Indahnya Akhlak
Rasulullah
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ
وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
“Sesungguhnya
pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang
mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab:
21)
Rasulullah
SAW adalah pribadi yang luar biasa. Allah menyebut Rasulullah sebagai manusia
yang berbudi pekerti luhur. Di antara akhlak luhur beliau adalah Rendah Hati
(tawadhu), Sabar, Berkata baik dan menghormati tetangga, Ceria dan Riang
Gembira, Pemberani, Jujur, Lemah lembut, Dapat dipercaya, Malu, Zuhud, Pemaaf,
Kasih sayang, Bergaul dengan baik, Menepati janji, Cinta perdamaian.
Akhlak-akhlak mulia Nabi Muhammad saw di atas telah menjadi teladan mulia bagi
pengikut beliau. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi setiap umat islam
untuk meneladani akhlak-akhlak mulia Nabi Muhammad saw.
Pelaksanaan
Pesantren Ramadhan 1441 H / 2020 M tingkat SMA dan SMK se Sumatera Barat hari
ketiga pada hari Rabu (29/04/2020) diisi oleh Ust. Hanan Attaki, Lc dengan
materi Indahnya Akhlak Rasulullah. Materi ini disampaikan melalui Youtube dan
siswa bisa mendengarkan secara langsung atau bisa juga mendownloadnya.
Penyampaian
materi yang kocak dan gaul oleh ust. Hanan membuat suasana riuh dan nyambung
sekali dengan audiens pelajar. Materi juga disampaikan dengan kisah-kisah para
sahabat. Sehingga siswa tidak bosan mendengarkan tausiah beliau walaupun agak
kelamaan.
Nabi
Muhammad tauladan dalam segala hal. Nabi Muhammad adalah uswatun hasanah karena
low profile dan tidak pernah merasa selalu benar. Kalau keliru, beliau berbesar
hati dan berlapang dada memperbaikinya. Contoh nabi pernah keliru dalam Qur’an
surat ‘abasa, nabi ditegur oleh Allah karena ada seorang buta datang untuk
belajar tetapi dicuekin Nabi karena sedang ada tamu dengan Pembesar Quraisy.
Pengikut
nabi tidak ada yang menggosipkan beliau kalau ada kesalahan yang terjadi pada
nabi. Bahkan tidak ada yang unfollow. Mereka hanya bertanya dan mengingatkan
nabi secara santun. Nabi Muhammad SAW itu orangnya tidak kaku, padahal nabi
merupakan orang yang paling saleh.
Tapi
mengapa kita makin belajar hadist makin kaku, makin susah senyum, harusnya
makin belajar hadist makin senyum. Nabi senyum melihat perbedaan pendapat di
antara para sahabat, bahkan ada sahabat yang namanya Bakroh, agak aneh dalam
shalatnya, Nabi senyum sendiri. Bakroh sampai ke masjid untuk menunaikan shalat
ketika orang sedang dalam keadaan rukuk. Melihat kondisi seperti ini diapun
berjalan sambil bungkuk menuju shaff untuk mengikuti shalat tersebut. Setelah
selesai shalat dia cerita sama Nabi bahwa tadi dia shalatnya rukuk sambil
berjalan dari depan pintu menuju shaf, karena waktu itu orang lagi melaksanakan
rukuk. Nabi tersenyum lalu menasehati orang tersebut dan berkata, nanti jangan
diulangi lagi. Nabi tidak langsung menasehati apalagi marah. Kalau kita melihat
orang salah justru langsung dimarahi dan bahkan dengan mengatakan hal yang
tidak baik. Nabi apabila seseorang salah, beliau tersenyum kemudian menasehati
dan mengasih tau, karena beliau tau bahwa orang itu masih belajar, kecuali dia
memang tau itu salah dan sengaja berbuat salah.
Ada juga
yang shalatnya tidak pernah dilakukan Nabi tapi mereka melakukan. Seperti bilal
yang melakukan shalat syukur wudhu’. Nabi tidak komen, padahal Nabi sendiri
tidak pernah mengajarkan tapi Bilal melakukan. Nabi yang mengerti agama
bertanya pada Bilal, tentang shalat apa yang dilakukan Bilal. Dijawab oleh
Bilal dengan shalat syukur wudhu’. Nabi diam dan tersenyum. Karna Nabi tau
bahwa ibadah sunnah itu sifatnya mutlak, artinya bebas dilakukan. Ada sunnah
yang muqayyat dan ada yang muthlak. Sunnah muqayyat itu yang sudah diatur
waktunya, contohnya tahajjud, dilakukan di malam hari, Qabliah dan ba’diyah
shalat sunat yang dilakukan mengiringi shalat wajib. Tapi ada shalat sunnah
mutlak, bebas dilakukan kapan saja dan berapa raka’at pun bebas.
Nabi itu
orangnya empati, tau apa yang diinginkan orang lain. Saking empatinya Nabi
kadang-kadang Nabi itu seperti orang yang ra’fah (tidak enakan) terhadap orang
lain. Sama seperti Rasulullah waktu di rumah beliau ada tamu, semua makan
minuman sudah disiapkan, sampai larut malam orang itu belum juga pulang, nabi
jadi tidak enakan, mau disuruh pulang nggak enak. Yang akhirnya Allah
menurunkan ayat Al-Qur’an. Setiap ayat yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi
harus disampaikan kepada ummatnya. Saat Nabi mengucapkan Alhamdulillah Allah
telah menurunkan ayat, maka tamu tersebut bertanya kepada Nabi tentang ayat yang
baru saja diterima Nabi, setelah disampaikan oleh Rasulullah setelah
disampaikan oleh Nabi bahwa itu adalah ayat yang berkaitan dengan cara bertamu
ke rumah Rasulullah barulah tamu tersebut pulang. Sampai Allah menurunkan ayat
karena Rasulullah itu sangat tidak enakan dan akhirnya sering jadi menyulitkan
diri sendiri, karena menolong dan tidak enak hati terhadap orang lain, bahkan
terhadap istri dan keluarganya.
Kalau kita
dikasih apa adanya maka kita ucapkan alhamdulillah. Pernah waktu istri Rasul,
Aisyah habis membuat masakan, Rasul makan sama Aisyah, kemudian istri nabi yang
lain datang yaitu Saudah dan duduk di antara Aisyah dan Rasul. Aisyah menawari
Saudah makanan yang sudah dibuatnya namun saudah tidak mau memakannya, dan
karena merasa tidak dihargai maka Aisyah melempari tepung ke wajah Raudah dan
akhirnya kedua istri Nabi tersebut saling lemparan tepung yang membuat wajah
keduanya jadi putih dan rumahnya jadi berantakan, sedangkan Nabi hanya
tersenyum-senyum.
Waktu
Aisyah dan Saudah saling lemparan tepung tersebut di luar terdengar orang yang
mengucapkan assalamu’alaikum yang tidak lain adalah sahabat Nabi, Umar Bin
Khattab. Mendengar suara Umar bin Khattab tersebut membuat kedua istri Nabi itu
bersembunyi ke dalam kamar, sementara Nabi tersenyum-senyum melihat ke dua
istri beliau tersebut.
Menyadari
kondisi rumah Nabi yang lagi berantakan, Umar bin Khattab tidak berani bertanya
kepada Nabi karena tidak enak hati. Umar justru bertanya kepada Nabi, mengapa
Nabi tersenyum-senyum, dan Nabi menjawab Beliau tersenyum karena melihat kedua
istrinya lari dan bersembunyi mendengar suara Umar, karena takut kepada Umar
bin Khattab. Mendengar penjelasan Nabi tersebut Umar jadi jadi nggak enak hati,
Umar Bin Khattab memanggil dan bertanya kepada istri Nabi tersebut, mengapa
mereka takut kepada Umar bin Khattab, karena sesungguhnya yang harus mereka
takuti adalah Rasulullah SAW. lalu kedua istri Nabi tersebut menjawab dari
dalam kamar, bahwa Umar bin Khattab adalah orang yang keras lagi kasar,
sementara Nabi Muhammad adalah orang yang lembut lagi baik hati.
Kata Umar
sambil tersenyum, O ya sudahlah kalau begitu. Menyelesaikan masalah bukan pakai
dalil tapi pakai akhlak, dibikin nyantai, keduanya nyaman. Kita tidak tau
konteks adegan sejarah itu karena itu jangan pernah menghukum atau memvonis
sejarah karena kita tidak hadir pada waktu itu. Kita hanya bisa mengambil
inspirasi atau pelajaran dari sejarah itu.
Intinya
banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pelajaran tadi, tentang kebesaran
Allah yang menggerakkan hati orang banyak, alur hidup kita itu ditentukan oleh
Allah, dan akhlak itu adalah bingkai segala kebaikan. Dalil tanpa akhlak itu
pahit rasanya, jadi bukan bikin orang itu nyaman, malah bikin orang menjauh.
Walaupun dalil itu benar, Al-Qur’an benar, hadits benar, tapi kalau tidak
dibingkai oleh akhlak, itu membuat orang menjauh.
Jadi bagi
teman-teman yang sekarang lagi belajar berhijrah, jangan hanya menunjukkan
rajin shalat, itu bagus tapi itu sifatnya pribadi, orang nggak perlu tau.
Jangan hanya Menunjukkan kalau kita berhijrah itu banyak ngomongin ayat,
hadist, pintar share dan brodcast ke teman-teman, bukan itu yang kita display
setelah berhijrah.
Tunjukkan
bahwa dengan berhijrah itu mendisplay akhlak kita lebih baik dari sekarang
daripada yang dulu. Nomor satu akhlak dulu, setelah akhlak kita baik dulu,
nanti kalau akhlaknya sudah baik, sudah membuat orang respek secara bertahap
baru kita ngomongin ayat, hadis. Bertahap dan tidak bisa sekaligus.
Aisyah
ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab: “Akhlaknya adalah Al
Qur’an.” (HR. Muslim no. 746)
Inilah
jawaban dari seorang shahabiyah yang faqih dan mengetahui secara jelas di
hadapan matanya bagaimana Rasulullah berkata, berbuat, dan bertingkah laku,
dikarenakan beliau adalah isteri Rasulullah. Jawaban yang sangat singkat dan
mencakup segala perkara kebaikan di dalam agama ini.
Tunjukkan
bahwa Islam itu sebaik-baik syari’at yaitu dengan akhlak, bukan dengan debat.
Apalagi debatnya di sosmed. Tunjukkan Islam itu baik, Islam itu rahmatan
lil’alamin justru lewat akhlak. Anak muda yang sudah berhijrah, jangan sampai
terkesan menjadi manusia yang merasa paling baik di antara manusia, justru
menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi teman-temannya. Jadilah orang yang
membingkai Islam kita dengan akhlak, mudah-mudahan ini menjadikan dakwah
walaupun nggak banyak bicara kepada orang lain.
Jadi tetap
belajar ta’at kepada Allah, jangan khawatir, ta’at kepada Allah itu tidak
menghalangi kita dari serunya anak muda. Syaratnya jangan melanggar syari’at.
Kalau nggak melanggar kita anak muda bisa tetap seru. Permainan kita jangan
melanggar sari’at, Nabi juga senang hiking, salah satu gunung yang Nabi senangi
itu gunung Uhud, turing ke jabal Jamdan, kontes berkuda dan sebagainya, tetap
seru bagi kita anak muda tanpa melanggar syari’at.
Dan telah
terhimpun pada diri Rasulullah sifat-sifat yang terpuji seperti malu, dermawan,
pemberani, berwibawa, sambutan yang baik, lemah lembut, memuliakan anak yatim,
baik batinnya, jujur dalam ucapan, menjaga diri dari perkara yang mendatangkan
maksiat, suci, bersih, suci dirinya dan segala sifat-sifat yang baik”. Maka
marilah kita mentauladani sifat-sifat terpuji dan indahnya Akhlak Rasulullah.
Pesantren
Ramadhan 1441 H SMAN 1 Lembah Gumanti. Dirangkum dari berbagai sumber (mt)
http://sman1lembahgumanti.sch.id
0 komentar:
Posting Komentar