DOA MALAIKAT KEPADA ORANG YANG DUDUK MENUNGGU SHALAT
Di antara orang yang berbahagia dengan permohonan ampun
dan do’a para Malaikat adalah seorang hamba yang duduk di masjid untuk menunggu
shalat dalam keadaan berwudhu’. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أَحَدُكُمْ مَا قَعَدَ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فِيْ صَلاَةٍ
مَا لَمْ يُحْدِثْ تَدْعُوْ لَهُ الْمَلاَئِكَةُ :اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ
اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.”
“Tidaklah
seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam
keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya: ‘Ya Allah, ampunilah
ia. Ya Allah, sayangilah ia.’” [1]
Imam Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan hadits
ini dalam kitab Shahiihnya dan memberinya judul: “Bab Keutamaan Duduk di Masjid
dalam Rangka Menunggu Shalat, Shalawat Malaikat dan Do’a Malaikat kepadanya,
Selama Ia Tidak Mengganggu Orang Lain dan Selama Wudhu’nya Tidak Batal.” [2]
Allaahu
Akbar! Sungguh sebuah amal yang sangat mudah dilakukan, tetapi pahalanya
sangatlah besar. Seseorang duduk dalam keadaan berwudhu’ untuk menunggu
datangnya waktu shalat, maka seakan-akan ia berada dalam shalat dan para
Malaikat mendo’akannya agar ia mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan kasih sayang -Nya.
Ya Allah,
janganlah Engkau menghalangi kami, saudara-saudara kami, juga anak-anak kami
dari amal yang sangat mulia dan penuh keberkahan ini. Kabulkanlah, wahai Rabb
Yang Mahaagung lagi Mahamulia.
Para ulama
Salaf kita sangat gigih melakukan amal yang sangat mulia ini, dan di antara
yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam
Ibnul Mubarak, dari ‘Atha’ bin as-Sa-ib, beliau berkata: “Kami datang kepada
Abu ‘Abdirrahman as-Sulami -ia adalah ‘Abdullah bin Hubaib- yang menunggu
wafatnya di masjid. Lalu kami berkata: ‘Alangkah baiknya jika engkau pindah ke
tempat tidur, karena di sana autsar (lebih nyaman).’” Baca Juga Memohon Perlindungan Dari Syirik Al-Husain
-salah satu perawi- berkata, “Autsar maknanya adalah lebih nyaman.”
Beliau
berkata: “Fulan meriwayatkan kepadaku, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِيْ
صَلاَةٍ مَا دَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ.
‘Senantiasa salah seorang di antara kalian
mendapatkan pahala shalat selama ia berada di masjid tempat ia shalat untuk
menunggu shalat.’” [3]
Di dalam
riwayat Ibnu Sa’ad disebutkan: “Para Malaikat berkata: ‘Ya Allah, ampunilah ia.
Ya Allah, sayangilah ia.’” Beliau (Abu ‘Abdirrahman as-Sulami) berkata: “Aku
ingin mati ketika aku berada di dalam masjid.” [4]
Ya Allah,
sayangilah hamba-Mu ini, dan jadikanlah kami sebagai orang yang menempuh jalan
yang telah ditempuhnya. Kabulkanlah ya Allah, wahai Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri
sendiri. Keutamaan lain yang akan didapat oleh orang yang duduk menunggu shalat
-dengan keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala-, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memberikan kabar gembira bahwasanya orang yang berdo’a di antara
waktu adzan dan iqamat, niscaya do’anya itu tidak akan ditolak. Para Imam
(yaitu Imam Ahmad, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban dan Imam Dhi-ya-uddin
al-Maqdisi) meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasululah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ
وَاْلإِقَامَةِ، فَادْعُوْا.
‘Sesungguhnya
do’a (yang dipanjatkan) di antara adzan dan iqamat tidak akan pernah ditolak,
karena itu berdo’alah.’” [5] Imam Ibnu Khuzaimah membuat bab pada hadits ini
dengan judul: “Bab Dianjurkannya Berdo’a Antara Adzan dan Iqamat dengan Harapan
bahwa Do’anya Tersebut Tidak Ditolak.” Ya Allah, jadikanlah do’a tersebut
sebagai karunia-Mu yang besar kepada kami. Kabulkanlah semua permohonan kami,
wahai Rabb semesta alam. [Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul
Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi,
Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do’akan Malaikat,
Penerjemah
Beni Sarbeni, Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1].
Shahiih Muslim, kitab al-Masaajid wa Mawaadhi’ush Shalaah bab Fadhlu Shalaatil
Jamaa’ah wa Intizhaarish Shalaah (I/460 no. 469 (276)).
[2].
Shahiih Ibni Khuzaimah, kitab al-Imaamah fish Shalaah (II/ 376).
[3]. Kitab
az-Zuhd, bab Fadhlul Masyi’ ilash Shalaah wal Juluus fil Masjid Dzaalika, no.
420, hal. 141-142.
[4].
Ath-Thabaqaatul Kubra (VI/174-175).
[5].
Al-Musnad (XXI/247 no. 13668 cet. Mu-assasah ar-Risalah), dengan lafazh dari
beliau. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab ash-Shalaah (I/222
no. 427), al-Ihsaan fii Taqriibi Shahiih Ibni Hibban kitab ash-Shalaah bab
al-Adzan (IV/593-594 no. 1696), al-Ahaadiits al-Mukhtaarah, bagian Musnad Anas
bin Malik z (IV/392-393 no. 1562). Syaikh Syu’aib al-Arna-uth dan
rekan-rekannya berkata dalam catatan pinggir kitab al-Musnad (XXI/247):
“Sanadnya shahih.”
Oleh Dr. Fadhl
Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
0 komentar:
Posting Komentar