Sibukkanlah Dirimu
dalam Amal Shalih
Para salaf rahimahumullahu Ta’ala banyak menyampaikan
perkataan dan nasihat untuk orang-orang yang tidak menyibukkan dirinya dalam
berbagai macam amal ketaatan atau amal ibadah. Juga tidak memiliki perhatian
dalam beramal kebaikan.
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
مثل علم
لايعمل به كمثل كنز لاينفق منه في سبيل الله عز و جل
“Permisalan
ilmu (agama) yang tidak diamalkan itu seperti tabungan harta yang tidak
dibelanjakan di jalan Allah.” [1]
Imam Ahmad
bin Hanbal rahimahullah ditanya tentang seseorang yang memperbanyak menulis
hadits, beliau berkata,
“Sepatutnya
dia memperbanyak amal dengan hadits sekadar dengan peningkatan (tambahan)
hadits yang dia dapatkan.”
Kemudian
beliau berkata lagi,
سبل العلم مثل سبل المال، إن
المال إذا ازداد ازدادت زكاته
“Jalan
(untuk mendapatkan) ilmu itu seperti jalan (untuk mendapatkan) harta. Jika
harta bertambah, bertambah pula zakatnya.” [2]
Al-Khathib
Al-Baghdadi rahimahullah berkata,
“Sebagaimana
harta itu tidak bermanfaat kecuali dengan dibelanjakan, demikian pula ilmu itu
tidaklah bermanfaat kecuali bagi orang yang mengamalkannya, dan memperhatikan
kewajibannya. Maka hendaklah seseorang itu memperhatikan dirinya sendiri dan
memanfaatkan waktunya. Karena sesungguhnya tempat tinggal kita di dunia
hanyalah sebentar, kematian kita sudah dekat dan jalan itu sungguh menakutkan.
Mayoritas manusia tertipu dengan dunia dan masalah (nasib di akhirat) adalah
masalah yang besar. Adapun yang mengawasi kita adalah Dzat Yang maha melihat,
Allah Ta’ala senantiasa mengawasi kita, dan kepada Allah-lah tempat kembali.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Barangsiapa
yang beramal seberat semut kecil berupa kebaikan, dia pun akan melihat
hasilnya. Dan barangsiapa yang beramal seberat semut kecil berupa keburukan,
dia pun akan melihat hasilnya.” (QS. Az-Zalzalah [99]: 7-8) [3]
Hasan
Al-Bashri rahimahullah berkata,
أنزل القرآن ليعمل به؛ فاتخذ
الناس تلاوته عملا
“Al-Qur’an itu
diturunkan untuk diamalkan. Sedangkan manusia menjadikan membaca Al-Qur’an
sebagai amalnya.”
Ibnul Jauzi
rahimahullah menjelaskan perkataan Hasan Al-Bashri di atas dengan mengatakan,
“Maksudnya, sesungguhnya manusia hanya mencukupkan diri dengan membaca
Al-Qur’an dan meninggalkan beramal dengan Al-Qur’an.” [4]
Seseorang
berkata kepada Ibrahim bin Adham, “Allah Ta’ala berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
‘Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.’ (QS. Ghafir [40]: 60)
Apa
pendapatmu ketika kami berdoa namun tidak dikabulkan?”
Ibrahim pun
berkata kepada orang tersebut, “Ini disebabkan oleh lima perkara.”
Orang
tersebut bertanya, “Apa itu?”
Ibrahim bin
Adham menjawab, “(1) Engkau mengenal Allah, namun Engkau tidak menunaikan hak
Allah (yaitu ibadah, pen.). (2) Engkau membaca Al-Qur’an, namun Engkau tidak
mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an. (3) Kalian mengatakan, ‘Kami mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam’, namun kalian tinggalkan
sunnah-sunnah beliau. (4) Kalian mengatakan, ‘Kami melaknat iblis’, namun
kalian justru mentaatinya. (5) Kalian tinggalkan aib-aib (kekurangan) kalian,
dan kalian sibuk dengan aib orang lain.” [5]
Sufyan
Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Hazim [6] yang
mengatakan,
رضي الناس اليوم بالعلم و
تركوا العمل
“Hari ini
manusia puas dengan ilmu dan mereka meninggalkan amal.” [7]
Malik bin
Dinar rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya
seorang hamba jika mencari ilmu untuk mengamalkannya, maka ilmu akan masuk ke
dalam hatinya (sehingga membuahkan amal, pen.). Jika dia menuntut ilmu untuk
selain tujuan tersebut, maka dia akan semakin bertambah maksiat atau semakin
sombong (dengan ilmunya).” [8]
Termasuk
perkataan yang paling indah dalam masalah ini adalah perkataan Sufyan
rahimahullah ketika ditanya, “Dikatakan kepada beliau, manakah yang lebih
Engkau cintai, menuntut ilmu ataukah beramal?”
Sufyan
menjawab,
إنما يراد العلم للعمل، فلا
تدع طلب العلم للعمل، ولا تدع العمل لطلب العلم
“Sesungguhnya
ilmu itu hanyalah dimaksudkan untuk diamalkan. Maka janganlah Engkau
meninggalkan menuntut ilmu dengan alasan sibuk beramal. Namun janganlah Engkau
meninggalkan beramal dengan alasan sibuk menuntut ilmu.” [9]
Artinya,
dua hal ini (menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu), haruslah dilaksanakan secara
seimbang.
Semoga
Allah Ta’ala senantiasa memudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang telah kita
dapatkan. [10]
[Selesai]
***
Penulis: dr. M Saifudin Hakim, M.Sc.
Artikel: Muslim.Or.Id
Catatan
kaki:
[1] Diriwayatkan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi
dalam Al-Iqtidha’ (hal. 12). Al-Albani berkata, “Sanadnya mauquf dan tidak
masalah.”
[2] Idem., hal. 148.
[3] Idem., hal. 20.
[4] Talbis Ibliis, hal. 137.
[5] Jami’ Bayaan Al-‘Ilmi, hal. 1220.
[6] Beliau adalah Salamah bin Dinar Al-A’raj,
yaitu seorang ahli ibadah yang tsiqah.
[7] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
Al-‘Ilal (2659).
[8] Diriwayatkan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi
dalam Al-Iqtidha’ (hal. 31, 32, 33). Al-Albani berkata, “Sanadnya mauquf dan
tidak masalah.”
[9] Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam
Al-Hilyah, 7/12.
[10]
Disarikan dari kitab Tsamaratul ‘Ilmi Al-‘Amalu, karya Syaikh ‘Abdurrazzaq bin
‘Abdul Muhsin Al-Badr, hal. 41-45.
0 komentar:
Posting Komentar