Keutamaan Membaca Laa Ilaahaillallah Wahdahu La
Syarikalah Lahul Mulku Walahul Hamdu Wa Huwa ‘Alaa Kulli Syaiin Qadir Secara
Istiqomah
Hadits Ke-1 Riwayat Bukhari:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي
بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
فِي يَوْم مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ
مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا
مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ
بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
Telah
bercerita kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf[1] telah mengabarkan kepada kami
Malik[2] dari Sumayya, maula Abu Bak[3] dari Abu Shalih[4] dari Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu[5] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang membaca laa ilaahaillallahu wahdahuu laa syariika lahuu,
lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodir (Tidak ada ilah
(yang berhaq disembah) selain Allah Yang Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya.
Milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu) sebanyak seratus kali dalam sehari,
maka
baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan
baginya seratus hasanah (kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan
baginya ada perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan
tidak ada orang yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali
seseorang yang dapat lebih banyak mengamalkan (membaca) dzikir ini”. (HR.
Bukhari: nomor 3050, nomor 5924)
Hadits Ke-2
Riwayat Ibnu Majah:
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ
أَخْبَرَنِي سُمَيٌّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي يَوْمٍ
مِائَةَ مَرَّةٍ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَانَ لَهُ عَدْلُ
عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَ عَنْهُ مِائَةُ
سَيِّئَةٍ وَكُنَّ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ سَائِرَ يَوْمِهِ إِلَى
اللَّيْلِ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا أَتَى بِهِ إِلَّا مَنْ قَالَ
أَكْثَرَ
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar[1] telah menceritakan kepada kami Zaid bin
Hubab[2] dari Malik bin Anas[3] telah mengabarkan kepadaku Sumayy bekas budak
Abu Bakr[4] dari Abu Shalih[5] dari Abu Hurairah[6] dia berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa setiap harinya membaca laa ilaahaillallahu
wahdahuu laa syariika lahuu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli
syai’in qodir (tidak ada ilah selain Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu
bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia atas segala
sesuatu berkuasa)”, sebanyak seratus kali, maka pahalanya seperti memerdekakan
sepuluh orang budak, akan di tulis baginya seratus kebaikan, dan dihapuskan
darinya seratus kesalahan, dan kalimat tersebut akan menjadi pelindung baginya
dari setan di sepanjang hari sampai malamnya.
Dan
tidaklah seorangpun yang akan (datang mengalahkannya) dengan membawa amalan
yang lebih utama dari amalan yang dibacanya kecuali jika ia membaca kalimat
tersebut lebih banyak lagi.” (HR. Ibnu Majah: nomor 3788, nomor 3857)
Hadits Ke-3
Riwayat Muslim:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ
لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ
أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ
خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya[1] dia berkata; aku membacakan kepada
Malik[2] dari Sumayya[3] dari Abu Shalih[4] dari Abu Hurairah[5] bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barangsiapa yang
mengucapkan Laa ilaaha ilIallaahu wahdah, Iaa syariikalahu lahul mulku wa lahul
hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir’ (Tiada tuhan selain Allah, Dialah
Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak ada
sekutu bagi-Nya, Dialah yang memiliki alam semesta dan segala puji hanya
bagi-Nya. Allah adalah Maha Kuasa atas segaIa sesuatu) dalam sehari seratus
kali, maka orang tersebut akan mendapat pahala sama seperti orang yang
memerdekakan seratus orang budak dicatat seratus kebaikan untuknya, dihapus
seratus keburukan untuknya. Pada hari itu ia akan terjaga dari godaan syetan
sampai sore hari dan tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya, kecuali
orang yang membaca lebih banyak dan itu. Barang siapa membaca Subhaanallaah wa
bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam
sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR. Muslim:
nomor 4857)
Hadits Ke-4
Riwayat Malik:
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ
مَالِك عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ
لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ
أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
Telah
menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Sumayya[1] mantan budak Abu Bakar,
dari Abu Shalih As Saman[2] dari Abu Hurairah[3], bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: ‘LAA ILAAHA ILLALLAHU
WAHDAHU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR’
(Tidak ada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan
bagi-Nya pujian. Maha menentukan atas segala sesuatu) ‘ seratus kali dalam
sehari, maka hal itu setara dengan membebaskan seratus budak, ditulis baginya
seratus kebaikan, serta dihapus darinya seratus kesalahan dan dilindungi dari
setan pada hari itu hingga sore. Tidak ada seorangpun yang membawa sesuatu yang
lebih baik darinya kecuali seseorang yang melakukan lebih banyak dari itu.”
(HR. Malik: nomor 437, nomor 731, nomor 838)
Hadits Ke-5
Riwayat Ahmad:
قَالَ قَرَأْتُ عَلَى عَبْدِ
الرَّحْمَنِ : مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَ
لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ
حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ
بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
berkata;
aku telah membacakan di hadapan Abdurrahman[1]; Malik[2] berkata; dari Sumay[3]
-pelayan Abu Bakr bin Abdurrahman- dari Abu Shalih As Samman[4] dari Abu
Hurairah[5] berkata; bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa mengucapkan: LAA ILAAHA ILLAALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH
LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI`IN QODIIR (Tiada Tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujiaan.
Dialah Yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu) seratus kali dalam sehari, maka baginya pahala
seperti memerdekaan sepuluh budak, ditulis baginya seratus kebaikkan dan
dihapuskan dari seratus kesalahan, dan pada hari tersebut ia mendapat penjagaan
dari setan, serta tidak ada yang lebih utama dari apa yang ia baca kecuali
orang yang lebih banyak darinya dalam membaca.” (HR. Ahmad: nomor 7666, nomor
8362, nomor 8518, nomor 21619, nomor 22416, nomor 22418, nomor 22444, nomor
22465, nomor 22480, nomor 26219)
Hadits Ke-6
Riwayat Abu Daud:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَوُهَيْبٌ نَحْوَهُ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ ابْنِ أَبِي عَائِشٍ وَقَالَ حَمَّادٌ عَنْ أَبِي عَيَّاشٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَانَ لَهُ عِدْلَ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ
وَكُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَحُطَّ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَرُفِعَ لَهُ
عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَكَانَ فِي حِرْزٍ مِنْ الشَّيْطَانِ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ
قَالَهَا إِذَا أَمْسَى كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ حَتَّى يُصْبِحَ قَالَ فِي
حَدِيثِ حَمَّادٍ فَرَأَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيمَا يَرَى النَّائِمُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا
عَيَّاشٍ يُحَدِّثُ عَنْكَ بِكَذَا وَكَذَا قَالَ صَدَقَ أَبُو عَيَّاشٍ
قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ
إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ وَمُوسَى الزَّمْعِيُّ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ
عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَائِشٍ
Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il[1] berkata, telah menceritakan kepada
kami Hammad[2] dan Wuhaib[3] seperti itu, dari Suhail[4] dari Bapaknya[5] dari
Ibnu Abu Aisy[6]. – Hammad[2] berkata; – dari Abu Ayyasy[8] bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa di waktu pagi membaca: LAA
ILAAHA ILLAALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA
‘ALA KULLU SYAI`IN QADIIR (Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian.
Dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu). Maka ia akan mendapatkan pahala senilai
memerdekakan seorang budak dari keturunan Isma’il, akan dituliskan untuknya
sepuluh kebaikan, dihapus darinya sepuluh dosa, dan ia akan dinaikkan sepuluh
derajat. Dia juga akan dijaga dari setan hingga datang waktu sore. Jika pada
waktu sore ia membaca doa itu maka ia akan mendapatkan yang seperti itu hingga
tiba waktu pagi.”
Dalam
hadits Hammad[2] disebutkan, “Seorang laki-laki melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam mimpi, laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, Abu
Ayyasy menceritakan tentangmu begini dan begini!” Beliau bersabda: “Abu Ayyasy
benar.” Abu Dawud berkata, ” Isma’il bin Ja’far[10], Musa Az Zam’I[11] dan
Abdullah bin Ja’far[12] meriwayatkannya dari Suhail[4], dari bapaknya[14], dari
Ibnu ‘A`isy[15].” (HR. Abu Daud: nomor 4415, nomor 1288, nomor 1287)
Hadits Ke-7
Riwayat Tirmidzi:
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ
مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا مَعْنٌ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ
أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَ لَهُ عِدْلُ عَشْرِ
رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ
وَكَانَ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ
يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ
ذَلِكَ
وَبِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ
زَبَدِ الْبَحْرِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Telah
menceritakan kepada kami Ishaq bin Musa Al Anshari[1] telah menceritakan kepada
kami Ma’n[2] telah menceritakan kepada kami Malik[3] dari Sumayy[4] dari Abu
Shalih[5] dari Abu Hurairah[6] bahwa Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam
bersabda: “Barang siapa yang mengucapkan; LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA
SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA ‘ALAA KULLI
SYAI-IN QADIIR (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata
tidak ada sekutu bagiNya, milikNya semua kerajaan dan bagiNya seluruh pujian,
Dia Yang menghidupkan, serta mematikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala
sesuatu) dalam sehari sebanyak seratus kali,
maka
baginya seperti memerdekakan sepuluh budak, dan tercatat baginya seratus
kebaikan serta dihapuskan darinya seratus kesalahahan, dan ia terjaga dari
syetan pada hari tersebut hingga sore, tidak ada orang membawa sesuatu yang
lebih baik daripada apa yang ia bawa kecuali seseorang yang melakukan hal
tersebut lebih bayak.” Dan dengan sanad ini diriwayatkan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam beliau berkata; “Barang siapa yang mengucapkan; SUBHAANALLAAHI
WA BIHAMDIHI (Maha Suci Allah, dan dengan memujiNya aku ada) seratus kali maka
dihapus dosa-dosanya walaupun lebih banyak daripada buih lautan.” Abu Isa
berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih. (HR. Tirmidzi: nomor 3390,
nomor 3457)
Sanad
Hadits:
[1] Musa bin Isma’il, At Tabudzakiy Al Manqiriy, Abu
Salamah, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 223 H, hidup di
Bashrah, wafat di Bashrah.
[2] Hammad bin Salamah bin Dinar, Abu Salamah, Al
Khazzaz, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 167 H, hidup di
Bashrah.
[3] Wuhaib bin Khalid bin ‘Ajlan, Al Bahiliy, Abu Bakar,
Shahibu Al Karabis, Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 165 H, hidup di
Bashrah.
[4] Suhail bin Abi Shalih Dzakwan, As Samman, Abu Yazid,
Tabi’in (tdk jumpa Shahabat), wafat tahun 138 H, hidup di Madinah.
[5] Dzakwan, Abu Shalih, Tabi’in kalangan pertengahan,
wafat tahun 101 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.
[6] Zaid bin Ash Shamit, Az Zurqiy Al Anshariy, Abu
‘Ayyasy, Shahabat, hidup di Madinah.
[7] Hammad bin Salamah bin Dinar, Abu Salamah, Al
Khazzaz, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 167 H, hidup di
Bashrah.
[8] Zaid bin Ash Shamit, Az Zurqiy Al Anshariy, Abu
‘Ayyasy, Shahabat, hidup di Madinah.
[9] Hammad bin Salamah bin Dinar, Abu Salamah, Al
Khazzaz, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 167 H, hidup di
Bashrah.
[10] Isma’il bin Ja’far bin Abi Katsir, Al Anshariy Az
Zaraqiy, Abu Ishaq, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 180 H,
hidup di Madinah, wafat di Baghdad.
[11] Musa bin Ya’qub bin ‘Abdullah , Az Zam’iy Al Asadiy,
Abu Muhammad, Tabi’in (tdk jumpa Shahabat), hidup di Madinah.
[12] Abdullah bin Ja’far bin Najih, As Sa’adiy Al
Madiniy, Abu Ja’far, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 178 H,
hidup di Bashrah.
[13] Suhail bin Abi Shalih Dzakwan, As Samman, Abu Yazid,
Tabi’in (tdk jumpa Shahabat), wafat tahun 138 H, hidup di Madinah.
[14] Dzakwan, Abu Shalih, Tabi’in kalangan pertengahan,
wafat tahun 101 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.
[15] Zaid bin Ash Shamit, Az Zurqiy Al Anshariy, Abu
‘Ayyasy, Shahabat, hidup di Madinah.
Oleh: Ustadz Raden Zainal (Spiritualis Islami Cakra Wali
Palembang)
0 komentar:
Posting Komentar