Nikmat IJAD Dan
IMDAD: Karunia Allah Yang Terlupakan
Malang – dalam kegiatan Pengajian Awal Bulan kali ini
Abah Hasyim Muzadi belum bisa hadir karena kondisi beliau yang belum sehat.
Ustad M. Nafi, sebagai badal Abah Hasyim, mengatakan bahwa pengajian harus
tetap berjalan seperti biasa karena untuk menjaga keistiqomahan pengajian awal
bulan yang sudah dilaksanakan beberapa tahun ini. “Karena keistiqomahan lebih
baik daripada 1000 karomah,” ucap Wakil Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam
ini.
Acara dimulai pukul setengah 7 dengan diawali bacaan
shalawat oleh tim banjari Al-Hikam dan dilanjutkan istighosah yang dipimpin
oleh Ustad Nur Kholis. Terlihat para jamaah khusyuk dan khidmah dalam mengikuti
acara pengajian ini yang dilaksanakan di Masjid Al-Ghazali pada Ahad (03/04).
Dalam pengajian ahad pagi ini, Ustadz M Nafi’
menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan nikmat. Di dalam kitab
Al-Hikam, kutip Ustadz Nafi’, bahwa ada dua nikmat yang Allah anugerahkan
kepada seluruh makhluknya. Nikmat pertama adalah nikmat IJAD,
yaitu nikmat diciptakan oleh sang Khaliq, yang kedua adalah nikmat
imdad, yaitu nikmat dijamin kehidupannya oleh Allah.
Ustadz Nafi menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
sekaligus mencukupi dan memeliharanya. Bahkan, tutur Dosen STAIMA Al-HIkam
ini, sejak di alam kandungan, Allah
telah mencukupi kebutuhan manusia yang menurut ahli kedokteran disebut dengan
plasenta. “Lalu ketika dilahirkan didunia manusia langsung dicukupkan
kebutuhannya dengan adanya ASI,” tutur Ustadz Nafi’. Inilah yang dimaksud
nikmat imdad (dicukupkan kebutuhannya), selain nikmat ijad (diciptakan) yang
telah Allah berikan kepada makhluknya, tambahnya.
Setelah memasuki alam duniawi, kata Ustadz Nafi, manusia
akan melanjutkan perjalanan hidupnya menuju alam akhirat. Disana, Allah telah
menjajikan surga bagi hamba-hambanya yang taat dan beriman. “Seharusnya nikmat
ijjab dan imdad dapat menyadarkan kita kalau kita ini benar-benar membutuhkan
Allah. Bukannya malah melupakan kita kepada Allah. Kita harus sadar bahwa kekayaan
yang kita peroleh saat ini bukan hanya dari usaha kita, melainkan juga dari
nikmat imdad yang Allah berikan,” pesan Ustadz alumnus Pesantren Gontor ini.
“Sebaik-baik waktu hidup, yaitu ketika kita sadar
bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa kekuatan yang diberikan oleh Allah,”
tambahnya.
Pada akhir pengajian, Ustadz Nafi mengingatkan bahwa
datangnya nikmat imdad tergantung kesiapan kita untuk menerimanya. “Maka dari
itu kita juga harus mempersiapkan diri dan menyadarkan diri kita, apakah sudah
layak kita untuk menerima nikmat imdad itu,” ujar Ustadz M. Nafi. Ia
menambahkan bahwa jika doa kita belum diijabahi, maka sesungguhnya itulah
pemberian Allah. “Man’ul Atha Ainul Atha, tidak diberi itulah pemberian yang
sebenarnya,” kutip Ustadz M Nafi dari mutiara Al-Hikam lain sekaligus menjadi
penutup pengajian Awal Ahad pagi ini. (UTI Al-Hikam)
0 komentar:
Posting Komentar