Bolehkah Puasa Syawal Digabung dengan Puasa Bayar Hutang?
Merdeka.com -
Bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang? Ketika seseorang
sedang sakit, yang sakitnya dapat memberatkannya untuk berpuasa, atau wanita
hamil dan menyusui, yang khawatir dengan keselamatan anaknya, atau seorang
musafir, maka mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan.
Namun, ibadah puasa Ramadan yang mereka tinggalkan, wajib
diganti atau diqadha di luar bulan Ramadan, sesuai dengan jumlah hari puasa
yang mereka lewatkan. Puasa bayar hutang ini dapat dimulai di bulan setelah
Ramadan, yaitu Syawal.
Namun, di bulan Syawal sendiri ada amalan sunnah yang
juga dianjurkan untuk dikerjakan. Puasa Syawal yang dianjurkan dikerjakan
selama enam hari, memiliki keutamaan yang baik terlebih jika dikerjakan setelah
selesai puasa Ramadan.
Dari Abu Ayyub Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikutkan
dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun
penuh.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, muncul pertanyaan, bolehkah puasa syawal
digabung dengan puasa bayar hutang?
Permasalahan tentang bolehkah puasa syawal digabung
dengan puasa bayar hutang ini memang kerap menjadi dilema selepas Ramadan.
Dalam artikel berikut, kami akan menjelaskan tentang
permasalahan bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang yang
dilansir dari rumaysho.com.
Menggabungkan Puasa Syawal dan Qadha Puasa
Qadha puasa hukumnya wajib dan kita dianjurkan untuk
segera menunaikannya setelah Ramadan. Sedangkan puasa Syawal hukumnya sunnah
sehingga derajatnya lebih rendah dibanding qadha puasa. Namun, puasa Syawal
hanya dapat dikerjakan di bulan Syawal.
Lalu, bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar
hutang?
Dikutip dari fatwa Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal
Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) tentang bolehkah puasa syawal digabung
dengan puasa bayar hutang, maka jawabannya "Tidak boleh melakukan puasa
sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat qodho’ puasa dan niat puasa
sunnah.”
Karena memang tidak bisa menggabungkan dua niat antara
yang wajib dan yang sunnah. Seperti yang kita tahu bahwa qadha puasa Ramadan
adalah hal yang wajib dan puasa Syawal adalah ibadah sunnah.
Hal ini sebagaimana salat qobliyah subuh dua rakaat yang
tidak mungkin digabungkan niatnya dengan salat subuh wajib dua rakaat. Ingat
pula ketika berpikir bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang,
bahwa amalan wajib memiliki pahala lebih besar dari amalan sunnah.
Qadha Puasa atau Puasa Syawal Terlebih Dulu
Selain permasalahan tentang bolehkah puasa syawal
digabung dengan puasa bayar hutang, dilema lain yang sering membuat umat Islam
bingung adalah pengerjaan antara qadha puasa dan puasa Syawal, mana yang lebih
dulu. Terlebih bagi wanita yang mengalami haidh saat Ramadan sehingga mesti
mengqadha puasa, dan di bulan Syawal pun kemungkinan juga bisa mendapati haidh
kembali.
Dalam hal ini, para fuqoha berselisih pendapat. Ada yang
mengatakan boleh untuk puasa sunnah sebelum qadha puasa, ada yang mengatakan boleh
namun disertai makruh ketika mendahulukan puasa sunnah dari qadha, dan ada yang
mengatakan tidak boleh mendahulukan puasa sunnah sebelum mengqadha puasa.
Namun yang perlu diketahui bahwa waktu mengqadha puasa
juga amat panjang, yaitu sampai Ramadan berikutnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).
Kemudian ada pula hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha mengatakan,
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah
mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits)
mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pendapat terkuat dalam masalah ini adalah bolehnya
melakukan puasa sunnah sebelum menunaikan qadha puasa selama waktu qadhanya
masih longgar. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Inilah pendapat terkuat dan lebih tepat (yaitu boleh melakukan puasa sunnah
sebelum qodho’ puasa selama waktunya masih lapang). Jika seseorang melakukan
puasa sunnah sebelum qodho’ puasa, puasanya sah dan ia pun tidak berdosa.”
Pahala Puasa Syawal
Disebutkan jika balasan bagi orang yang berpuasa enam
hari Syawal setelah bulan Ramadan sama seperti berpuasa setahun penuh. Namun
untuk mendapatkan pahala puasa setahun penuh itu, Anda perlu menyempurnakan
puasa Ramadan terlebih dahulu.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa
mempunyai qodho’ puasa di bulan Ramadhan, lalu ia malah mendahulukan menunaikan
puasa sunnah enam hari Syawal, maka ia tidak memperoleh pahala puasa setahun
penuh. Karena keutamaan puasa Syawal (mendapat pahala puasa setahun penuh)
diperoleh jika seseorang mengerjakan puasa Ramadhan diikuti puasa enam hari di
bulan Syawal. Dalam kondisi tadi, ia tidak memperoleh pahala tersebut karena
puasa Ramadhannya belum sempurna.” (Lathoif Al Ma’arif, Ahmad bin Rajab Al Hambali,
Al Maktab Al Islami).
Ibnu Rajab rahimahullah kembali menjelaskan, “Barangsiapa
mendahulukan qodho’ puasa, setelah itu ia melakukan puasa enam hari Syawal
setelah ia menunaikan qodho’, maka itu lebih baik. Dalam kondisi seperti ini
berarti ia telah melakukan puasa Ramadhan dengan sempurna, lalu ia lakukan
puasa enam hari Syawal. Jika ia malah mendahulukan puasa Syawal dari qodho’
puasa, ia tidak memperoleh keutamaan puasa Syawal. Karena keutamaan puasa enam
hari Syawal diperoleh jika puasa Ramadhannya dilakukan sempurna.”
Jadi, jika mendahulukan puasa enam hari Syawal dari qadha
puasa, maka puasanya tetap sah, namun pahala puasa setahun penuh tidak
diperoleh karena puasa Ramadannya belum sempurna. Jika ingin mendapatkan pahala
sempurna seperti berpuasa setahun penuh, maka lebih baik dahulukan qadha puasa
daripada puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.
Reporter : Andre
Kurniawan
0 komentar:
Posting Komentar