihat pahala sabar sebagaimana firman Allah SWT, “… Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar lah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS Az Zumar: 96).

Derajat kesabaran bagi kaum awam ini juga yakni sabar dalam berbuat taat dan menghindari kemaksiatan, karena ingin mendapat pahala dan takut akan siksa-Nya.

Derajat kesabaran yang kedua yakni sabar bagi orang-orang yang muridin. Yakni derajat kesabaran bagi orang yang menuju derajat kewalian. Bagi golongan ini, mereka sabar dengan jiwanya senentiasa riang hati dalam menerima kesusahaan dan penderitaan.

Hal itu karena mereka melihat dengan mata hatinya sesuatu yang akan menimpanya semuanya berasal dari Allah SWT.

Maka ketika itu, dia tidak susah meninggalkan semua itu dan tidak melihat pahala ataupun siksa. Mereka semata-mata mengikuti perintah Allah, “Dan bersabar lah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS Al Anfal:46).

Sedangkan derajat ketiga yakni seorang yang zuhud dan salik. Yakni sabar atas segala hukuman Allah yang datang kepada mereka serta tidak mau berikhtiar dan mengatur karena yakni bahwa seluruhnya Allah dan takdirnya yang di dalam azali, di lauhul mahfudz tidak akan berubah.

Bagi golongan ini, hati mereka semata-mata ridha dengan segala yang dihukumkan Allah kepadanya. Jika badannya mengalami sakit, menderita, hati mereka tetap ridha. Bagi golongan ketiga ini, yang dinamakan sabar yakni sabar atas hukum dan qadha-Nya.

Syekh Abdus Shomad lahir di Palembang 1704 M dan wafat tahun 1789 M. Sejarawan Taufik Abdullah (2002) menyebut Syekh Abdus Shomad ulama yang memiliki perhatian besar pada bidang tasawuf dan ulama yang berpengaruh dalam penyebaran pemikiran neo sufisme di Nusantara.***

 

https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com

Maksuni Husen

 

 

0 komentar:

Posting Komentar