Senin, 06 Juli 2020

Shalat Sunah Qabliyah Maghrib


Shalat Sunah Qabliyah Maghrib


Adakah shalat qabliyah maghrib? Ada sebagian masjid ketika maghrib, adzan langsung iqamah. Alasannya, krn tidak ada qabliyah maghrib. Apa benar?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Ulama berbeda pendapat apakah ada anjuran shalat qabiyah maghrib ataukah tidak dianjurkan. Ada 3 pendapat dalam masalah ini,

Pendapat pertama, dianjurkan melakukan shalat qabliyah maghrib

Ini merupakan pendapat Syafiiyah dan Ibnu Hazm ad-Dzahiri
Mereka berdalil dengan beberapa hadis berikut,

[1] hadis dari Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


صَلُّوا قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ . – قَالَ فِي الثَّالِثَةِ -: لِمَنْ شَاءَ ، كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً

“Shalatlah sebelum shalat Maghrib” 3 kali dan pada yang ketiga, beliau mengatakan, “Bagi yang mau.”

Karena beliau tidak suka kalau umatnya menjadikan itu sebagai suatu kebiasaan. (HR. Bukhari 1183)

[2] hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan kebiasaan para sahabat ketika sudah masuk waktu maghrib,


كُنَّا بِالْمَدِينَةِ، فَإِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ لِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ ابْتَدَرُوا السَّوَارِيَ، فَيَرْكَعُونَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ الْغَرِيبَ لَيَدْخُلُ الْمَسْجِدَ فَيَحْسِبُ أَنَّ الصَّلاَةَ قَدْ صُلِّيَتْ، مِنْ كَثْرَةِ مَنْ يُصَلِّيهِمَا

“Kami dulu di Madinah, saat muadzin beradzan untuk shalat Maghrib, mereka (para sahabat senior) saling berlomba mencari tiang-tiang, lalu mereka shalat 2 rakaat. Sehingga ada orang asing yang masuk masjid untuk shalat, dia mengira bahwa shalat maghrib telah dilaksanakan karena saking banyaknya yang melaksanakan shalat sunnah sebelum Maghrib.” (HR. Muslim 837).

Dalam riwayat lain, Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,


لَقَدْ رَأَيْتُ كِبَارَ أَصْحَابِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِي عِنْدَ الْمَغْرِبِ

“Sungguh aku melihat para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senior saling berlomba mengejar tiang-tiang (untuk dijadikan tempat shalat) ketika masuk waktu maghrib.” (HR. Bukhari 503).

[3] keterangan seorang Tabi’in, Zir bin Hubaisy,


كان عبد الرحمن بن عوف ، وأبي بن كعب يصليان الركعتين قبل المغرب

Abdurrahman bin Auf dan Ubay bin Ka’ab melaksanakan shalat 2 rakaat sebelum maghrib. (HR. Abdurrazaq, 2/433).

Para sahabat berebut mencari tiang tujuannya adalah mencari sutrah (pembatas shalat).

Pendapat Kedua, tidak ada anjuran shalat qabliyah maghrib

Menurut Hanafiyah, qabliyah maghrib tidak dianjurkan. Yang dianjurkan, tidak melaksanakan shalat. Sementara menurut Malikiyah, qabliyah maghrib hukumnya makruh.
Diantara dalil pendapat ini adalah

[1] Riwayat dari Thawus, bahwa Ibnu Umar pernah ditanya tentang shalat sunah qabliyah maghrib. Jawaban Ibnu Umar,


مَا رَأَيْتُ أَحَدًا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّيهِمَا ، وَرَخَّصَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ

Aku tidak melihat seorangpun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melaksanakan shalat qabliyah maghrib. Dan Ibnu Umar memberikan rukhshah untak 2 rakaat sesudah asar. (HR. Abu  Daud 1284)

[2] Dari Ibrahim an-Nakha’i – ulama tabi’in, beliau mengatakan,


لم يصل أبو بكر ، ولا عمر ، ولا عثمان ، الركعتين قبل المغرب

“Abu Bakr, Umar dan Utsman tidak melaksanakan shalat 2 rakaat sebelum maghrib.” (HR. Abdurrazaq 2/434)

Pendapat Ketiga, shalat qabliyah maghrib hukumnya boleh (mubah) dan tidak makruh, meskipun tidak dijadikan sunah.

Ini merupakan pendapat madzhab Hambali. Mereka berdalil dengan pernyataan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,


كُنَّا نُصَلِّي عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ ، فَقُلْتُ لَهُ : أَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّاهُمَا ؟ قَالَ : كَانَ يَرَانَا نُصَلِّيهِمَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا ، وَلَمْ يَنْهَنَا

Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami shalat 2 rakaat setelah adzan maghrib, sebelum shalat maghrib. Mukhtar bertanya kepada Anas, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengerjakannya?” kata Anas, “Beliau melihat kami mengerjakan shaat itu, dan beliau tidak memerintahkan kami, juga tidak melarang kami.” (HR. Muslim 836)

Pendapat yang Benar

Pendapat yang benar, shalat sunah qabliyah subuh hukumnya dianjurkan. Hanya saja, statusnya tidak sebagaimana rawatib lainnya. shalat qabliyah maghrib sunah biasa.
Ibnul Qayyim mengatakan,

“Di dalam Shahihain terdapat hadits dari Abdullah Al-Muzani dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengatakan, ‘Shalatlah sebelum Maghrib! Shalatlah sebelum Maghrib!’ dan beliau katakan di ketiga kalinya, ‘Bagi yang mau’ karena tidak ingin dijadikan kebiasaan oleh umatnya. Inilah yang benar, yakni bahwasannya shalat ini hanya shalat sunnah biasa, bukan termasuk shalat sunnah rawatib seperti shalat sunnah rawatib yang lain.” (Zadul Ma’ad, 1/312).
Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


0 komentar:

Posting Komentar