Hauqalah Kalimat
Ringan Khasiatnya Tak Terbayangkan
LAFAL Lā haula wa lā quwwata illā billāh atau sering
disebut hauqalah merupakan sebuah pengakuan keterbatasan manusia atas kuasa
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lā haula wa lā quwwata illā billāh bermakna, “Tiada
daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.” Merupakan bentuk kepasrahan
kepada Allah secara totalitas. Bahwa diri ini tidak memiliki daya dan kekuatan
kecuali semua itu berasal dari sumber kekuatan utama, Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
عن ابن
عباس رضي الله عنهما أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: أَكْثِرُوا
مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ؛ فَإِنَّهَا مِنْ كُنُوزِ
الْجَنَّةِ… فَإِنَّهَا تَدْفَعُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ بَابًا مِنَ الضُّرِّ،
أَدْنَاهَا الْهَمَّ وَالْفَقْر. أخرجه الطبراني وابن عساكر
Dari Ibnu
Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah mengucapkan Lā haula wa lā quwwata illā billāh, karena kalimat itu
merupakan perbendaharaan surga. Dan kalimat itu menolak (menutup) 99 pintu
kemudharatan, yang paling rendah adalah kesedihan dan kefakiran.”
Riwayat
tersebut berkenaan dengan asbabun nuzul surah At-Thalaq ayat 3 yang berbunyi:
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Alkisah,
suatu hari Auf bin Malik menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Anakku ditawan
musuh, ibunya pun sangat sedih. Apa yang harus aku lakukan wahai Rasulullah?”.
Nabi SAW bersabda, “hendaklah kamu dan isterimu memperbanyak ucapan hauqalah,
yaitu laa haula wa laa quwwata illa billah.”
Isteri Auf
pun berkata, “Alangkah baiknya perintah dan saran Rasulullah itu.” Kemudian
mereka memperbanyak bacaan tersebut. Sehingga tanpa disangka-sangka, suatu
ketika musuh yang menawan anak mereka itu lengah. Si anak pun berhasil
melarikan diri dari tawanan musuh sambil membawa beberapa ekor kambing milik
sang musuh tadi. Atas hal itu, turunlah ayat di atas. (HR. Ibnu Mardawaih).
Ucapan
hauqalah adalah salah satu bentuk ucapan zikir yang diajarkan oleh baginda Nabi
SAW. Efeknya, seorang Mukmin yang memperbanyak zikir tersebut, maka ia akan
memperoleh pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.
Bahkan
Rasulullah SAW mengibaratkan bacaan hauqalah ini laksana harta kekayaan surga.
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits dari Abi Musa, dia berkata:
“Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Maukah kamu aku tunjukkan harta kekayaan
dari sekian kekayaan Surga ?” Aku jawab: “Tentu wahai Rasul!” Beliau bersabda:
“wa laa haula wa laa quwwata illaa billah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalimat ini
begitu ringan diucapkan namun khasiatnya sungguh tak terbayangkan. Tentu dalam
mengucapkan semua kalimat thayyibah haruslah disertai dengan rasa mendekatkan
diri kepada Allah. Menyadari dengan sepenuh hati akan posisi diri di hadapan
Sang Maha Agung dan Maha Mengawasi. Tanpa ada rasa yang demikian maka ucapan
itu hanyalah sekadar ucapan tanpa membekas dalam hati.
Dalam
redaksi yang lain juga ada tambahan al’‘aliyyil azhīmi.
Lengkapnya lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi:“Tiada daya dan
upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.”
Syekh
M Nawawi Al-Bantani menyebutkan, “Salah satu keistimewaan lafal hauqalah adalah
apa yang disebutkan di dalam Fawaidus Syarji, yaitu hadis riwayat Ibnu Abid
Dunya dengan sanad tersambung hingga Rasulullah SAW bahwa ia bersabda, ‘Siapa
saja yang membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi setiap
hari sebanyak 100 kali, maka ia selamanya takkan ditimpa oleh kefakiran,’”
(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil
Arabiyyah], halaman 5).
Menurut
Syaikh Nawawi, hauqalah merupakan lafal yang baik dibaca ketika seseorang tengah
dirundung kesulitan dan kebuntuan.
“Diriwayatkan
di dalam hadis juga bahwa bila kebimbangan hinggap di hati seseorang lalu ia
membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi sebanyak 300 kali,
niscaya Allah membukakan jalan keluar baginya, maksudnya Allah mengurangi beban
kesulitannya. Hal ini disebutkan oleh guru kami, Syekh Yusuf dalam hasyiyah
Mi’raj-nya,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru
Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 5).
Lafal
hauqalah ini merupakan bacaan baik atau kalimah thayyibah yang memang
seharusnya dilazimkan oleh lidah kita sebagai umat Islam. Dengan kelaziman pada
bacaan lafal ini, kita berharap Allah membuka jalan keluar atas kebuntuan
masalah yang tengah kita hadapi.
Kalimat
hauqala merupakan bagian dari perbendaharaan surga. Dan manfaatnya adalah dapat
menolak atau menutup pintu kemudharatan atau sesuatu yang dapat membahayakan.
Dalam
hadis tersebut dijelaskan bahwa kemudharatan (keburukan) itu ada 99 pintu, di
mana yang paling rendah adalah merasa gelisah dan juga merasa fakir.
Merasa
gelisah berarti merasa galau dalam hati disebabkan oleh masalah yang sedang
menimpanya. Atau kekahawatiran yang berlebihan terhadap sesuatu yang akan
dialaminya.
Maka
dengan mengucapkan kalimat hauqala ini dengan sepenuh hati akan menjadikan rasa
galau tersebut menjadi sirna. Karena akan dapat mengembalikan suasana hati
untuk senantiasa pasrah terhadap keadaan apapun yang menimpa.
Semua itu akan dijalaninya dengan penuh optimis dan
prasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alhamdulillahi ‘ala kulli haal
segala puji bagi Allah atas setiap keadaan.
Merasa fakir juga demikian. Khawatir terhadap kefakiran
yang akan dialaminya. Seolah rezeki Allah akan berhenti atau semakin merasa
kecil saja anugerah yang diberikan kepada kita. Padahal jika jatah rezeki sudah
habis tentu seseorang akan meninggal dunia, karena sudah tidak ada lagi jatah
rezekinya. (Baca juga: 3 Ikhtiar Ini Diyakini Dapat Memperluas Rezeki )
Demikian pula jika mengalami kesempitan rezeki, maka hal
itu bukanlah sebagai seolah hukuman baginya. Akan tetapi hal itu adalah bagian
dari sesuatu yang harus diambil hikmah untuk terus taat kepada Allah, tanpa
juga harus berkurang ketaatan kepada-Nya.
Sehingga kalimat laa haula walaa quwwata illaa billah
merupakan kalimat ‘sakti’ untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan
ini.
Sungguh tatkala seorang hamba mampu bersandar kepada
Allah dengan sebenar-benarnya bersandar, maka kebahagiaanlah yang akan
dirasakan dan jauh dari rasa gundah-gulana atau geliasah atau dalam bahasa
sekarang adalah galau.
Dalam hal ini sebagaimana firman Allah:
فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Jika
mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku;
tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah
Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (QS at Taubah: 129).
Banyak
hadis yang berkaitan dengan kalimat hauqala ini. Semuanya menjelaskan tentang
manfaat kalimat ini jika dibaca dengan penuh kesadaran dan penghayatan.
Dan itulah
wujud dari sekian banyak bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya,
tinggal bagaimana seorang hamba mampu memanfaatkan dengan baik semua ijazah
wirid yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Sebagaimana
hadits yang diriwayatkn Imam Thabrani dan Ibnu ‘Asakir yang lain yang juga
bersumber dari Abu Hurairah. Rasulullah bersabda: “Wa man abtha’a ‘anhu rizkuhu
falyuktsir min qauli laa haula walaa quwwata illa billah. Barang siapa yang
merasa mulai sempit rezekinya maka perbanyaklah membaca laa haula wa laa
quwwata illa billah.
Mencermati
kekuatan dan keutamaan zikir tersebut, maka seberat dan sebesar apa pun masalah
atau problematika hidup yang menimpa diri kita, tentu ada jalan keluarnya. Tak
terkecuali, kesulitan demi kesulitan yang dihadapi bangsa kita saat ini. Oleh
sebab itu,selain memerlukan langkah-langkah strategis yang bersifat teknis,
kekuatan zikir kepada Allah tidak bisa diabaikan.
Sebab
ziki-zikir yang kita amalkan, seperti zikir hauqalah yang diajarkan Rasulullah
SAW di atas sejatinya dapat memudahkan turunnya pertolongan dari Allah.
Pertolongan dan kebaikan (rezeki) yang tidak disangka-sangka.
Walla'alam
Miftah H.
Yusufpati
0 komentar:
Posting Komentar