HADITS HADITS YANG MENERANGKAN KEUTAMAAN SURAT AL IKHLAS
Oleh Abu
Abdillah Arief B. bin Usman Rozali
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ
{1}
اللَّهُ الصَّمَدُ {2} لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ {3} وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً
أَحَدٌ {4}
Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha
Esa. (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. (2) Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, (3) dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia (4).
Sebagaimana sudah dijelaskan pada
tafsir terdahulu
KEUTAMAAN SURAT AL IKHLASH SECARA UMUM
1. Hadits A’isyah Radhiyallahu ‘anha,
beliau berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ بَعَثَ رَجُلاً عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ
يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِي صَلاَتِهِ، فَيَخْتِمُ بِـ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَلَمَّا
رَجَعُوا، ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ ، فَقَالَ: ((سَلُوْهُ، لأَيِّ شَيْءٍ
يَصْنَعُ ذَلِكَ؟))، فَسَأَلُوْهُ، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ،
وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ : ((أَخْبِرُوْهُ أَنَّ
اللهَ يُحِبُّهُ)).
“Sesungguhnya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada sekelompok
pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia
membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan قُلْ هُوَ
اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal
itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau pun bersabda:
“Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia
pun menjawab: “Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai
untuk membaca surat ini,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya”.[1]
2. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu
‘anhu, beliau berkata :
كَانَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ
قُبَاءٍ، وَكَانَ كُلَّمَا اِفْتَتَحَ سُوْرَةً يَقْرَأُ بِهَا لَهُمْ فِي
الصَّلاَةِ مِمَّا يَقْرَأُ بِهِ، اِفْتَتَحَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، حَتَّى
يَفْرَغَ مِنْهَا. ثُمَّ يَقْرَأُ سُوْرَةً أُخْرَى مَعَهَا، وَكَانَ يَصْنَعُ
ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ. فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ، فَقَالُوا: إِنَّكَ
تَفْتَتِحُ بِهَذِهِ السُّوْرَةِ، ثُمَّ لاَ تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى
تَقْرَأَ بِأُخْرَى، فَإِمَّا تَقْرَأُ بِهَا، وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ
بِأُخْرَى. فَقَالَ: مَا أَنَا بِتَارِكِهَا، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ
بِذَلِكَ فَعَلْتُ، وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ. وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ
مِنْ أَفْضَلِهِمْ، وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ. فَلَمَّا أَتَاهُمْ
النَّبِيُّ n أَخْبَرُوْهُ الخَبَرَ، فَقَالَ:
((يَا فُلاَنُ، مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ؟
وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُوْمِ هَذِهِ السُّوْرَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ؟))
فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّهَا، فَقَالَ: ((حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَـنَّةَ)).
“Seseorang
(sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para shahabat lainnya) di
Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam shalatnya), ia membaca sebuah
surat dari surat-surat (lainnya) yang ia (selalu) membacanya. Ia membuka bacaan
surat di dalam shalatnya dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ,
sampai ia selesai membacanya, kemudian ia lanjutkan dengan membaca surat
lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal demikan itu di setiap raka’at
(shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat lainnya berbicara kepadanya, mereka
berkata: “Sesungguhnya engkau membuka bacaanmu dengan surat ini, kemudian
engkau tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai (engkau pun) membaca
surat lainnya. Maka, (jika engkau ingin membacanya) bacalah surat itu (saja),
atau engkau tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surat lainnya”.
Ia berkata: “Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian suka untuk aku imami
kalian dengannya, maka aku lakukan. Namun, jika kalian tidak suka, aku
tinggalkan kalian,” dan mereka telah menganggapnya orang yang paling utama di
antara mereka, sehingga mereka pun tidak suka jika yang mengimami (shalat)
mereka adalah orang selainnya. Sehingga tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendatangi mereka, maka mereka pun menceritakan kabar (tentang itu),
lalu ia (Nabi) bersabda: “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan
sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu
selalu membaca surat ini di setiap raka’at (shalat)?” Dia
menjawab,”Sesungguhnya aku mencintai surat ini,” lalu Rasulullah n bersabda:
“Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam surga”.[2]
HADITS YANG MENJELASKAN SURAT AL
IKHLASH SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL QUR`AN
1. Hadits Abu Sa’id al Khudri
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ، فَذَكَرَ
ذَلِكَ لَهُ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ :
((وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ.
“Sesungguhnya
seseorang mendengar orang lain membaca قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia
mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan seolah-olah
orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam : “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya
surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an”.[3]
2. Hadits Abu Sa’id al Khudri
Radhiyallahu ‘anhu pula, ia berkata:
قَالَ النَّبِيُّ لأَصْحَابِهِ: ((أَيُـعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَقْرَأَ ثُلُثَ القُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ))، فَـشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ،
وَقَالُوا: أَيُّـنَا يُطِيْقُ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: ((اللهُ
الوَاحِدُ الصَّمَدُ، ثُلُثُ القُرْآنِ)).
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata kepada para sahabatnya: “Apakah seseorang dari kalian tidak mampu
membaca sepertiga al Qur`an dalam satu malam (saja)?” Hal itu membuat mereka
keberatan, (sehingga) mereka pun berkata: “Siapa di antara kami yang mampu
melalukan hal itu, wahai Rasulullah?” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Allahul Wahidush Shamad (surat al Ikhlash, Red), (adalah) sepertiga
al Qur`an”.[4]
3. Hadits Abu ad Darda` Radhiyallahu
‘anhu, ia berkata:
عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: ((أَيَـعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ القُرْآنِ؟))، قَالُوْا: وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ
القُرْآنِ؟ قَالَ: ((قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ)).
“Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia
bersabda: “Apakah seseorang dari kalian tidak mampu membaca dalam satu malam
(saja) sepertiga al Qur`an?” Mereka pun berkata: “Dan siapa (di antara kami)
yang mampu membaca sepertiga al Qur`an (dalam satu malam, Red)?” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “قُلْ هُوَ
اللهُ أَحَدٌ sebanding dengan sepertiga al Qur`an.”[5]
4. Hadits
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : ((اِحْشِدُوْا فَإِنِّي سَأَقْرَأُ
عَلَيْكُمْ ثُلُثَ القُرْآنِ))، فَحَشَدَ مَنْ حَشَدَ، ثُمَّ خَرَجَ نَبِيُّ اللهِ
فَقَرَأَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، ثُمَّ دَخَلَ، فَقَالَ بَعْضُنَا لِبَعْضٍ:
إِنِّي أَرَى هَذَا خَبَرٌ جَاءَهُ مِنَ السَّمَاءِ، فَذَاكَ الَّذِي أَدْخَلَهُ،
ثُمَّ خَرَجَ نَبِيُّ اللهِ فَقَالَ: ((إِنِّي قُلْتُ لَكُمْ سَأَقْرَأُ
عَلَيْكُمْ ثُلُثَ القُرْآنِ، أَلاَ إِنَّهَا تَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ)).
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berkumpullah kalian, karena
sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian sepertiga al Qur`an,” maka
berkumpullah orang yang berkumpul, kemudian Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa
asllam keluar dan membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
(surat al Ikhlash, Red), kemudian beliau masuk (kembali). Maka sebagian dari
kami berkata kepada sebagian yang lain: “Sesungguhnya aku menganggap hal ini
kabar (yang datang) dari langit, maka itulah pula yang membuat beliau masuk
(kembali),” lalu Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dan bersabda:
“Sesungguhnya aku telah berkata kepada kalian akan membacakan sepertiga al
Qur`an. Ketahuilah, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al
Qur`an”.[6]
Dan masih
banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna dengan hadits-hadits yang telah
disebutkan di atas, seperti hadits Abu Ayyub al Anshari Radhiyallahu ‘anhu[7],
Abu Mas’ud al Anshari Radhiyallahu ‘anhu [8], dan lain-lain.[9]
MEMBACA
SURAT AL IKHLASH DAPAT MENJADI PENYEBAB MASUK SURGA
1. Hadits
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَقْبَلْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ، فَسَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : ((وَجَبَتْ))،
قُلْتُ: وَمَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: ((الجَـنَّةُ)).
“Aku datang
bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mendengar
seseorang membaca:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ
Maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah wajib,” aku bertanya:
“Apa yang wajib?” Beliau bersabda, “(Telah wajib baginya) surga.”[10]
SURAT AL
IKHLASH -DENGAN IZIN ALLAH MELINDUNGI ORANG YANG MEMBACANYA, JIKA DIBACA
BERSAMA SURAT AL FALAQ DAN AN NAAS
1. Hadits
Uqbah bin ‘Amir al Juhani Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
بَيْنَا أَنَا أَقُوْدُ بِرَسُوْلِ اللهِ رَاحِلَتَهُ فِي
غَزْوَةٍ، إِذْ قَالَ: ((يَا عُقْبَةُ، قُلْ!))، فَاسْتَمَعْتُ، ثُمَّ قَالَ:
((يَا عُقْبَةُ، قُلْ!))، فَاسْتَمَعْتُ، فَقَالَهَا الثَّالِثَةَ، فَقُلْتُ: مَا
أَقُوْلُ؟ فَقَالَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ فَقَرَأَ السُّوْرَةَ حَتَّى
خَتَمَهَا، ثُمَّ قَرَأَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الفَلَقِ، وَقَرَأْتُ مَعَهُ
حَتَّى خَتَمَهَا، ثُمَّ قَرَأَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ[، فَقَرَأْتُ مَعَهُ حَتَّى خَتَمَهَا، ثُمَّ قَالَ: ((مَا
تَعَوَّذَ بِمِثْلِهِنَّ أَحَدٌ)).
“Tatkala aku menuntun kendaraan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah peperangan, tiba-tiba beliau
berkata: “Wahai Uqbah, katakana,” aku pun mendengarkan, kemudian beliau berkata
(lagi): “Wahai Uqbah, katakana,” aku pun mendengarkan. Dan beliau mengatakannya
sampai tiga kali, lalu aku bertanya: “Apa yang aku katakan?” Beliau pun
bersabda: “Katakan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ”,
lalu beliau membacanya sampai selesai. Kemudian beliau membaca قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّالفَلَقِ, aku pun membacanya
bersamanya hingga selesai. Kemudian beliau membaca قُلْ
أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ, aku pun membacanya bersamanya hingga
selesai. Kemudian beliau bersabda: “Tidak ada seorang pun yang berlindung (dari
segala keburukan) seperti orang orang yang berlindung dengannya (tiga surat)
tersebut”.[11]
KEUTAMAAN
SURAT AL IKHLASH, JIKA DIBACA BERSAMA SURAT AL FALAQ DAN AN NAAS KETIKA
SESEORANG HENDAK TIDUR
1. Hadits
A’isyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ
لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ، ثُمَّ نَفَثَ فِيْهِمَا، فَقَرَأَ فِيْهِمَا قُلْ هُوَ
اللهُ أَحَدٌ، وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الفَلَقِ، وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ
الـنَّاسِ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ، يَبْدَأُ
بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ، يَفْعَلُ ذَلِكَ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ.
Sesungguhnya
apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin merebahkan tubuhnya (tidur) di
tempat tidurnya setiap malam, beliau mengumpulkan ke dua telapak tangannya,
kemudian beliau sedikit meludah padanya sambil membaca surat “Qul Huwallahu
Ahad” dan “Qul A’udzu bi Rabbin Naas” dan “Qul A’udzu bi Rabbil Falaq,”
kemudian (setelah itu) beliau mengusapkan ke dua telapak tangannya ke seluruh
tubuhnya yang dapat beliau jangkau. Beliau memulainya dari kepalanya, wajahnya,
dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.[12]
ORANG YANG
BERDOA DENGAN MAKNA SURAT AL IKHLASH INI, IA AKAN DIAMPUNI DOSA-DOSANYA DENGAN
IZIN ALLAH
1. Hadits
Mihjan bin al Adru’ Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ دَخَلَ
المَسْجِدَ، إِذَا رَجُلٌ قَدْ قَضَى صَلاَتَهُ وَهُوَ يَتَشَهَّدُ، فَقَالَ:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اَللهُ بِأَنَّكَ الوَاحِدُ الأَحَدُ الصَّمَدُ
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ، أَنْ
تَغْفِرَ لِي ذُنُوْبِي، إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ : ((قَدْ غُفِرَ لَهُ))، ثَلاَثاً.
Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam masjid, tiba-tiba (ada)
seseorang yang telah selesai dari shalatnya, dan ia sedang bertasyahhud, lalu
ia berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta (kepadaMu) bahwa sesungguhnya
Engkau (adalah) Yang Maha Esa, Yang bergantung (kepadaMu) segala sesuatu, Yang
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara denganNya, ampunilah dosa-dosaku, (karena) sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,” kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sungguh ia telah diampuni (dosa-dosanya),” beliau
mengatakannya sebanyak tiga kali.[13]
2. Hadits
Buraidah bin al Hushaib al Aslami Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ سَمِعَ رَجُلاً يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُواً أَحَدٌ، فَقَالَ: ((لَقَدْ سَأَلْتَ اللهَ بِالاِسْمِ الَّذِي إِذَا
سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ)).
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendengar seseorang berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kepadaMu, bahwa diriku bersaksi sesungguhnya Engkau (adalah) Allah yang tidak
ada ilah yang haq disembah kecuali Engkau Yang Maha Esa, Yang bergantung
(kepadaMu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara denganNya,” kemudian Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dirimu telah meminta kepada Allah dengan
namaNya, yang jika Ia dimintai dengannya (pasti akan) memberi, dan jika Ia
diseru dengannya, (pasti akan) mengabulkannya”.[14]
Demikian
sebagian hadits-hadits shahih yang menerangkan keutamaan-keutamaan surat al
Ikhlash yang mulia ini. Dan masih banyak hadits-hadits lainnya yang menerangkan
keutamaan-keutamaan surat ini, namun kebanyakan dha’if (lemah), atau bahkan
maudhu’ (palsu). Sehingga, cukuplah bagi kita hadits-hadits yang shahih saja
tanpa hadits-hadits yang dha’if, terlebih lagi yang maudhu’. Billahit taufiq.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-761016]
Footnote
[1]. HR al Bukhari, 6/2686 no. 6940; Muslim, 1/557 no.
813; dan lain-lain.
[2]. HR al Bukhari, 1/268 no. 741; at Tirmidzi, 5/169 no.
2901; Ahmad, 3/141 no. 12455; dan lain-lain.
[3]. HR al Bukhari, 4/1915 no. 4726, 6/2449 no. 6267,
6/2685 no. 6939; Abu Dawud, 2/72 no. 1461; an Nasaa-i, 2/171 no. 995; dan
lain-lain.
[4]. HR al Bukhari, 4/1916 no. 4727.
[5]. HR Muslim, 1/556, no. 811; Ahmad, 6/442, no. 27535;
dan lain-lain.
[6]. HR Muslim, 1/557, no. 812; at Tirmidzi, 5/168 no.
2900; dan lain-lain.
[7]. HR at Tirmidzi, 5/167 no. 2896; an Nasaa-i, 2/171
no. 996; Ahmad, 5/418 no. 23593; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh
Syaikh al Albani di dalam Shahih al Jami’, 2663 dan Shahih at Targhib wa at
Tarhib, 2/197 no. 1481.
[8]. HR Ahmad, 4/122 no. 17147; dan lain-lain. Hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih al Jami’, 4404.
[9]. Lihat Tafsir al Qur`an al ‘Azhim, 8/520-523.
[10]. HR at Tirmidzi, 5/167 no. 2897; an Nasaa-i, 2/171
no. 994; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam
Shahih at Tirmidzi, Shahih an Nasaa-i, Shahih at Targhib wa at Tarhib (2/196
no. 1478), dan kitab-kitab beliau lainnya. Lihat pula hadits Anas bin Malik
Radhiyallahu ‘anhu pada sub judul Keutamaan Surat al Ikhlash Secara Umum.
[11]. HR an Nasaa-i, 8/251 no. 5430-5431; dan lain-lain.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih an Nasaa-i.
[12]. HR al Bukhari, 4/1916 no. 4729; Abu Dawud, 4/313
no. 5056; dan lain-lain.
[13]. HR Abu Dawud, 1/259 no. 985; an Nasaa-i, 3/52 no.
1301; Ahmad, 4/338 no. 18995; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
al Albani di dalam Shahih Abi Dawud dan Shahih an Nasaa-i. Lihat pula Shifat
Shalat Nabi, hlm. 186.
[14]. HR Abu Dawud, 2/79 no. 1493; at Tirmidzi, 5/515 no.
3475; Ibnu Majah, 2/1267 no. 3857; Ahmad, 5/349 no. 23002, 5/350 no. 23015,
5/360 no. 23091; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani di
dalam Shahih Abi Dawud, Shahih at Tirmidzi, Shahih Ibnu Majah, Shahih at
Targhib wa at Tarhib (2/280 no. 1640).
[15]. Lihat Tafsir al Qur`an al ‘Azhim, 8/518-527; al
Jami’ li Ahkam al Qur`an (20/227-232) dan ad Durr al Mantsur, 8/669-682. Home
/Al-Qur'an : Tafsir/Hadits-Hadits Yang Menerangkan Keutamaan...
0 komentar:
Posting Komentar