Shalat Sunah
Qabliyah Maghrib
Adakah shalat qabliyah maghrib? Ada sebagian masjid
ketika maghrib, adzan langsung iqamah. Alasannya, krn tidak ada qabliyah
maghrib. Apa benar?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa
ba’du,
Ulama berbeda pendapat apakah ada anjuran shalat qabiyah
maghrib ataukah tidak dianjurkan. Ada 3 pendapat dalam masalah ini,
Pendapat pertama, dianjurkan melakukan shalat qabliyah
maghrib
Ini merupakan pendapat Syafiiyah dan Ibnu Hazm ad-Dzahiri
Mereka berdalil dengan beberapa hadis berikut,
[1] hadis dari Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلُّوا
قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ . – قَالَ فِي الثَّالِثَةِ -: لِمَنْ شَاءَ ،
كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً
“Shalatlah
sebelum shalat Maghrib” 3 kali dan pada yang ketiga, beliau mengatakan, “Bagi
yang mau.”
Karena
beliau tidak suka kalau umatnya menjadikan itu sebagai suatu kebiasaan. (HR.
Bukhari 1183)
[2] hadis
dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan kebiasaan para sahabat
ketika sudah masuk waktu maghrib,
كُنَّا بِالْمَدِينَةِ،
فَإِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ لِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ ابْتَدَرُوا السَّوَارِيَ،
فَيَرْكَعُونَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ الْغَرِيبَ
لَيَدْخُلُ الْمَسْجِدَ فَيَحْسِبُ أَنَّ الصَّلاَةَ قَدْ صُلِّيَتْ، مِنْ
كَثْرَةِ مَنْ يُصَلِّيهِمَا
“Kami dulu
di Madinah, saat muadzin beradzan untuk shalat Maghrib, mereka (para sahabat
senior) saling berlomba mencari tiang-tiang, lalu mereka shalat 2 rakaat.
Sehingga ada orang asing yang masuk masjid untuk shalat, dia mengira bahwa
shalat maghrib telah dilaksanakan karena saking banyaknya yang melaksanakan
shalat sunnah sebelum Maghrib.” (HR. Muslim 837).
Dalam
riwayat lain, Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
لَقَدْ رَأَيْتُ كِبَارَ
أَصْحَابِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِي عِنْدَ
الْمَغْرِبِ
“Sungguh
aku melihat para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senior saling
berlomba mengejar tiang-tiang (untuk dijadikan tempat shalat) ketika masuk
waktu maghrib.” (HR. Bukhari 503).
[3]
keterangan seorang Tabi’in, Zir bin Hubaisy,
كان عبد الرحمن بن عوف ، وأبي
بن كعب يصليان الركعتين قبل المغرب
Abdurrahman
bin Auf dan Ubay bin Ka’ab melaksanakan shalat 2 rakaat sebelum maghrib. (HR.
Abdurrazaq, 2/433).
Para
sahabat berebut mencari tiang tujuannya adalah mencari sutrah (pembatas
shalat).
Pendapat
Kedua, tidak ada anjuran shalat qabliyah maghrib
Menurut
Hanafiyah, qabliyah maghrib tidak dianjurkan. Yang dianjurkan, tidak melaksanakan
shalat. Sementara menurut Malikiyah, qabliyah maghrib hukumnya makruh.
Diantara
dalil pendapat ini adalah
[1] Riwayat
dari Thawus, bahwa Ibnu Umar pernah ditanya tentang shalat sunah qabliyah
maghrib. Jawaban Ibnu Umar,
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا عَلَى
عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّيهِمَا ،
وَرَخَّصَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ
Aku tidak
melihat seorangpun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melaksanakan
shalat qabliyah maghrib. Dan Ibnu Umar memberikan rukhshah untak 2 rakaat
sesudah asar. (HR. Abu Daud 1284)
[2] Dari
Ibrahim an-Nakha’i – ulama tabi’in, beliau mengatakan,
لم يصل أبو بكر ، ولا عمر ،
ولا عثمان ، الركعتين قبل المغرب
“Abu Bakr,
Umar dan Utsman tidak melaksanakan shalat 2 rakaat sebelum maghrib.” (HR.
Abdurrazaq 2/434)
Pendapat
Ketiga, shalat qabliyah maghrib hukumnya boleh (mubah) dan tidak makruh,
meskipun tidak dijadikan sunah.
Ini
merupakan pendapat madzhab Hambali. Mereka berdalil dengan pernyataan Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu,
كُنَّا نُصَلِّي عَلَى عَهْدِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوبِ
الشَّمْسِ قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ ، فَقُلْتُ لَهُ : أَكَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّاهُمَا ؟ قَالَ : كَانَ يَرَانَا نُصَلِّيهِمَا
فَلَمْ يَأْمُرْنَا ، وَلَمْ يَنْهَنَا
Di zaman
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami shalat 2 rakaat setelah adzan maghrib,
sebelum shalat maghrib. Mukhtar bertanya kepada Anas, “Apakah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengerjakannya?” kata Anas, “Beliau melihat
kami mengerjakan shaat itu, dan beliau tidak memerintahkan kami, juga tidak
melarang kami.” (HR. Muslim 836)
Pendapat
yang Benar
Pendapat
yang benar, shalat sunah qabliyah subuh hukumnya dianjurkan. Hanya saja, statusnya
tidak sebagaimana rawatib lainnya. shalat qabliyah maghrib sunah biasa.
Ibnul
Qayyim mengatakan,
“Di dalam
Shahihain terdapat hadits dari Abdullah Al-Muzani dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bahwa beliau mengatakan, ‘Shalatlah sebelum Maghrib! Shalatlah
sebelum Maghrib!’ dan beliau katakan di ketiga kalinya, ‘Bagi yang mau’ karena
tidak ingin dijadikan kebiasaan oleh umatnya. Inilah yang benar, yakni
bahwasannya shalat ini hanya shalat sunnah biasa, bukan termasuk shalat sunnah
rawatib seperti shalat sunnah rawatib yang lain.” (Zadul Ma’ad, 1/312).
Allahu
a’lam.
Dijawab
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar