Indahnya Akhlak
Nabi Muhammad, Membuat Benci Jadi Cinta!
Nabi Muhammad SAW terkenal dengan sifatnya yang sangat
memuliakan orang lain, sekalipun orang tersebut membenci Rasulullah dengan
sikapnya yang arogan, tidak simpatik, memusuhi, bahkan sampai ada yang
menyakiti beliau.
Namun hal tersebut tidak menjadikan beliau berhenti untuk
melakukan kebaikan. Bahkan Nabi membalasnya dengan perbuatan yang berkali lipat
baiknya.
Empat belas abad telah berlalu, ada seorang wanita
Yahudi, cantik, cerdas, dan populer. Di balik keteduhan wajahnya, tersimpan
dendam membuncah pada sosok lelaki tampan. Suami dan orang- orang yang
dicintainya telah pergi meninggalkannya.
Shofiyyah binti Huyai begitu benci kepada manusia
termulia di dunia, Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam (Disebutkan dalam
HR. Ibnu Hibban, dihasankan oleh Al-Albani).
Namun dibalik rasa benci seorang Shoffiyyah, timbullah
rasa cinta akibat hebatnya akhlak mulia seorang Rasulullah hingga meluluhkan
hati Shoffiyyah yang membenci beliau. Rasa cinta Shoffiyyah terhadap terhadap
beliau, membawa Shoffiyah pada hidayah Islam.
Dilansir dari Islamkafah.com, hal tersebut sangat sinkron
dengan ungkapan hadits:
أَحْبِبْ
حَبِيْبَكَ هَوْناً مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْماً مَا، وَأَبْغِضْ
بَغِيْضَكَ هَوْناً مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا
Artinya,
“Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena suatu hari nanti dia bisa menjadi orang
yang kamu benci. Dan bencilah musuhmu sewajarnya, karena suatu hari nanti ia
bisa menjadi sosok yang paling kamu cintai”. (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan
Syaikh Al-Albani).
Dalam
Perang Khaibar, ayah, paman, dan saudara Shoffiyyah terbunuh. Ini membuatnya
membenci Nabi Muhammad.
Kisah ini
diriwayatkan dalam suatu hadits. Pada saat kemenangan perang Khaibar, Shoffiyah
menjadi salah satu tawanan perang. Ia masuk dalam bagian pendapatan perang
seorang sahabat. Kemudian Rasulullah ditemani dengan sahabat-sahabatnya
mendatangi tenda tawanan perang yang didalamnya ada Shoffiyyah.
Rasulullah
datang dengan raut wajah yang penuh empati, layaknya seorang sahabat.
Rasulullah duduk di sebelah Shoffiyyah, sementara Shoffiyyah tetap diam dan
masih dalam keadaan marah karena orang terdekatnya terbunuh dalam perang
Khaibar.
Shoffiyyah
tidak bisa apa-apa karena ia berstatus tawanan perang. Ia mengira Rasulullah
akan memperlakukan dirinya seperti memperlakukan tawanan perang pada umumnya.
Ia terkejut karena perlakuan Rasulullah berbeda dari apa yang ia pikirkan.
Rasulullah
justru meminta maaf kepada Shoffiyyah dengan rasa empati yang dalam, seperti
merasakan bagaimana rasanya di keadaan seperti Shoffiyyah.
Dengan sifat Rasulullah yang sangat empati kepada
Shoffiyyah dan melihat ekspresi jujur Rasulullah saat meminta maaf kepadanya,
Shoffiyyah akhirnya malah jatuh cinta kepada Rasulullah.
Kemudian, Shoffiyyah menceritakan mimpinya kepada
Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku pernah bermimpi, bahwa dalam mimpi
saya melihat ada rembulan di atas Kota Madinah lalu jatuh kepangkuan saya.”
Jibril kemudian turun menjelaskan maksud dari mimpi Shoffiyyah
kepada Rasulullah, “Maksud dari rembulan itu adalah kamu, ia akan menjadi istri
kamu di dunia dan akhirat.”
Rasulullah pun terkejut. Beliau merasa tidak enak karena
Shoffiyyah janda dan baru saja ditinggal suaminya. Kemudian malaikat Jibril
menjelaskan lagi, “Ya Rasulullah, Allah menyuruh engkau untuk melamar dia.”
Dengan rasa tidak enak hati, Rasulullah melamar
Shoffiyyah. Kemudian Shoffiyyah menerima lamaran Rasulullah. Menikahlah
Rasulullah dengan Shoffiyyah dengan hanya bermodalkan akhlak.
Dalam kisah Rasulullah dengan Shoffiyyah, kita
mendapatkan pelajaran bahwa rasa benci yang dari seseorang tidak membuat kita
harus membalasnya dengan rasa benci juga kepada orang tersebut. Dengan membalas
dengan kebaikan, kemungkinan orang tersebut akan balik menyukai kita.
0 komentar:
Posting Komentar