SEHAT DENGAN MEMBACA AL QURAN
Al Qur`an adalah
jamuan Allah; “Makdabtullah”. Inilah yang dilukiskan Nabi Muhammad SAW
sebagaimana riwayat al-Bazzar. Semua umat Islam bahkan di luar Islam diundang
untuk mencicipi dan menghadiri jamuan tersebut. Karena yang mengundang adalah
yang Mahakaya, maka ada beragam menu disediakan. Tentu sangat rugi jika tidak
hadir pada acar tersebut. Juga terasa sangat kurang jika hadir tanpa mencicipi
makananya. Tuan rumah juga sangat senang jika hidangan dirasakan para tamu.
Terasa ada yang kurang jika pulang tidak bertambah sehat dan bahagia. “Siapa
yang mampu mencicipi hidangan Allah, lakukanlah”, lanjut Nabi. Lantas,
bagaimana cara mencicipinya?
Membaca, menghafal dan mendengarkan adalah cicipan
pertama yang harus dilakukan. Perbandingan Muslim yang giat membaca Al Qur`an
dan tidak membacanya bagaikan buah durian dan kurma. Yang pertama baunya ranum
dan terasa di lidah, yang kedua tidak berbau namun masih manis dirasa. Untuk
itu, para sahabat mempunyai kadar kebiasaan khusus dalam membacanya. Para
sahabat senior ada yang mengkhatamkan Al Qur`an setiap Jumat sekali seperti
Utsman bin Affan, Zaid Bin Tsabit, Ibn Mas`ud, dan Ubay Bin Ka`ab.
Bagi Imam Al Ghazali yang diungkap dalam kitab Ihya`-nya,
standar mengkhatamkan Al Qur`an seminggu sekali adalah standar bagi yang sibuk
dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti mengajar dan aktivitas sosial.
Namun, bagi yang tidak terlalu sibuk dengan aktivitas tersebut bisa dua kali
dalam satu minggu. Stadar ‘khatam’ juga berkurang bagi para pemikir dan
peneliti yang ingin meriset kandungan Al Qur`an. Mereka bisa mengkhatamkan
bacaanya satu kali dalam sebulan.
Membaca Al Qur`an sarana efektif untuk ‘berbicara’ kepada
Allah. Sebagaimana ungkap Imam Hasan al-Bashri; ‘barang siapa yang ingin Allah
berbicara kepanya maka bacalah Al Qur`an, danbarang siapa yang ingin berbicara
kepada Allah maka laksanakan shalat’. Ungkapan ini tentu lahir dari pengalaman
spiritual yang cukup dalam. Maka, para pembaca Al Qur`an selayaknya tidak hanya
melafalkan ayat dan huruf melalui lisannya, tetapi juga menghadirkan
makna-makna yang terkandung di dalamnya, bahkan merasakan bahwa Al Qur`an itu
turun kepadanya.
Ada berbagai keutamaan yang bisa didapatkan dari membaca
Al Qur`an. Satu huruf setara dengan satu kebaikan, dan bisa jadi satu kebaikan
berlipat hingga sepuluh kali lipat (HR. At-Tirmidzi). Ibadah yang paling utama
(HR. Abu Nuaim). Juga sebaik-baik umat Islam adalah yang belajar Al Qur`an dan
sudi mengajarkanya (Hr. Bukhari). Sebaliknya, sindiran keras bagi orang Islam
yang tidak bisa membaca kitab sucinya, ia seperti rumah roboh (HR.
At-Tirmidzy). Nampak bahwa membaca Al Qur`an sebagai fondasi awal yang harus
dibangun.
Selain mendapatkan berbagai keutamaan dari aspek
keaagamaan, mendengarkan bacaan Al Qur`an juga berdampak luar biasa terhadap
kualitas psikis manusia. Sebagaimana dilansir oleh Kuwait News Agency (KUNA) di
laman resminya, bahwa Dr. Al Qadhi telah melakukan riset di klinik besar
Florida Amerika Serikat dan berhasil membuktikan bahwa bacaan Al Qur’an dapat
menurunkan depresi, kesedihan, dan meningkatkan ketenangan jiwa hingga 97%.
Bukan hanya itu, bacaan Al Qur`an juga sanggup menangkal berbagai jenis
penyakit.
Beliau menyatakan bahwa tidak ada bacaan yang dapat
meningkatkan daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali
dengan membaca Al Qur’an. “No more upliftment of the memory and provide peace
to a person unless the reading of the Al-Qur’an
...”. kata Dr. Al Qadhi
mengatakan dalam kesimpulannya.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini juga dikuatkan dengan analisa
NLP (Neuro Linguistik Programing). Sebagaimana ungkap penemu teori ini; Richard
Bandler, yang dikutip Tosey P. dan Mathison dalam bukunya “Introducing
Neuro-Linguistic Programming” bahwa ada hubungan antara pemilihan bahasa dan pola
perilaku manusia. Manusia memprogram berbagai hal ke dalam otak melalui kata
yang dipilih. Hasil pemrograman baik positif atau negatif sangat tergantung
dari kalimat yang akan diproses pikiran. Selanjutnya berpengaruh kepada
aktivitas yang dilakukan.
Ada sekitar empat puluh ribu ide yang masuk setiap
harinya. Semuanya berjalan secara otomatis. Inilah mengapa pikiran manusia
tidak pernah berhenti beraktivitas, bahkan saat diam sekalipun. Ide-ide itu
bisa berasal dari persinggungan manusia dengan sekitarnya seperti teman, lawan
bicara, media sosial, pemandangan, tentu bahan bacaan yang dibaca. Jika input
kata itu negatif, maka akan berimbas pada perilaku negatif. Dari sinilah,
bacaan ayat Al Qur’an adalah pemrograman sempurna untuk pikiran manusia yang
bisa mempengaruhi perilakunya.
Membaca dan memahami Al Qur`an secara intens adalah upaya
sadar menginstal dimensi ilahiah ke dalam pikiran dan mencegah virus-virus
negatif untuk berdiam di otak. Sehingga bacaan ini nantinya mampu memengaruhi
denyut nadi dan gerakan saraf pembacanya. Hasil penelitian Dr. Al Qadhi dan
analisa NPL ini semakin memperkuat ayat Al Qur`an “Kami turunkan dari al-Qur`an
sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang yang beriman...”(al-Isra`: 82).
Jauh sebelum Dr. Dr. Al Qadhi dan penemuan analisa NPL,
dokter sekaligus mufassir ternama, Fakhruddin ar-Razy mengungkapkan makna
‘syifa’ dalam surat al-Isra` tersebut. Menurutnya, penyembuh ini bisa berarti
fisik maupun psikis. Beliau membandingkan sistem pengobatan tradisional dengan
memakai kalimat yang tidak dipahami saja bisa mempunyai efek yang besar
terhadap tubuh manusia, apalagi A Qur`an yang memuat zikir kepada Allah. Maka,
selayaknya seorang Muslim meningkatkan nutrisi jiwa dan pikirannya dengan
membaca dan memahami Al Qur`an!
Oleh: Moh. Isom Mudin
0 komentar:
Posting Komentar