Selasa, 19 Mei 2020

Meraih Lailatul Qadar di saat pandemi Covid-19, bisakah?


Meraih Lailatul Qadar di saat pandemi Covid-19, bisakah?



PADA bulan Ramadan ada malam yang sangat istimewa, dimana Allah Ta’Ala  memberikan hamba-Nya yang beribadah khusyuk di 10 malam terakhir. Pada malam Lailatul Qadar, amal ibadah yang dilaksanakan pada malam itu memiliki nilai lebih dibandingkan amal ibada selama 1.000 bulan .

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3). An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341).

Para ulama salaf berpendapat  keutamaan lailatul qadar itu akan diperoleh oleh setiap muslim yang diterimanya amalnya di malam tersebut.Namun, ada yang berkecil hati karena tidak dapat melakuan itikaf di masjid, apalagi disaat pandemi virus Covid-19 ini.

Lantas dapatkah seorang mukmin akan mendapatkan keutamaan lailatul qadar? Pasalnya, dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ,  pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)  sudah meminta ummat melakukan beribadah di rumah saja.

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal , pengasuh pesantren Darush Shalihin,Gunung Kidul , Yogyakarta menuturkan ada yang perlu dipahami bahwa para ulama salaf berpendapat  Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif (hal. 341) membawakan hadits dalam musnad Imam Ahma, sunan An Nasai, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An Nasai no. 2106, shahih)

Bahkan sampai musafir dan wanita haidh pun bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar.Juwaibir pernah mengatakan  dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?”

Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 341)

Ibnu Rajab menasehatkan, “Wahai saudaraku … Yang terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras badan.

Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir kepada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 341)

Kesimpulan paling penting dari penjelasan di atas, malam lailatul qadar tidak disyaratkan iktikaf di masjid atau untuk mendapatkannya dengan beribadah di masjid. Orang yang beribadah di rumah pun masih bisa mendapatkan lailatul qadar. Itulah karunia Allah.
Apakah untuk mendapatkan lailatul qadar harus begadang semalam suntuk?

Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam.Ada ulama yang mengatakan bahwa menghidupkannya bisa hanya sesaat.Sebagaimana dinukil oleh Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,

“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat Isya’ berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah.”

Dikatakan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnul Musayyib menyatakan
“Siapa yang menghadiri shalat berjama’ah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”

Apa yang dikatakan oleh Imam Syafii dan ulama lainnya di atas sejalan dengan hadits dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Siapa yang menghadiri shalat Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim, no. 656 dan Tirmidzi, no. 221).

Kesimpulannya, cukup memperbanyak ibadah di rumah, kita mendapatkan keutamaan lailatul qadar, tidak disyaratkan harus begadang semalam suntuk. Wallahu a’lam.kbc12



0 komentar:

Posting Komentar