Jumat, 09 Februari 2018

Meringankan Shalat Untuk Umat Begini Nih Perjuangan Rasulullah (2-Habis)

Meringankan Shalat Untuk Umat Begini Nih Perjuangan Rasulullah (2-Habis)

“SELANJUTNYA, aku (Rasulullah SAW) naik ke langit ketiga, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit ketiga. Jibril kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit ketiga pun dibuka. Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf. Jibril berkata, ‘Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya.’ Maka aku memberi salam kepadanya. Yusuf membalas salamku dan berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh’.”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit keempat. Jibril kemudian meminta dibukakan pintu langit keempat dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Maka pintu langit keempat dibuka.

Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan Idris. Jibril berkata, ‘Ini adalah Idris, berilah dalam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Idris membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh’.”

“Aku kemudian dibawa ke langit kelima. Jibril lalu meminta dibukakan pintu langit kelima dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit kelima pun dibuka. Setelah melewatinya, aku bertemu dengan Harun. Jibril berkata, ‘Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya.’ Aku lalu memberi salam kepadanya. Harun membalas salamku dan berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit keenam. Jibril meminta dibukakan pintu langit keenam kemudian ditanya ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit keenam pun dibuka. Setelah melewatinya, aku mendapatkan Musa. Jibril berkata, ‘Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Musa membalas salamku lalu berkata ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’ Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba Musa menangis. Ditanyakan kepadanya, ‘Kenapa kamu menangis?’ Musa menjawab, ‘Aku menangis karena anak ini diutus setelahku, namun orang yang masuk surga dari umatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari umatku’.”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit ketujuh. Jibril kemudian meminta dibukakan pintu langit ketujuh, kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit ketujuh pun dibuka. Setelah melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim. Jibril berkata, ‘Ini adalah bapakmu, Ibrahim. Berilah salam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Ibrahim membalas salamku dan berkata, ‘Selamat datang anak saleh dan nabi yang saleh’.”

“Setelah itu ditampakkan kepadaku Sidratul Muntaha, bentuknya seperti tempayan daerah milik Hajar dengan daunnya mirip telinga-telinga gajah. Jibril berkata, ‘Ini adalah Sidratul Muntaha.’ Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zahir. Aku bertanya, ‘Apakah ini wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Dua sungai batin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai zahir adalah Nil dan Eufrat.’ Aku kemudian diangkat ke Baitul Ma’mur dan diberi tiga gelas minuman. Satu gelas berisi Khamr, satu gelas berisi susu, dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas berisi susu. Jibril berkata, ‘Ini merupakan fitrah yang kamu dan umatmu berada di atasnya,’ kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali setiap hari.”

“Saat aku kembali dan lewat di hadapan Musa, dia bertanya, ‘Apa yang telah diperintahkan kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.’ Musa berkata, ‘Umatmu tidak akan sanggup melaksanakan shalat lima puluh kali dalam sehari. Demi Allah, aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ Aku pun kembali dan Allah SWT memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat. Aku kembali menemui Musa. Musa pun mengatakan sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Aku pun kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Musa kembali berkata sebagaimana yang dia katakan sebelumnya. Aku pun kembali, dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Musa masih berkata sebagaimana yang dia katakan sebelumnya. Aku pun kembali, dan aku diperintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Aku pun kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali kepada Allah. Akhirnya, aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata, ‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.’ Musa berkata, ‘Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan shalat lima kali sehari. Aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ Lalu aku berkata, ‘Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu, Aku telah ridha menerimanya’.”

“Ketika aku telah selesai, terdengar suara yang berseru, ‘Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah meringankannya untuk hamba-hamba-Ku’,” (HR. Al-Bukhari).

Pada peristiwa Mi’raj itu Rasulullah SAW telah berkali-kali memohonkan keringan atas jumlah shalat kita dari lima puluh waktu menjadi lima waktu. Lalu apa lagi yang menyebabkan kita harus mengeluh, saudaraku?

Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012


0 komentar:

Posting Komentar