7 Golongan yang Amalan Mereka Laksana Debu yang
Beterbangan
Dalam Al-Quran terdapat satu ayat yang selalu membuat
takut dan gemetar para salaf dalam membacanya, karena ayat tersebut menunjukkan
bahwa di hari kiamat kelak ada sebagian hamba ketika berjumpa dengan Allah ia
mendapatkan azab yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Ayat tersebut adalah:
وَبَدَا
لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مَا لَمۡ يَكُونُواْ يَحۡتَسِبُونَ ٤٧
Artinya:
“Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”.
(QS Az-Zumar; 47)
Nah, di
antara orang-orang yang akan mendapatkan azab Allah yang tak disangka-sangka
tersebut adalah tujuh golongan yang disebutkan Imam Ibnu Rajab rahimahullah
dalam bukunya “Al-Mahajjah fi Sair Ad-Duljah”. Tujuh golongan ini semuanya
merasa bahwa mereka memiliki amalan saleh yang akan menyelamatkan mereka di
hadapan Allah Ta’ala, namun ternyata amalan baik mereka tersebut terhamburkan
laksana debu yang beterbangan, tanpa memiliki nilai apa pun di sisi Allah, lalu
mereka pun ditimpakan azab yang tidak disangka-sangka. Tujuh golongan tersebut
adalah:
Pertama; Seseorang yang memiliki banyak
amalan saleh seraya mengharapkan secara takjub dan bangga bahwa dirinya akan
mendapatkan ganjaran kebaikan atasnya, sehingga di akhirat kelak amalan-amalannya
tersebut berubah menjadi debu yang beterbangan, bahkan amalan ini berubah
menjadi dosa baginya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ فَجَعَلۡنَٰهُ
هَبَآءٗ مَّنثُورًا ٢٣
Artinya;
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS Al-Furqan ; 23)
Tentang
makna ayat “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka
perkirakan” (QS Az-Zumar ; 47), Al-Fudhail rahimahullah berkata; “Mereka
sewaktu di dunia beramal dengan banyak amalan sambil mengharapkan (secara
takjub dan bangga) ganjaran kebaikan atasnya, namun ketika di akhirat
amalan-amalan tersebut berubah menjadi dosa-dosa”.
Kedua; Seseorang yang melakukan dosa sambil
meremehkannya, sehingga dosa ini menjadi sebab ia mendapatkan azab, sebagaimana
dalam firman Allah ;
وَتَحۡسَبُونَهُۥ هَيِّنٗا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٞ ١٥
Artinya;
“Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah
adalah besar”. (QS An-Nur ; 15)
Sebagian
para sahabat berkata kepada para tabiin; “Sesungguhnya kalian kadang melakukan
suatu amalan yang nilainya lebih kecil di mata kalian daripada sehelai rambut,
namun dahulu di zaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kami menganggapnya sebagai suatu dosa besar yang
membinasakan”.[1]
Ketiga; Orang yang amalan buruknya dihiasi
oleh setan sebagai amalan baik, sehingga ia pun melihatnya sebagai suatu
kebaikan. Allah berfirman;
قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم
بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا ١٠٣ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي
ٱلۡحَيَوٰةِٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا ١٠٤
Artinya;
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang
paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya”. (QS Al-Kahfi ; 103-104)
Ibnu
‘Uyainah rahimahullah berkata; “Ketika Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah
sedang mengalami sekarat, ia merasa ketakutan, maka orang-orang pun memanggil
Abu Hazim, ketika ia datang, Ibnul-Munkadir berkata padanya, “Sesungguhnya
Allah Ta’ala berfiman; “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum
pernah mereka perkirakan”. (QS Az-Zumar ; 47), dan saya sangat khawatir jika
akan mendapatkan azab yang tidak pernah saya sangka sebelumnya.” Maka keduanya
pun menangis.”
Al-Fudhail
bin ‘Iyadh rahimahullah berkata; “Saya dikabarkan tentang Sulaiman At-Taimi
rahimahullah ketika dikatakan padanya; “Siapakah yang bisa menyamai dirimu
(dalam hal ibadah dan zuhud)?!”, Ia menjawab; “Janganlah kalian berkata seperti
ini, saya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diriku di hadapan Allah
nanti, karena saya mendengar firman Allah Ta’ala; “Dan jelaslah bagi mereka
azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”. (QS Az-Zumar ; 47).
Keempat; (Orang-orang yang riya’ dengan
amalan salehnya) .Tentang ayat ini “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah
yang belum pernah mereka perkirakan”. (QS Az-Zumar ; 47), dahulu Sufyan Ats-Tsauri
rahimahullah berkata; “Celakalah orang-orang yang riya’ dengan (ancaman) ayat
ini”.
Ucapan
beliau ini juga terdapat dalam hadis yang mengisahkan tentang tiga golongan
yang pertama kali dijerumuskan dalam api neraka, yaitu; orang yang menuntut ilmu
agar diberi gelar ulama, orang yang gemar bersedekah agar disebut dermawan, dan
orang yang berjihad agar disebut mujahid. [2]
Kelima: Orang yang beramal saleh namun ia
banyak menzalimi orang lain. Ia menyangka bahwa amalannya akan menyelamatkannya
di akhirat kelak, namun ternyata ia mendapatkan dari Allah suatu azab yang
tidak pernah ia sangka. Semua amalannya dibagi-bagi kepada orang-orang yang ia
zalimi, dan jika pahala amalannya telah habis terbagi, namun orang yang ia
zalimi masih ada yang menuntut hak darinya, maka dosa-dosa mereka dipindahkan
kepadanya, lalu ia dijerumuskan ke dalam neraka.
Keenam; Seseorang beramal saleh -namun
kurang bersyukur-, lalu di akhirat kelak akan ditanyai oleh Allah ketika
amalannya dihisab, lalu ia dituntut untuk menebus nikmat yang ia dapatkan di
dunia dengan amalannya, dan ternyata nikmat terkecil saja tidak bisa ditebus
kecuali dengan seluruh amalannya, sehingga nikmat-nikmat yang belum ia tebus
dimintai tebusannya namun karena amalannya telah habis, maka ia pun diazab.
Sebab itu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda; “Siapa yang dihisab
secara detail, maka ia pasti diazab”.
Ketujuh; Kadangkala seseorang memiliki dosa
tertentu yang menghapus semua amalannya kecuali amalan tauhid, sehingga ia pun
dimasukkan kedalam neraka terlebih dahulu. Dalam Sunan Ibnu Majah dari riwayat
Tsauban secara marfu’ ;
(لأعلمن أقواما من
أمتي يأتون يوم القيامة بحسنات أمثال جبال تهامة بيضا . فيجعلها الله عز و جل هباء
منثورا) . قال ثوبان : يا رسول الله صفهم
لنا جلهم لنا أن لا نكون منهم ونحن لانعلم . قال ( أما إنهم إخوانكم ومن جلدتكم .
ويأخذون من الليل كما تأخذون ولكنهم أقوام إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها
)
Artinya ;
“Saya sungguh mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat
kelak dengan membawa pahala kebaikan seperti gunung-gunung Tihamah yang putih,
namun Allah ‘Azza wa Jalla menjadikannya laksana debu yang beterbangan”.
Tsauban bertanya; “Wahai Rasulullah, sebutkan kami ciri-ciri mereka agar kami
tidak termasuk dalam golongan mereka sedangkan kami mengetahui akibatnya”.
Beliau bersabda; “Mereka adalah saudara-saudara kalian, dan dari bangsa kalian.
Mereka mengerjakan ibadah malam sebagaimana kalian beribadah malam, akan tetapi
mereka adalah suatu kaum yang apabila dalam keadaan menyendiri, mereka
melakukan hal-hal yang diharamkan Allah ta’ala”.[3]
Ya’qub bin
Syaibah dan Ibnu Abi Ad-Dunya meriwayatkan dari hadis Salim Maula Abi Hudzaifah
radhiyallahu’anhuma secara marfu ‘; “Sungguh
ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat kelak dengan
membawa pahala kebaikan seperti gunung-gunung Tihamah, namun ketika mereka
didatangkan dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla, Dia menjadikan pahala amalan
tersebut laksana debu yang beterbangan lalu Dia menjerumuskan mereka kedalam
neraka”.
Salim
berkata; “Saya khawatir akan termasuk dari golongan mereka”. Rasulullah
melanjutkan; “Sesungguhnya mereka dahulu berpuasa sebagaimana kalian puasa,
mengerjakan shalat dan ibadah malam sebagaimana kalian mengerjakannya, namun
mungkin saja mereka dahulu tatkala di dunia jika mendapati perkara haram mereka
mengerjakannya, sehingga Allah pun menghapus amalan mereka”.[4]
Kadangpula
amalan bisa terhapus dengan adanya sifat riya’ yang tersembunyi dan perasaan
ujub/bangga terhadap amalan tersebut, sedangkan pelakunya tidak menyadarinya.
Oleh Maulana La Eda, Lc, M.A.
[1].Atsar ini ; riwayat Bukhari ; 6492 dari Anas
radhiyallahu’anhu.
[2].Hadisnya dalam riwayat Muslim ; 1905, dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu.
[3].HR Ibnu Majah ; 4245, Al-Bushiri berkata dalam
Az-Zawaid ; Sanad hadis ini shahih, dan rawinya semuanya tsiqah. Adapun Abu
Amir Al-Alhani, maka namanya adalah Abdullah bin Ghabir.
[4].Sanadnya dhaif, juga diriwayatkan Abu Nu’aim dalam
Al-Hilyah (1/177-178) dengan sanad yang dhaif.
0 komentar:
Posting Komentar