بِسْــــــــــــــمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
INDAHNYA PERSAUDARAAN DALAM ISLAM
.
Bersaudara
dalam Islam merupakan untaian kata yang paling indah bila diucapkan dan menjadi
kunci kejayaan kaum Muslimin di masa silam.\
Ia adalah
warisan kemuliaan yang perlu diteladani dan menjadi salah satu keutamaan
Islam,yang mampu dibangun dengan aqidah yang kokoh dalam segala dimensinya, dan
melebur ke segala kelas sosial yang diciptakan oleh para shalafus shalih.
Namun
fenomena yang terasa akhir-akhir ini justru menjadi berkurangnya nilai
persaudaraan antara umat islam, terlebih semakin membuat jarak antara manusia
dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.yang pada akhirnya bermuara kepada kurangnya
memaknai Persaudaraan Islam.
Persatuan
merupakan perkara yang di Ridhai dan diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala , sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci dan dilarang
oleh-Nya.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan
berpegang teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian
bercerai berai.” (Q.S. Ali Imran : 103)
“Dan
bahwasanya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-KU yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.
Yang demikian
itu Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (Q.S. Al-An’am: 153)
Dengan
demikian betapa petingnya berukhuwah Islamiyah (bersaudara dalam Islam) ,
menjadi ungkapan mahal yang begitu indah, tapi tak sekedar ukhuwah indah,hingga
terlupakan hak-hak saudara kita.
Justru yang
bersemi dan dikedepankan adalah persaudaraan Islam karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala, Uhibbuki Fillah “(Aku Mencintaimu karena Allah)”, dan terikat kuat
disatukan oleh aqidah yang kokoh dan direkatkan atas nama cinta kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang bergerak deras dengan keikhlasan dalam meraih
Ridha-Nya.
Tidak
sedikit umat Islam tergiring kepada fanatisme simbol dan golongan. Membela
golongannya lebih dari sekedar membela Islam. Yang pada akhirnya melahirkan
krisis ukhuwah Islamiyah yang berujung pada ketidak harmonisan.
Krisis
ukhuwah ini sadar atau tidak sadar telah lama mencekam masyarakat Indonesia
yang mayoritas Muslim dan berdampak besar pada penurunan krisis kepercayaan,
krisis moral dan paling parah krisis ukhuwah yang makin memudar warnanya tak
tersentuh oleh hangatnya ukhuwah dan manisnya iman.
Di sekitar
kita masih marak dijumpai kondisi yang berbeda,terkadang kita dapati pula
saudara muslim yang tenggelam dalam .kenikmatan hidup. Mereka keluar mengumbar
kehinaan tanpa rasa berdosa.
Mereka
gadaikan izzah(kemuliaan) status penghambaan, dan menjadi terlena oleh nafsu
dunia yang fana. Ini semua karena ketidakpahaman dan ketidak mengertian
sehingga menggeser kedudukan ukhuwah Islamiyah didalamnya, hingga ukhuwah yang
manis pun terasa pudar di telan jaman. Bahkan mereka dapati definisi ukhuwah
yang terasa kaku maknanya.
Di satu
sisi umat terjerumus ke dasar lembah, dengan segala kebutaan akan petunjuk
Illahi, tanpa sadar melangkah menuju kebinasaan yang siap menanti dihadapannya.
Umat membutuhkan manusia-manusia penyadar, manusia yang mampu membangunkan umat
dan memberi pencerahan, membukakan matanya dan menyucikan jiwanya.
Manusia
yang menyelamatkan umat dari jurang kebodohan dan kenistaan. Namun disisi lain
justru kita dapati manusia-manusia penyadar terkadang ikut larut dengan
fanatisme golongan masing-masing.
Terperosok
dalam perdebatan antara sesama umat islam yang makin memecah belah dengan
teramat parah.
Seakan lupa
bahwa kebenaran hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’la , bahwa :
Wala
(loyalitas) dan
Ghayah
(tujuan) hanya untuk Allah dan Rasul-Nya,
bahwa
segala pendapat dan fikrah merupakan ijtihad yang bisa benar dan bisa juga
salah, bahwa setiap muslim adalah bersaudara dengan segala hak-hak yang telah
diamanatkan Allah dan Rasul-Nya, bahwa perpecahan hanyalah akan melemahkan
langkah dan mencerai-beraikan barisan Umat Islam.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal.
Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al
Hujuuraat : 13),
Sebagaimana
kita maklumi bersama bahwa persaudaraan menjadi kian bermakna di masa silam,
karena adanya kemampuan melebur diri kesegala kelas sosial, menyusun ragam
suku, bahasa, budaya, negara, politik, hingga melahirkan persaudaraan islam
yang utuh.
Namun makna
persaudaraan itu makin memudar seiring dalam perjalanan penegakan dakwah . Para
mujahid-mujahidah dakwah terpetakan dan sulit melebur.
Masing-masing
menganggap diri paling benar dan lainnya paling salah. Itulah pentingnya makna
ukhuwah islamiyah perlu disuburkan walau berbeda pendapat namun dalam
persaudaraan islam tetap utuh.
Ukhuwah
Islamiyah (Persaudaraan dalam Islam) adalah salah satu karunia, cahaya, dan
nikmat Ilahiyah yang dituangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’laa ke dalam hati
hamba -Nya yang ikhlas, dan orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya, serta menyatu
dengan Iman dan Taqwa.
Karena
tidak ada ukhuwah tanpa Iman,
dan tiada
Iman tanpa Ukhuwah.
Maka tidak
diragukan lagi jika ukhuwah ini kosong dari Iman, akan mengakibatkan ikatannya
menjadi ikatan yang didasari oleh adanya kepentingan dan manfaat pribadi,
kelompok / golongan, yang mengakibatkan dapat menghancurkan ukhuwah itu sendiri
cepat ataupun lambat.
Jika kita
menjumpai orang yang mengaku dirinya berIman dan berTaqwa, tetapi dia tidak
memiliki sifat ukhuwah dan persahabatan murni, berarti imannya masih
setengah-setengah dan taqwanya dipertanyakan.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:
“Tidak
beriman seorang dari kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari Muslim).
Ukhuwah
islamiyah selalu menghadirkan pesona yang luar biasa dan merupakan kebutuhan
fitrah dan asasi yang senantiasa menuntut untuk dipenuhi, sejak dahulu hingga
kini bahkan hingga akhir jaman, senantiasa dirindukan perwujudannya dalam
kehidupan umat Islam.
Adapun
keutamaan Ukhuwah yang lebih utama adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala,
yang besar. Memutuskan ukhuwah sama saja dengan mengkufuri nikmat tersebut.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“Dan
berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah keseluruhannya, dan
janganlah kamu berpecah belah.
Ingatlah
kamu akan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepadamu ketika kamu dalam keadaan
saling bermusuhan, lalu Allah menyatukan antara hati-hati kamu.
Maka
jadilah kamu dengan nikmat-Nya bersaudara.”(Q.S. Ali Imran : 103)
Sehingga
jika diri sudah memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai keutamaan
berukhuwah, maka wajah diri akan semakin bersinar, dosa-dosa mereka diampuni,
pada hari kiamat mereka berada dibawah naungan Arsy-Nya, berada dalam naungan
cinta pada Allah Subhanhu wa Ta’ala , berada di dalam surga-Nya dan
keridhaan-Nya, dan akan merasakan .manis.nya Iman dalam hati.
Islam
selalu menghendaki ukhuwah yang bersih lahir dan batin. Hingga persaudaraan
Islam akan hangat terpatri kuat di dalam dada. Untuk memujudkannya, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam’menganjurkan kita umatnya yaitu :
Saling
mendoakan
Saling
tolong menolong dalam kebaikan, tiada prasangka dalam bersaudara
Tunjukkan
kegembiraan dan ” senyuman ” bila berjumpa saudara
Berjabat
tangan dan saling bermaafan ketika bertemu maupun akan berpisah,
Sering
bersilaturahmi, memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya
Memenuhi
hak ukhuwah saudaranya, diantaranya :
Mengucapkan
dan menjawab salam,
Membela
mu’min yang digunjing / didzalimi,
Menutupi
aib saudaranya,
Memperhatikan
nasihat yang disampaikan,
Memenuhi
undangannya,
Mendo’akan
jika bersin,
Dan
berinteraksi dalam rangka dakwah dijalan-Nya.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Dari Anas
Radhiyallahu Anhu, Berkata bahwa ‘ketika seseorang berada disisi Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu seorang sahabat berjalan melewatinya.
Orang yang
berada disisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Ya Rasulullah, aku mencintai
dia.”
Rasul
bersabda : “Apakah kamu sudah beritahukan padanya ?.”
Orang itu
menjawab, “Belum”
Lalu
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Beritahukan kepadanya !..“
Orang itu
pun memberitahukan kepada sahabatnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu
karena Allah.”
Kemudian
sahabatnya menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku
karenaNya” (HR. Abu Dawud)
Itulah
warisan yang tampak jelas bernilai bahwa hak-hak ukhuwah tersebut mencakup
setiap muslim yang meyakini :
Allah Subhanahu
wa Ta’ala sebagai Rabbnya,
Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai Nabi dan Rasulnya,
Al Qur’an
sebagai imamnya,
Dan Islam
sebagai Diennya.
Oleh karena
itu maka saling tolong menolonglah kita secara lahir dan batin, sungguh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, sangat mencintai hamba-Nya yang suka tolong menolong.
Semoga
ukhuwah Islamiyah ini makin harmonis
Dan tak
akan mengering hingga ke ujung hati tiap umat Islam
By : Abdul Haris M
0 komentar:
Posting Komentar