Hukum Menggabungkan Dua Niat Puasa Sunnah, Bolehkah?
Puasa merupakan salah satu ibadah yang sangat dicintai
Allah Ta'ala. Selain menjadi benteng dari gangguan setan, puasa juga akan
memberikan syafaat di hari kiamat kelak.
Sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan langsung oleh Nabi صلى الله عليه وسلم
dari Rabb-nya, bahwa Allah berfirman:
« كل عمل ابن آدم له
إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به » [رواه الإمام البخاري في صحيحه ج2 ص226 من حديث
أبي هريرة رضي الله عنه].
"Setiap
amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa , sebab ia hanyalah untukku dan
Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung". (HR
Al-Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu'anhu).
Muncul
pertanyaan, bagaimana hukum menggabungkan niat puasa sunnah? Misalnya kita
puasa Sunnah Ayyamul Bidh bertepatan hari Senin, apakah pahala puasa Senin
Kamis otomatis kita dapatkan?
Menanggapi
ini, Ustaz Farid Nu'man Hasan (Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia)
memberi jawabakan singkat. Kata Ustaz Farid Nu'man , hal itu dibolehkan. Adapun
dalilnya adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم
bersabda:
الصَّدَقَةُ عَلَى المِسكينِ صَدَقةٌ ، وعَلَى ذِي الرَّحِمِ
ثِنْتَانِ : صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
"Bersedekah
kepada orang miskin adalah sedekah, bersedekah kepada orang yang punya hubungan
persaudaraan ada dua macam keutamaan: bersedekah dan silaturrahim. (HR. At
Tirmidzi No. 657, katanya: hasan).
Hadis di
atas menunjukkan satu amal yaitu sedekah kepada keluarga sendiri bisa dapat dua
manfaat, yaitu sedekah itu sendiri dan mempererat silaturrahim. Oleh karena
itu, satu amal ibadah bisa diniatkan dua niat sekaligus. Seperti salat qabliyah
diniatkan juga tahiyatul masjid, sebagaimana dikatakan Imam An-Nawawi. Begitu
pula puasa Sunnah dengan puasa Sunnah.
Al 'Allamah
As Sayyid Al Bakriy bin Sayyid Muhammad Syatha Ad Dimyathi rahimahullah
menjelaskan:
اعلم أنه قد يوجد للصوم
سببان: كوقوع عرفة أو عاشوراء يوم اثنين أو خميس، أو وقوع اثنين أو خميس في ستة
شوال، فيزداد تأكده رعاية لوجود السببين، فإن نواهما: حصلا – كالصدقة على القريب،
صدقة وصلة – وكذا لو نوى أحدهما – فيما يظهر -.
"Ketahuilah
shaum (puasa) itu diperoleh dengan dua sebab: seperti jatuhnya hari 'Arafah
atau hari Asyura di hari Senin atau Kamis, atau jatuhnya Senin atau Kamis
bertepatan dengan enam hari Syawwal. Maka, penekanan untuk menjaganya jadi
bertambah kuat, jika meniatkan langsung keduanya maka sah. Seperti sedekah
kepada kerabat sendiri mendapatkan dua hasil: sedekah dan silaturrahim.
Demikian juga jika berpuasa dengan dua niat menurut pendapat yang benar (adalah
sah)." (I'aanatuth Thalibiin, 2/307
Wallahu
Ta'ala A'lam
Rusman H Siregar
0 komentar:
Posting Komentar