Kamis, 31 Desember 2020

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Dinaungi Sayap Malaikat

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Dinaungi Sayap Malaikat

 

Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan dalam kitab beliau bab tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur’an. Maksud beliau adalah pahala yang akan didapatkan atau kebaikan dan keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang duduk di masjid atau di rumah-rumah Allah ‘Azza wa Jalla.

Karena kata فضلdi sini mufrad namun diidhafahkan maka berarti umum, artinya keutamaan-keutamaan.

Perkataan beliau, “Untuk mempelajari Al-Qur’an” maksudnya adalah untuk mempelajari Al-Qur’an. Dan yang dimaksud di sini ada dua hal; yang pertama yaitu berkumpulnya beberapa orang kepada satu orang yang mutqin dalam membaca Al-Qur’an dan mengajarkan mereka satu persatu cara membaca yang benar. Dan yang kedua yaitu mereka semua duduk menghadiri majelis satu seorang yang memahami tentang Al-Qur’an kemudian alim tersebut menjelaskan kepada mereka makna-makna dan menerangkan kepada mereka petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan semua yang kita sebutkan tadi termasuk mempelajari Al-Qur’an baik itu untuk mempelajari cara membaca yang benar atau untuk mengetahui isi dan petunjuk-petunjuk dari Al-Qur’an. Maka yang dimaksud dalam bab ini mencakup dua hal yang kita sebutkan tadi.

Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan sanadnya sampai ke sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

 

مَا تَجَلَسَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

 

“Tidaklah suatu kaum duduk di rumah dari rumah-rumah Allah mereka membaca kitabullah, mereka mempelajarinya, kecuali akan turun kepada mereka malaikat dan mereka akan diliputi rahmat dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebutkan mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya. Dan barangsiapa yang terlambat amalannya maka tidak akan dicepatkan oleh nasabnya.”

Maksud sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah suatu kaum duduk-duduk” di sini beliau menyebutkan dua orang atau lebih yang ikut serta dalam satu kegiatan. Dan di sini mengandung makna motivasi dan anjuran bagi orang-orang untuk saling tolong-menolong, saling bantu-membantu, saling dukung-mendukung untuk mempelajari Al-Qur’an. Karena setiap orang butuh untuk diberi motivasi, diberi dorongan, dikuatkan untuk selalu menghadiri pengajian dan untuk memperhatikan kegiatan-kegiatan tersebut. Dan seseorang yang menginginkan kebaikan kepada saudaranya, ia selalu membantu saudaranya untuk menghadiri pelajaran dan kajian dan sejenisnya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah berkumpul satu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah” sebagian para ulama menyebutkan bahwasanya ini pada umumnya terjadi yaitu di rumah-rumah Allah. Namun jika kajian atau pelajaran tersebut dilakukan di sebuah madrasah atau di rumah tinggal maka diharapkan dengan izin Allah seorang juga akan mendapatkan keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini terutama dalam sebagian lafadz hadits (yaitu dalam shahih Muslim) Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

 

“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali akan dinaungi oleh para Malaikat, diliputi rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya.”

Dalam hadits ini tidak disebutkan, “di rumah dari rumah-rumah Allah” Maka tentu mempelajari Al-Qur’an jika dilakukan di sebuah masjid, tidak diragukan lagi bahwa ini lebih utama, lebih baik dan lebih sempurna. Namun jika dilakukan di rumah atau di madrasah atau selainnya, maka diharapkan juga akan mendapatkan keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini.

Oleh karena itu Imam Al-Hafidz An-Nawawi Rahimahullah mengatakan bahwasanya disetarakan dengan masjid dalam keutamaan ini yaitu seseorang atau suatu kaum berkumpul di sebuah madrasah atau sekolah atau pesantren atau selainnya. Dan dalilnya adalah hadits yang kita bacakan tadi karena dalam hadits disebutkan secara mutlak yang mencakup semua tempat. Dan batasan dalam hadits, “Di rumah-rumah Allah” ini dalam istilahnya disebut secara umumnya. Yaitu pada umumnya biasanya orang belajar Al-Qur’an di masjid. Terutama di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun tidak harus kita memahami demikian. Maksudnya selain di Masjid pun seseorang akan mendapatkan keutamaan yang sama.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah-rumah Allah mereka membaca kitabullah.” maksudnya di sini yaitu satu orang membaca dan yang lain mendengarkan atau salah seorang membaca ayat kemudian seorang alim menjelaskan makna dan menafsirkan ayat-ayat tersebut. Maka inilah yang dimaksud dengan mereka semua membaca kitabullah. Dan semua (baik yang membaca maupun yang sekedar mendengarkan) akan mendapatkan bagian dari pahala.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “D an mereka mempelajari Al-Qur’an tersebut.” Yaitu mereka mempelajarinya dengan cara berusaha memahami makna-maknanya dan mengerti petunjuk-petunjuk dari ayat-ayat tersebut.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kecuali mereka akan dinaungi oleh para Malaikat.” Dan Malaikat akan menaungi majelis tersebut dari semua sudutnya dan bagian-bagiannya. Dan apabila mereka berkumpul untuk mempelajari Al-Qur’an di rumah Allah dan mereka tidak melihat Malaikat di tempat tersebut namun kita harus meyakini bahwasanya ini adalah sabda yang pasti kebenarannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka pasti para Malaikat tersebut menaungi dan mengerumuni majelis-majelis tersebut dengan sayap-sayap mereka meskipun kita tidak melihatnya. Dalam hadits disebutkan:

 

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ المَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ

 

“Barangsiapa yang meniti jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayapnya-sayapnya karena ridha dengan perbuatan penuntut ilmu.”

Juga dalam hadits yang lain disebutkan:

 

إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الأَرْضِ فُضُلًا عَنْ كُتَّابِ النَّاسِ، فَإِذَا وَجَدُوا أَقْوَامًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا: هَلُمُّوا إِلَى بُغْيَتِكُمْ، فَيَجِيئُونَ فَيَحُفُّونَ بِهِمْ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا

 

“Sesungguhnya Allah mempunyai Malaikat-malaikat yang selalu berkeliling di muka bumi selain Malaikat yang bertugas menjaga manusia dan menulis catatan amalan mereka. Maka apabila Malaikat-malaikat tersebut mendapati satu kaum yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka saling menyeru: kemari, datangilah apa yang kalian cari dan mereka semua datang dan mereka menaungi kaum tersebut dan mereka berkerumun sampai ke langit dunia.” (HR. Tirmidzi)

Dan perbuatan Malaikat ini menunjukkan bahwasanya mereka ridha dan senang dengan apa yang dilakukan oleh kaum tersebut yaitu mereka berkumpul untuk berdzikir dan mempelajari ilmu agama.

Kemudian sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Mereka akan diliputi oleh Rahmat.” Maksudnya di sini adalah rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan betapa banyak rahmat yang turun di majelis-majelis dzikir, di rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan betapa banyak orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dan rahmati di sebuah majelis dzikir sehingga ia keluar dengan satu faedah, dia keluar dengan membawa ilmu, membawa kebaikan, membawa keutamaan yang tinggal padanya sampai akhir hayatnya. Maka lihatlah betapa besar rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bisa jadi kita dapati ada orang yang lalai kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dia atau Allah berikan taufiq untuk menghadiri suatu majelis kemudian ia mendengar satu kalimat dan perkataan yang menghidupkan hatinya dan menjadi sebab keshalihan dia dan sebab dia mendapatkan hidayah.

Juga kita kadang mendapati ada seorang yang bertahun-tahun hidup diatas bid’ah, di atas kesesatan, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing dia untuk menghadiri suatu majelis sunnah sehingga ia berubah dari bid’ah kepada sunnah. Dan juga betapa banyak kita dapati orang-orang yang hidup diatas kesyirikan dari sejak kecil kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan dia untuk menghadiri suatu majelis yang dijelaskan di majelis tersebut aqidah yang benar, tauhid yang benar sehingga ia pun berubah dari kesesatan menuju kebenaran. Dan ini adalah salah satu rahmat dari rahmat-rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga betapa banyak orang yang mempunyai kesalahan dalam sisi tertentu baik dalam ibadahnya atau akhlaknya atau muamalahnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala beri taufiq kepadanya untuk menghadiri suatu majelis dzikir, majelis ilmu, kemudian ia mendengar sesuatu yang bisa menghidupkan hatinya dan ia segera berubah. Ini semua adalah bentuk rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dalam akhir hadits yang kita jelaskan di sini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 

هُمُ الْقَوْمُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ

 

“Mereka adalah suatu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka.”

Karena majelis ilmu adalah majelis yang penuh rahmat, penuh ampunan, penuh hidayah dan sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka yang duduk di majelis ilmu di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya. Ini adalah keutamaan yang sangat besar, yang sangat mulia, sangat agung, yaitu Rabbul ‘Alamin (Tuhan semesta alam) di tempat yang paling tinggi di sisi para Malaikat yang mulia Allah menyebutkan mereka yang membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mempelajari makna-makna dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini berarti bahwasannya Allah ridha kepada mereka dan Allah mencintai mereka. Itulah sebabnya kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka di hadapan makhluk yang ada di sisiNya.

Dalam hadits shahih yang berasal dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata bahwa suatu ketika sahabat Muawiyah keluar mendatangi satu perkumpulan di masjid. Maka beliau bertanya, “Apa yang membuat kalian duduk di masjid ini?” Mereka menjawab, “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Kemudian Muawiyah berkata, “Demi Allah tidak ada yang membuat kalian duduk di sini kecuali untuk berdzikir?” Mereka mengatakan, “Demi Allah kami tidak duduk kecuali untuk perkara tersebut.” Kemudian Muawiyah mengatakan, “Sesungguhnya aku tidak meminta kalian bersumpah karena aku menuduh kalian berdusta. Karena tidak ada yang haditsnya lebih sedikit dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam walaupun kedudukannya dariku (artinya Muawiyah sedikit meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) Dan sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam satu hari pernah keluar menemui satu majelis/perkumpulan yang dihadiri oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka beliau mengatakan, “Aapa yang membuat kalian duduk di sini?” Mereka menjawab, “Kami duduk dan memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami petunjuk menuju agama Islam dan memberikan karunia yang banyak kepada kami.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Demi Allah tidak ada yang membuat kalian duduk kecuali perkara tersebut?” Mereka mengatakan, “Demi Allah kami tidak duduk kecuali untuk perkara tersebut.” Kemudian Nabi mengatakan perkataan yang sama:

 

وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي، أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ

 

“Sesungguhnya aku tidak menyuruh kalian bersumpah karena aku menuduh kalian berdusta, akan tetapi Malaikat Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasannya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para Malaikat.” (HR. Muslim)

Padahal Tuhan yang Maha Mulia tidak butuh kepada majelis-majelis yang dilakukan oleh para manusia. Allah tidak butuh kepada ketaatan mereka, Allah tidak butuh kepada ibadah mereka dan tidak bermanfaat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala ketaatan orang yang berbuat ketaatan dan tidak membahayakan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala maksiat orang yang bermaksiat sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah berfirman:

 

يَا عِبَادِي! إنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا.

 

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menimpakan marabahaya kepadaKu, sesungguhnya kalian tidak akan memberi manfaat kepadaKu. Wahai hamba-hambaKu seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang belakangan serta semua jin dan manusia berada pada tingkat ketaqwaan yang paling tinggi, hal tersebut tidak akan menambah kekuasaanKu sedikitpun. Wahai hamba-hambaKu, seandainya orang yang terdahulu sampai orang belakangan di antara kalian dan semua jin dan manusia berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk maka hal tersebut tidak akan mengurangi sedikitpun dari kekuasaanKu.” (HR. Muslim)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak bermanfaat untukNya ketaatan orang yang melakukan ketaatan, tidak membahayakan bagi Allah maksiat orang yang bermaksiat. Akan tetapi karena besarnya karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah membanggakan makhlukNya di hadapan para MalaikatNya dan Allah menyebutkan nama-nama mereka di sisi para malaikatNya karena mereka berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, membaca FirmanNya dan mempelajari makna-makna dari ayat-ayat Al-Qur’an serta mereka berusaha mentadabburi Al-Qur’an. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka di makhluk yang ada di sisiNya.

Kemudian di akhir hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dan barangsiapa yang dilambatkan oleh amalnya, tidak akan ditempatkan oleh nasabahnya.” Maksudnya adalah barangsiapa yang lambat agamanya, maka pada hari kiamat nanti jika dia tidak membawa ketaatan yang bisa memberatkan timbangan kebaikannya dan meninggikan derajatnya, maka nasabnya tidak akan membuat dia cepat. Walaupun nasabnya adalah nasab yang paling tinggi tidak akan bermanfaat nasab tersebut dan tidak akan mengangkat derajatnya sedikitpun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ ﴿١٠١﴾

 

“Dan apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada tali nasab di antara mereka pada hari tersebut dan mereka pun tidak saling bertanya.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 101)

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾

 

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat[49]: 13)

Maka yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Dan yang membuat seseorang cepat prosesnya di akhirat nanti yaitu takwanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketaatan kepadaNya dan ibadah yang telah dia lakukan.

https://www.radiorodja.com

 


1 komentar:

Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

Posting Komentar