Masuk Surga Bersama
Keluarga
Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari
kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama
keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan
dengan kawan atau pun sahabat.
Kita lihat contoh fenomena di Indonesia, ketika momen
lebaran idul fitri, kaum muslimin berusaha agar berkumpul bersama keluarga
dengan segala upaya. Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang
jauh, macet dan melelahkan serta halangan dan rintangan lainnya ketika safar
untuk pulang kampung. Semuanya ini dilakukan untuk bisa berkumpul bersama
keluarga dan berbahagia bersama.
Perlu diketahui bahwa semua kenikmataan dan kebahagiaan
yang diinginkan oleh manusia di dunia, akan ada di surga kelak.
Allah berfirman,
ﻭَﻟَﻜُﻢْ
ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺪَّﻋُﻮﻥ
“Di dalam
surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.” (Q.S. Fushshilat:
31)
Kesamaan
tersebut hanya ada pada nama, akan tetapi kenikmatannya tentu berbeda, jauh
lebih nikmat di surga.
Tentunya
kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah
disediakan oleh Allah.
Allah
berfirman,
جَنَّاتُ عَدْنٍ
يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
“(yaitu)
surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari
bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23)
Ibnu Katsir
rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan
seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucunya di surga. Ini
adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata,
يجمع بينهم وبين أحبابهم فيها
من الآباء والأهلين والأبناء ، ممن هو صالح لدخول الجنة من المؤمنين; لتقر أعينهم
بهم ، حتى إنه ترفع درجة الأدنى إلى درجة الأعلى ، من غير تنقيص لذلك الأعلى عن
درجته
“Allah
mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu
orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga.
Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa
mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang
sama derajatnya, pent).”[1]
Orang tua
dan anak saling tarik-menarik ke surga dengan memberi syafaat
Fasilitas
yang Allah sediakan agar keluarga bisa masuk surga bersama yaitu mereka akan
saling tarik-menarik agar bisa masuk surga dan berada di dalam surga yang
tingkatnya sama. Hal ini Allah anugrahkan agar mereka bisa berkumpul bersama.
Bisa jadi sang anak berada di surga tertinggi, sedangkan orang tua berada di
surga terendah, maka sang anak mengangkat derajat orang tuanya ke surga yang
lebih atas, demikian juga sebaliknya.
Anak bisa
mengangkat derajat orang tua mereka, hal ini telah diketahui oleh kaum muslimin
dengan banyak dalil.
Misalnya
anak sebagai amal jariyah yang terus mendoakan orang tuanya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan doa anak yang shalih”[2]
Demikian
juga derajat orang tua naik karena istigfar anaknya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
إنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ
دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ
وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguhnya
seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga lalu dia pun bertanya, ‘Dari
mana ini?’ Dijawab, ‘Karena istigfar anakmu untukmu.’[3]
Orang tua
pun bisa menarik anaknya ke tingkatan surga yang lebih tinggi.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa
yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)
Dalam
Tafsir Jalalain dijelaskan,
{ألحقنا بهم ذرياتهم}
المذكورين في الجنة فيكونون في درجتهم وإن لم يعملوا تكرمة للآباء باجتماع الأولاد
إليهم
“Maksud
dari ‘Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka’ yaitu, anak-cucu mereka
kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan mereka
walaupun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai penghormatan
terhadap bapak-bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu mereka (di
surga kelak).”[4]
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
ذريتهم الذين اتبعوهم بإيمان
أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن
باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر منهم أنفسهم، فهؤلاء المذكورون،
يلحقهم الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن لم يبلغوها، جزاء لآبائهم، وزيادة في
ثوابهم، ومع ذلك، لا ينقص الله الآباء من أعمالهم شيئا
“Keturunan
yang mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan
yang muncul dari orang tua atau kakek-buyut mereka. Lebih utama lagi jika
keimanan muncul dari diri anak-keturunan itu sendiri. Allah akan
mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua atau kakek-buyut mereka di
surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya (kedudukan anak lebih rendah
dari orang tua –pent), sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi
pahala mereka. Akan tetapi Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka
sedikitpun.”[5]
Semoga kita
semua bisa masuk surga bersama keluarga yang kita cintai.
Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Artikel: Muslim.or.id
Catatan
kaki:
[1] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir
[2] HR.
Muslim no. 1631
[3] Sunan
Ibnu Majah no. 3660, dinilai hasan oleh Al-Arnauth dalam tahqiq Musnad Ahmad]
[4] Tafsir
Jalalain hal. 535, Darus Salam, Riyadh, cet.II, 1422 H
[5] Taisir
Karimir Rahman hal 780, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet.I, 1424 H
0 komentar:
Posting Komentar