Menyemarakkan
Membaca Alquran di Rumah
بسم
الله الرحمن الرحيم
Adakah
kebutuhan manusia yang melebihi kebutuhan makan dan minum? Jawabnya: ada, yaitu
kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala (baca: al-Qur-an)
untuk membaca, memahami dan mengamalkan kandungannya.
Al-Qur-an
adalah pedoman hidup untuk kebahagiaan manusia dunia dan akhirat, petunjuk
kepada jalan yang lurus, obat bagi penyakit hati manusia, penyubur keimanan dan
fungsi-fungsi kebaikan lain yang dibutuhkan oleh manusia untuk kebahagiaan
hidup mereka, dan ini jelas lebih dari fungsi makanan dan minuman bagi manusia.
Coba
renungkan makna firman-firman Allah ‘Azza wa Jalla berikut ini:
{إِنَّ هَذَا
الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا}
“Sesungguhnya
al-Qur-an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar” (QS al-Israa’).
{وَنُنزلُ مِنَ
الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِين}
“Dan Kami
turunkan di dalam al-Qur’an suatu yang menjadi obat (penyakit manusia) dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS al-Israa’: 82).
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}
“Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan (membaca) petunjuk Allah
(al-Qur-an). Ingatlah, hanya dengan (membaca) petunjuk Allah (al-Qur-an) hati
menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).
Artinya:
dengan membaca dan merenungkan al-Qur-an
segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan
berganti dengan kegembiraan dan kesenangan[1].
Bahkan
tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan
bagi hati manusia melebihi bacaan al-Qur-an[2].
Dalam ayat
lain, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
{قَالَ اهْبِطَا
مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي
هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى}
“Maka jika
datang kepadamu petunjuk daripada-Ku (wahai manusia), lalu barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (QS
Thaahaa: 123).
Ibnu ‘Abbas
radhiallahu ‘anhu berkata: “Allah ‘Azza wa Jalla memberikan jaminan bagi orang
yang membaca al-Qur-an dan mengamalkan kandungannya bahwa dia tidak akan
tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat (kelak)”[3].
Oleh karena
itu, ketika menggambarkan besarnya kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah
‘Azza wa Jalla dalam al-Qur-an, yang ini melebihi kebutuhan mereka terhadap
makan dan minum, Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Manusia butuh kepada ilmu
(petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur-an) lebih dari kebutuhan
mereka kepada makan dan minum, karena makan dan minum dibutuhkan (oleh manusia)
dalam sehari sekali atau dua kali, sedangkan ilmu (petunjuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam al-Qur-an) dibutuhkan sesuai dengan hitungan (tarikan) nafas
(dibutuhkan setiap saat)”[4].
Manfaat tilawah
al-Qur-an bagi rumah
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan rumah yang disebut nama
Allah[5] di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya adalah
seperti perumpaan orang yang hidup dan orang yang mati”.
Imam
an-Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk (banyak) berzikir
kepada Allah ‘Azza wa Jalla (termasuk membaca al-Qur-an dan zikir-zikir
lainnya) di rumah dan hendaknya rumah jangan dikosongkan dari berzikir
(kepada-Nya)”[6].
Hadits yang
mulia ini menunjukkan bahwa rumah yang selalu disemarakkan dengan bacaan
al-Qur-an dan zikir akan selalu hidup dan bercahaya, serta menjadi motivasi
bagi para penghuninya untuk giat melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala[7].
Oleh karena
itu, Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan fungsi diturunkannya al-Qur-an kepada
manusia, yaitu sebagai pemberi kehidupan bagi hati manusia dan sumber cahaya
yang menerangi hidupnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
{وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ
وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ
عِبَادِنَا}
“Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (al-Qur’an) dari perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Alkitab (al-Qur’an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu sebagai
cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami” (QS asy-Syuura: 52).
Ketika
menafsirkan ayat ini, Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Ini adalah
(fungsi) al-Qur-an yang mulia, Allah menyebutnya sebagai ruh karena ruh yang
menjadikan tubuh manusia hidup. (Demikian) pula al-Qur-an yang menjadikan hati
dan jiwa manusia hidup, sehingga hiduplah (terwujudlah) dengan al-Qur-an semua
kebaikan (dalam urusan) dunia dan agama, karena di dalamnya banyak kebaikan dan
ilmu yang luas”[8].
Dalam ayat
lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
{أَوَمَنْ كَانَ
مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ
مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا}
“Dan apakah
orang yang tadinya mati (kafir) kemudian dia Kami hidupkan (dengan petunjuk
Kami) dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia
dapat berjalan ditengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya
berada dalam gelap gulita dan sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya” (QS
al-An’aam: 122).
Imam Ibnul
Qayyim berklata: “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan bahwa kitab-Nya
(al-Qur-an) yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengandung dua perkara (manfaat), yaitu (sebagai) ruh untuk menghidupkan hati
manusia dan (sebagai) cahaya untuk menyinari dan menerangi (hidupnya)”[9].
Mengusir
setan dari rumah
Di antara
manfaat besar bacaan al-Qur-an di rumah adalah untuk mengusir setan, musuh
utama yang selalu mengajak manusia berbuat buruk.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
{إِنَّ الشَّيْطَانَ
لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا
مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ}
“Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS Faathir: 6).
Dalam
sebuah hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kamu menjadikan rumahmu (seperti) kuburan (dengan tidak pernah
mengerjakan shalat dan membaca al-Qur’an di dalamnya), sesungguhnya setan akan
lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah”[10].
Dalam
lafazh riwayat at-Tirmidzi: “…Sesungguhnya setan tidak akan masuk ke rumah yang
dibaca di dalamnya surat al-Baqarah”[11].
Manfaat ini
tentu sangat besar, karena bagaimana mungkin akan terwujud kebaikan dan
kebahagiaan dalam rumah yang dipenuhi setan, sebagai akibat tidak disemarakkan
bacaan al-Qur-an di dalamnya, padahal sifat setan sebagaimana yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala gambarkan dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا
يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا
تَعْلَمُونَ}
“Sesungguhnya
setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan tentang
Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS al-Baqarah: 169).
Imam
al-Munawi menjelaskan bahwa termasuk makna hadits di atas adalah bahwa setan
berputus asa dari upaya untuk menyesatkan para penghuni rumah yang dibaca di
dalamnya surat al-Baqarah, karena dia melihat kesungguhan dan semangat mereka
dalam melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla[12].
Oleh karena
itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan petunjuk kebaikan
kepada umatnya yang berkenaan dengan rumah, selain membaca surat al-Baqarah,
untuk mengusir setan darinya, karena keburukan yang timbul dari godaannya.
Misalnya zikir ketika masuk rumah, Dari Jabir bin abdillah radhiallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seseorang masuk
ke dalam rumahnya dan menyebut (nama) Allah ketika masuk dan ketika makan (maka
pada waktu itu) setan berkata (kapada teman-temannya): “Tidak ada tempat menginap
dan makanan bagi kalian”. Tapi jika dia masuk (rumahnya) dan tidak menyebut
(nama) Allah ketika masuk, maka setan berkata: “Kalian mendapat tempat
menginap”. Dan jika dia tidak menyebut (nama) Allah ketika makan maka setan
berkata: “Kalian mendapat tempat menginap dan makanan”[13].
Pemimpin
keluarga memotivasi anggota keluarganya untuk gemar dan tekun membaca al-Qur-an
Seorang
pemimpin keluarga berkewajiban untuk mengajak anggota keluarganya mengerjakan
kebaikan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terutama ketika mereka
berada di rumah, termasuk yang paling utama di antaranya adalah memotivasi
mereka untuk gemar dan tekun membaca al-Qur-an di rumah.
Allah ‘Azza
wa Jalla mengingatkan kewajiban ini dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS at-Tahriim:6).
Ali bin Abi
Thalib radhiallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata:
“(Maknanya): Ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu”[14].
Syaikh
Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan
mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya, serta bertobat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan
dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah
dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa
mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba tidak akan
selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan
perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang
dibawa kekuasaan dan tanggung jawabnya”[15].
Dalam
sebuah hadits shahih, ketika shahabat yang mulia, Malik bin al-Huwairits
radhiallahu ‘anhu dan kaumnya mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam selama dua puluh hari untuk mempelajari al-Qur-an dan sunnah beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada mereka: “Pulanglah kepada keluargamu, tinggallah bersama mereka dan
ajarkanlah (petunjuk Allah/al-Qur-an) kepada mereka”[16].
Sebagian di
antara para ulama salaf ada yang mempraktekkan ini dengan mentalqinkan
al-Qur-an (mendikte dan menuntun orang lain dengan membacakan al-Qur-an secara
langsung lalu orang itu mengikutinya) kepada anaknya dari ayat pertama sampai
terakhir, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Putra beliau
yang bernama ‘Abdullah berkata: “Bapakku (Imam Ahmad) telah mentalqinkan
al-Qur-an seluruhnya kepadaku dengan keinginan beliau sendiri”[17].
Beberapa
cara praktis untuk mengajak anggota kelurga agar semangat membaca dan menghafal
ayat-ayat al-Qur-an
1-
Menjelaskan keutamaan membaca dan menghafal ayat-ayat al-Qur-an yang disebutkan
dalam hadits-hadits yang shahih, karena sebaik-baik nasehat untuk memotivasi
adalah nasehat dari al-Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Misalnya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Orang yang paling
baik (di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala) di antara kamu adalah orang yang
mempelajari dan mengajarkan al-Qur-an”[18].
Dan sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “(Pada hari kiamat nanti) dikatakan
kepada orang yang tekun membaca al-Qur-an (sewaktu di dunia): Bacalah
(al-Qur-an), naiklah (ke tingkatan surga yang lebih tinggi), dan bacalah dengan
perlahan-lahan sebagaimana (dulu) kamu membacanya di dunia, karena sesungguhnya
kedudukan/tempatmu (di surga nanti) sesuai dengan ayat terakhir yang engkau
baca (sewaktu di dunia)”[19].
Juga sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Orang yang ahli (membaca)al-Qur-an
adalah orang yang terdekat dan istimewa (di sisi) Allah”[20].
2-
Mentalqin/menuntun mereka secara langsung dengan membacakan ayat-ayat al-Qur-an
kepada mereka kemudian mereka mengikutinya, sebagaimana yang dilakukan oleh
Imam Ahmad. Cara ini sangat mudah dan disukai terutama oleh anak-anak.
3-
Memotivasi dengan memberi hadiah bagi anggota keluarga yang rajin membaca atau
menghafal ayat-ayat al-Qur-an. Ini diperbolehkan[21] dan dilakukan oleh
sebagian dari ulama salaf terhadap anak-anak mereka.
Imam
al-Khathiib al-Bagdaadi menukil ucapan salah seorang ulama salaf dari generasi
Atbaa’ut taabi’iin, Ibrahim bin Adham, beliau berkata: “Bapakku berkata
kepadaku: “Wahai anakku, tuntutlah (ilmu) hadits, setiap kali kamu mendengar
sebuah hadits dan menghafalnya maka untukmu (uang) satu dirham”. Maka akupun
menuntut (ilmu) hadits karena motivasi tersebut”[22].
4-
Mengadakan perlombaan di antara anggota keluarga untuk membaca/menghafal
surat-surat tertentu dalam al-Qur-an dan memberi hadiah kepada anggota keluarga
yang bacaan dan hafalannya benar[23].
Penutup
Termasuk
sebab penting yang harus dilakukan pemimpin keluarga untuk menyemarakkan bacaan
al-Qur-an di rumah, setelah banyak berdoa memohon taufik kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, adalah menjauhkan rumah dari perbuatan-perbuatan maksiat dan mungkar
yang akan menjadikan Malaikat rahmat menjauh dari rumah, sehingga Setanlah yang
akan meramaikannya.
Misalnya
nyanyian dan alat musik yang keduanya diharamkan dalam Islam[24], bahkan dalam
hadits yang shahih[25] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenarkan
penamaan nyanyian dan alat musik sebagai “seruling setan”[26].
Demikian
pula gambar atau patung makhluk yang bernyawa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Malaikat (rahmat) tidak akan masuk ke dalam
rumah yang di dalamnya ada gambar (makhluk hidup)”[27].
Juga
perbuatan tidak menyebut nama Allah ‘Azza wa Jalla ketika masuk rumah dan
makan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seseorang masuk
ke dalam rumahnya dan menyebut (nama) Allah ketika masuk dan ketika makan,
(maka pada waktu itu) setan berkata (kapada teman-temannya): “Tidak ada tempat
menginap dan makanan bagi kalian”. Tapi jika dia masuk (rumahnya) dan tidak
menyebut (nama) Allah ketika masuk, maka setan berkata: “Kalian mendapat tempat
menginap”. Dan jika dia tidak menyebut (nama) Allah ketika makan maka setan
berkata: “Kalian mendapat tempat menginap dan makanan”[28].
Demikianlah,
semoga tulisan ini bermanfaat untuk kebaikan bagi keluarga muslim di dunia dan
akhirat.
وصلى الله وسلم وبارك على
نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Ditulis
oleh: Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
FOOTNOTE:
[1] Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 417).
[2] Ibid.
[3] Dinukil oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsir beliau
(11/228).
[4] Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Miftaahu
daaris sa’aadah” (1/61).
[5] Yaitu membaca al-Qur-an dan zikir-zikir yang
dicontohkan oleh Rasulullah r.
[6] Kitab “Syarhu shahiihi Muslim” (6/68).
[7] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/506).
[8] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 762).
[9] Kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/21).
[10] HSR Muslim (no. 780).
[11] HR at-Tirmidzi (5/157), dinyatakan shahih oleh Imam
at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[12] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/46).
[13] HSR Muslim (no. 2018).
[14] Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam “al-Mustadrak”
(2/535), dishahihkan oleh Imam al-Hakim sendiri dan disepakati oleh Imam
adz-Dzahabi.
[15] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 640).
[16] HSR al-Bukhari (no. 602).
[17] Dinukil oleh Imam Ibnul Jauzi dalam kitab
“Mana-qibul imaami Ahmad” (hal. 496).
[18] HSR al-Bukhari (no. 4739).
[19] HR Abu Dawud (no. 1464), at-Tirmidzi (5/177) dan
Ibnu Hibban (no. 766), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu
Hibban dan Syaikh al-Albani.
[20] HR Ahmad (3/127) dan Ibnu Majah (no. 215),
dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani.
[21] LIhat kitab “Nida-un ilal murabbiyyiina wal
murabbiyyaat” (hal. 67).
[22] Kitab “Syarafu ashhaabil hadiits” (hal. 66).
[23] LIhat kitab “Nida-un ilal murabbiyyiina wal
murabbiyyaat” (hal. 67).
[24] Sebagaimana dalam HSR al-Bukhari (no. 5268).
[25] HSR al-Bukhari (no. 3716) dan Muslim (no. 892).
[26] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab
“Igaatsatul lahfaan” (1/256-257).
[27] HSR al-Bukhari (no. 5613) dan Muslim (no. 2106).
[28] HSR Muslim (no. 2018).
0 komentar:
Posting Komentar