Senin, 14 Mei 2018

INDAHNYA PERSAUDARAAN DALAM ISLAM


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
INDAHNYA PERSAUDARAAN DALAM ISLAM
.
Bersaudara dalam Islam merupakan untaian kata yang paling indah bila diucapkan dan menjadi kunci kejayaan kaum Muslimin di masa silam.\

Ia adalah warisan kemuliaan yang perlu diteladani dan menjadi salah satu keutamaan Islam,yang mampu dibangun dengan aqidah yang kokoh dalam segala dimensinya, dan melebur ke segala kelas sosial yang diciptakan oleh para shalafus shalih.

Namun fenomena yang terasa akhir-akhir ini justru menjadi berkurangnya nilai persaudaraan antara umat islam, terlebih semakin membuat jarak antara manusia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.yang pada akhirnya bermuara kepada kurangnya memaknai Persaudaraan Islam.

Persatuan merupakan perkara yang di Ridhai dan diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala , sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci dan dilarang oleh-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.” (Q.S. Ali Imran : 103)

“Dan bahwasanya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.

Yang demikian itu Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (Q.S. Al-An’am: 153)

Dengan demikian betapa petingnya berukhuwah Islamiyah (bersaudara dalam Islam) , menjadi ungkapan mahal yang begitu indah, tapi tak sekedar ukhuwah indah,hingga terlupakan hak-hak saudara kita.

Justru yang bersemi dan dikedepankan adalah persaudaraan Islam karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, Uhibbuki Fillah “(Aku Mencintaimu karena Allah)”, dan terikat kuat disatukan oleh aqidah yang kokoh dan direkatkan atas nama cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bergerak deras dengan keikhlasan dalam meraih Ridha-Nya.

Tidak sedikit umat Islam tergiring kepada fanatisme simbol dan golongan. Membela golongannya lebih dari sekedar membela Islam. Yang pada akhirnya melahirkan krisis ukhuwah Islamiyah yang berujung pada ketidak harmonisan.

Krisis ukhuwah ini sadar atau tidak sadar telah lama mencekam masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim dan berdampak besar pada penurunan krisis kepercayaan, krisis moral dan paling parah krisis ukhuwah yang makin memudar warnanya tak tersentuh oleh hangatnya ukhuwah dan manisnya iman.

Di sekitar kita masih marak dijumpai kondisi yang berbeda,terkadang kita dapati pula saudara muslim yang tenggelam dalam .kenikmatan hidup. Mereka keluar mengumbar kehinaan tanpa rasa berdosa.

Mereka gadaikan izzah(kemuliaan) status penghambaan, dan menjadi terlena oleh nafsu dunia yang fana. Ini semua karena ketidakpahaman dan ketidak mengertian sehingga menggeser kedudukan ukhuwah Islamiyah didalamnya, hingga ukhuwah yang manis pun terasa pudar di telan jaman. Bahkan mereka dapati definisi ukhuwah yang terasa kaku maknanya.

Di satu sisi umat terjerumus ke dasar lembah, dengan segala kebutaan akan petunjuk Illahi, tanpa sadar melangkah menuju kebinasaan yang siap menanti dihadapannya. Umat membutuhkan manusia-manusia penyadar, manusia yang mampu membangunkan umat dan memberi pencerahan, membukakan matanya dan menyucikan jiwanya.

Manusia yang menyelamatkan umat dari jurang kebodohan dan kenistaan. Namun disisi lain justru kita dapati manusia-manusia penyadar terkadang ikut larut dengan fanatisme golongan masing-masing.

Terperosok dalam perdebatan antara sesama umat islam yang makin memecah belah dengan teramat parah.

Seakan lupa bahwa kebenaran hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’la , bahwa :
Wala (loyalitas) dan

Ghayah (tujuan) hanya untuk Allah dan Rasul-Nya,

bahwa segala pendapat dan fikrah merupakan ijtihad yang bisa benar dan bisa juga salah, bahwa setiap muslim adalah bersaudara dengan segala hak-hak yang telah diamanatkan Allah dan Rasul-Nya, bahwa perpecahan hanyalah akan melemahkan langkah dan mencerai-beraikan barisan Umat Islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al Hujuuraat : 13),

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa persaudaraan menjadi kian bermakna di masa silam, karena adanya kemampuan melebur diri kesegala kelas sosial, menyusun ragam suku, bahasa, budaya, negara, politik, hingga melahirkan persaudaraan islam yang utuh.

Namun makna persaudaraan itu makin memudar seiring dalam perjalanan penegakan dakwah . Para mujahid-mujahidah dakwah terpetakan dan sulit melebur.

Masing-masing menganggap diri paling benar dan lainnya paling salah. Itulah pentingnya makna ukhuwah islamiyah perlu disuburkan walau berbeda pendapat namun dalam persaudaraan islam tetap utuh.

Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan dalam Islam) adalah salah satu karunia, cahaya, dan nikmat Ilahiyah yang dituangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’laa ke dalam hati hamba -Nya yang ikhlas, dan orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya, serta menyatu dengan Iman dan Taqwa.

Karena tidak ada ukhuwah tanpa Iman,

dan tiada Iman tanpa Ukhuwah.

Maka tidak diragukan lagi jika ukhuwah ini kosong dari Iman, akan mengakibatkan ikatannya menjadi ikatan yang didasari oleh adanya kepentingan dan manfaat pribadi, kelompok / golongan, yang mengakibatkan dapat menghancurkan ukhuwah itu sendiri cepat ataupun lambat.

Jika kita menjumpai orang yang mengaku dirinya berIman dan berTaqwa, tetapi dia tidak memiliki sifat ukhuwah dan persahabatan murni, berarti imannya masih setengah-setengah dan taqwanya dipertanyakan.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:

“Tidak beriman seorang dari kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari Muslim).

Ukhuwah islamiyah selalu menghadirkan pesona yang luar biasa dan merupakan kebutuhan fitrah dan asasi yang senantiasa menuntut untuk dipenuhi, sejak dahulu hingga kini bahkan hingga akhir jaman, senantiasa dirindukan perwujudannya dalam kehidupan umat Islam.

Adapun keutamaan Ukhuwah yang lebih utama adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang besar. Memutuskan ukhuwah sama saja dengan mengkufuri nikmat tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah keseluruhannya, dan janganlah kamu berpecah belah.

Ingatlah kamu akan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepadamu ketika kamu dalam keadaan saling bermusuhan, lalu Allah menyatukan antara hati-hati kamu.

Maka jadilah kamu dengan nikmat-Nya bersaudara.”(Q.S. Ali Imran : 103)

Sehingga jika diri sudah memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai keutamaan berukhuwah, maka wajah diri akan semakin bersinar, dosa-dosa mereka diampuni, pada hari kiamat mereka berada dibawah naungan Arsy-Nya, berada dalam naungan cinta pada Allah Subhanhu wa Ta’ala , berada di dalam surga-Nya dan keridhaan-Nya, dan akan merasakan .manis.nya Iman dalam hati.

Islam selalu menghendaki ukhuwah yang bersih lahir dan batin. Hingga persaudaraan Islam akan hangat terpatri kuat di dalam dada. Untuk memujudkannya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’menganjurkan kita umatnya yaitu :

Saling mendoakan

Saling tolong menolong dalam kebaikan, tiada prasangka dalam bersaudara

Tunjukkan kegembiraan dan ” senyuman ” bila berjumpa saudara

Berjabat tangan dan saling bermaafan ketika bertemu maupun akan berpisah,

Sering bersilaturahmi, memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya

Memenuhi hak ukhuwah saudaranya, diantaranya :

Mengucapkan dan menjawab salam,

Membela mu’min yang digunjing / didzalimi,

Menutupi aib saudaranya,

Memperhatikan nasihat yang disampaikan,

Memenuhi undangannya,

Mendo’akan jika bersin,

Dan berinteraksi dalam rangka dakwah dijalan-Nya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Dari Anas Radhiyallahu Anhu, Berkata bahwa ‘ketika seseorang berada disisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu seorang sahabat berjalan melewatinya.

Orang yang berada disisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Ya Rasulullah, aku mencintai dia.”

Rasul bersabda : “Apakah kamu sudah beritahukan padanya ?.”

Orang itu menjawab, “Belum”

Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Beritahukan kepadanya !..“

Orang itu pun memberitahukan kepada sahabatnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.”

Kemudian sahabatnya menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karenaNya” (HR. Abu Dawud)

Itulah warisan yang tampak jelas bernilai bahwa hak-hak ukhuwah tersebut mencakup setiap muslim yang meyakini :

Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabbnya,

Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai Nabi dan Rasulnya,
Al Qur’an sebagai imamnya,

Dan Islam sebagai Diennya.

Oleh karena itu maka saling tolong menolonglah kita secara lahir dan batin, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sangat mencintai hamba-Nya yang suka tolong menolong.

Semoga ukhuwah Islamiyah ini makin harmonis

Dan tak akan mengering hingga ke ujung hati tiap umat Islam

By :  Abdul Haris M



0 komentar:

Posting Komentar