Mengenal 4 Karakter
Jiwa Manusia Dalam Al-Qur'an
Muslimadaily - Manusia memiliki 3 unsur utama, yaitu:
raga, jiwa, dan ruh. Jiwa merupakan jati dirinya, yang mendapat kewajiban
beribadah, yang akan dihisab di akhirat kelak, dan yang menjadi mulia. Ketika
ruh ditarik dari raga, jiwa tidak mati, namun ia merasakan kematian. Ada
perbedaan antara mati dan merasakan mati. Manusia memiliki jiwa dan raga,
kematian merupakan perpisahan jiwa dari wadahnya, yaitu raga. Namun, jiwa tidak
mati, ia tetap melanjutkan ke proses kehidupan selanjutnya.
Firman Allah dalam surah Ali Imran, ayat 185: “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati.”
Manusia saat ini hanya memperhatikan kesejahteraan
raganya saja, tanpa mempedulikan jiwanya. Kebutuhan jiwa hanya dapat terpenuhi
dengan pengetahuan hamba terhadap Tuhannya, dengan ketaatan kepada-Nya, dan
merasa nyaman dekat pada-Nya.
Al-Qur’an telah mengungkapkan beberapa karakteristik dan
ciri khas jiwa manusia, seperti berikut ini:
Pertama: Manusia bersifat suka berkeluh kesah
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah
lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.”
Dari ayat di atas, dapat kita temukan salah satu sifat
manusia yaitu suka berkeluh kesah, ketika menghadapi musibah dan masalah
sekecil apa pun. Ini adalah sifat asal saat penciptaan manusia. Namun demikian,
sebenarnya sifat ini memiliki hikmah tersendiri.
Masalah adalah salah satu ujian Allah untuk hamba-Nya.
Dua hal yang tidak bersifat permanen di dunia ini dan sering menjadi masalah
bagi hamba adalah kesehatan dan rezeki. Namun, perubahan siklus kesehatan dan
rezeki bertujuan sebagai sarana pengajaran.
Orang yang selalu dekat dengan Allah akan selamat dari
kelemahan karakteristik ini. Saat diuji, ia akan langsung menyerahkan diri
kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.
Kedua: Manusia bersifat kikir
Dari ayat 19-22 surah Al-Ma’arij di atas juga dapat kita
temukan sifat lain dari manusia, yaitu bersifat kikir. Manusia sangat tamak dan
suka menumpuk-numpuk harta. Namun, jika dijalankan sesuai ajaran agama,
menjauhi sifat tamak ini adalah jalan
menuju surga.
Contohnya, tamak membuat manusia gemar mengumpulkan
harta, namun agama menyuruh untuk menginfakkannya di jalan Allah, maka ia
menjadi harga menuju surga. Mata ingin terus tidur saat waktu subuh, namun
agama menyuruh untuk bangun dan menunaikan shalat subuh.
Maka, jalan-jalan yang merupakan kebalikan dari sifat
tercela adalah jalan menuju surga.
Ketiga: Manusia bersifat tergesa-gesa
“Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan
sebagaimana (biasanya) ia mendoakan untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa.” (Al-Israa: 11)
Manusia cenderung suka tergesa-gesa, menyukai hal yang
instan, dan menyukai hal yang dekat darinya. Dunia adalah nyata, sedangkan
akhirat masih merupakan berita. Maka, manusia hanya mempersiapkan dunianya,
padahal akhirat disana lebih kekal dan perlu bekal yang banyak.
Keempat: Ada kelemahan di dalam diri manusia
“dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (An-Nisa: 28)
Manusia diciptakan dengan sifat lemah, agar ia merasa
butuh pada Dzat yang Maha Kuat. Jika ia diciptakan dalam kondisi kuat, tentulah
ia akan berbangga dengan kekuatannya dan selalu merasa cukup.
Maka, sungguh sifat lemah ini untuk menjadikan manusia
agar senantiasa bersandar kepada Allah dan selalu memohon pertolongan dan
lindungan-Nya.
Wallahu a’lam.
Mushallina Fiany
Sofyan
0 komentar:
Posting Komentar