Senin, 27 September 2021

Indahnya Akhlak Nabi Muhammad, Membuat Benci Jadi Cinta!

Indahnya Akhlak Nabi Muhammad, Membuat Benci Jadi Cinta!

 

Nabi Muhammad SAW terkenal dengan sifatnya yang sangat memuliakan orang lain, sekalipun orang tersebut membenci Rasulullah dengan sikapnya yang arogan, tidak simpatik, memusuhi, bahkan sampai ada yang menyakiti beliau.

Namun hal tersebut tidak menjadikan beliau berhenti untuk melakukan kebaikan. Bahkan Nabi membalasnya dengan perbuatan yang berkali lipat baiknya.

Empat belas abad telah berlalu, ada seorang wanita Yahudi, cantik, cerdas, dan populer. Di balik keteduhan wajahnya, tersimpan dendam membuncah pada sosok lelaki tampan. Suami dan orang- orang yang dicintainya telah pergi meninggalkannya.

Shofiyyah binti Huyai begitu benci kepada manusia termulia di dunia, Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam (Disebutkan dalam HR. Ibnu Hibban, dihasankan oleh Al-Albani).

Namun dibalik rasa benci seorang Shoffiyyah, timbullah rasa cinta akibat hebatnya akhlak mulia seorang Rasulullah hingga meluluhkan hati Shoffiyyah yang membenci beliau. Rasa cinta Shoffiyyah terhadap terhadap beliau, membawa Shoffiyah pada hidayah Islam.

Dilansir dari Islamkafah.com, hal tersebut sangat sinkron dengan ungkapan hadits:

 

أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْناً مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْماً مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْناً مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا

 

Artinya, “Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena suatu hari nanti dia bisa menjadi orang yang kamu benci. Dan bencilah musuhmu sewajarnya, karena suatu hari nanti ia bisa menjadi sosok yang paling kamu cintai”. (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Syaikh Al-Albani).

Dalam Perang Khaibar, ayah, paman, dan saudara Shoffiyyah terbunuh. Ini membuatnya membenci Nabi Muhammad.

Kisah ini diriwayatkan dalam suatu hadits. Pada saat kemenangan perang Khaibar, Shoffiyah menjadi salah satu tawanan perang. Ia masuk dalam bagian pendapatan perang seorang sahabat. Kemudian Rasulullah ditemani dengan sahabat-sahabatnya mendatangi tenda tawanan perang yang didalamnya ada Shoffiyyah.

Rasulullah datang dengan raut wajah yang penuh empati, layaknya seorang sahabat. Rasulullah duduk di sebelah Shoffiyyah, sementara Shoffiyyah tetap diam dan masih dalam keadaan marah karena orang terdekatnya terbunuh dalam perang Khaibar.

Shoffiyyah tidak bisa apa-apa karena ia berstatus tawanan perang. Ia mengira Rasulullah akan memperlakukan dirinya seperti memperlakukan tawanan perang pada umumnya. Ia terkejut karena perlakuan Rasulullah berbeda dari apa yang ia pikirkan.

Rasulullah justru meminta maaf kepada Shoffiyyah dengan rasa empati yang dalam, seperti merasakan bagaimana rasanya di keadaan seperti Shoffiyyah.

Dengan sifat Rasulullah yang sangat empati kepada Shoffiyyah dan melihat ekspresi jujur Rasulullah saat meminta maaf kepadanya, Shoffiyyah akhirnya malah jatuh cinta kepada Rasulullah.

Kemudian, Shoffiyyah menceritakan mimpinya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku pernah bermimpi, bahwa dalam mimpi saya melihat ada rembulan di atas Kota Madinah lalu jatuh kepangkuan saya.”

Jibril kemudian turun menjelaskan maksud dari mimpi Shoffiyyah kepada Rasulullah, “Maksud dari rembulan itu adalah kamu, ia akan menjadi istri kamu di dunia dan akhirat.”

Rasulullah pun terkejut. Beliau merasa tidak enak karena Shoffiyyah janda dan baru saja ditinggal suaminya. Kemudian malaikat Jibril menjelaskan lagi, “Ya Rasulullah, Allah menyuruh engkau untuk melamar dia.”

Dengan rasa tidak enak hati, Rasulullah melamar Shoffiyyah. Kemudian Shoffiyyah menerima lamaran Rasulullah. Menikahlah Rasulullah dengan Shoffiyyah dengan hanya bermodalkan akhlak.

Dalam kisah Rasulullah dengan Shoffiyyah, kita mendapatkan pelajaran bahwa rasa benci yang dari seseorang tidak membuat kita harus membalasnya dengan rasa benci juga kepada orang tersebut. Dengan membalas dengan kebaikan, kemungkinan orang tersebut akan balik menyukai kita.

https://muslim.okezone.com

 

0 komentar:

Posting Komentar