Meraih Lailatul
Qadar di saat pandemi Covid-19, bisakah?
PADA bulan Ramadan ada malam yang sangat istimewa, dimana
Allah Ta’Ala memberikan hamba-Nya yang
beribadah khusyuk di 10 malam terakhir. Pada malam Lailatul Qadar, amal ibadah
yang dilaksanakan pada malam itu memiliki nilai lebih dibandingkan amal ibada
selama 1.000 bulan .
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS.
Al Qadar: 3). An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan
di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341).
Para ulama salaf berpendapat keutamaan lailatul qadar itu akan diperoleh
oleh setiap muslim yang diterimanya amalnya di malam tersebut.Namun, ada yang
berkecil hati karena tidak dapat melakuan itikaf di masjid, apalagi disaat
pandemi virus Covid-19 ini.
Lantas dapatkah seorang mukmin akan mendapatkan keutamaan
lailatul qadar? Pasalnya, dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) , pemerintah dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sudah meminta ummat
melakukan beribadah di rumah saja.
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal , pengasuh pesantren
Darush Shalihin,Gunung Kidul , Yogyakarta menuturkan ada yang perlu dipahami
bahwa para ulama salaf berpendapat Ibnu
Rajab dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif (hal. 341) membawakan hadits dalam
musnad Imam Ahma, sunan An Nasai, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka
ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An Nasai no. 2106, shahih)
Bahkan sampai musafir dan wanita haidh pun bisa
mendapatkan malam Lailatul Qadar.Juwaibir pernah mengatakan dia pernah bertanya pada Adh Dhohak,
“Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur
(namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian
dari lailatul qadar?”
Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa
mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan
mendapatkan bagian malam tersebut.” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 341)
Ibnu Rajab menasehatkan, “Wahai saudaraku … Yang
terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada
kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras
badan.
Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam,
namun tak mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan
rahmat tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena
berdzikir kepada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya
yang malah dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).” (Lathaif
Al-Ma’arif, hlm. 341)
Kesimpulan paling penting dari penjelasan di atas, malam
lailatul qadar tidak disyaratkan iktikaf di masjid atau untuk mendapatkannya
dengan beribadah di masjid. Orang yang beribadah di rumah pun masih bisa
mendapatkan lailatul qadar. Itulah karunia Allah.
Apakah untuk mendapatkan lailatul qadar harus begadang
semalam suntuk?
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul
qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh
malam.Ada ulama yang mengatakan bahwa menghidupkannya bisa hanya
sesaat.Sebagaimana dinukil oleh Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok
ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,
“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan
shalat Isya’ berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara
berjamaah.”
Dikatakan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnul
Musayyib menyatakan
“Siapa yang menghadiri shalat berjama’ah pada malam
Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul
Qadar tersebut.”
Apa yang dikatakan oleh Imam Syafii dan ulama lainnya di
atas sejalan dengan hadits dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Siapa yang menghadiri shalat Isya berjamaah, maka
baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat Isya dan
Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim, no.
656 dan Tirmidzi, no. 221).
Kesimpulannya, cukup memperbanyak ibadah di rumah, kita
mendapatkan keutamaan lailatul qadar, tidak disyaratkan harus begadang semalam
suntuk. Wallahu a’lam.kbc12
0 komentar:
Posting Komentar