Jumat, 09 Februari 2018

Meringankan Shalat Untuk Umat Begini Nih Perjuangan Rasulullah (1)

Meringankan Shalat Untuk Umat Begini Nih Perjuangan Rasulullah (1)


SHALAT fardhu yang diwajibkan kepada kita-umat muslim berjumlah 17 rakaat dan dikerjakan dalam lima waktu yang berbeda pada setiap harinya. Jumlah shalat yang lima waktu dalam sehari ini terbilang sedikit jika dibandingkan dengan perintah Allah SWT yang pertama kepada Rasulullah SAW yaitu sebanyak lima puluh waktu dalam sehari.

Melalui proses yang panjang pada peristiwa Isra Mi’raj, berkali-kali Rasulullah SAW memohon kepada Allah SWT agar jumlah waktu shalat yang diperintahkan kepadanya bisa dikurangi. Dan akhirnya, setelah proses yang panjang itu ditetapkanlah jumlah yang lima waktu itu kepada kita hingga saat ini.

Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting yang menguji keimanan. Terjadi pada bulan Rajab tahun ke-12 dari kenabian. Isra’ adalah perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Allah SWT berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS. Al-Isra: 1).

Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Tempat beliau menerima perintah shalat dari Allah SWT. Kata mi’raj berasal dari kata ‘araja, artinya perjalanan naik ke langit. Kata ini juga digunakan untuk menjelaskan perjalanan naik para malaikat pencatat amal ke langit. Bentuk lain kata ini menjadi nama salah satu surah dalam al-Qur’an, surah al-Ma’arij (tempat-tempat naik). Allah SWT berfirman,


تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang setara dengan lima puluh ribu tahun,” (QS. Al-Ma’arij: 4).

Namun dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj, kekuasaan Allah SWT berlaku atas Rasulullah SAW. Beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu satu malam. Apa saja yang beliau alami dalam perjalanan Isra’ dan Mi’rajnya?

Imam al-Bukhari meriwayatkan salah satu sabda Rasulullah SAW tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj, yang diriwayatkan dari Hudbah bin Khalid, dari Hammam bin Yahya, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah. Nabi SAW bercerita tentang malam perjalanan Isra, “Ketika aku berada di al-Hathim-atau, beliau menyebut, di al-Hijr-dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah.”

Qatadah berkata, “Dan aku juga mendengar beliau berkata, ‘Lalu dia membelah apa yang ada di antara ini dan ini.’ Aku bertanya kepada al-Jarud yang saat itu ada di sampingku, ‘Apa maksudnya?’ Dia berkata, ‘Dari atas dadanya sampai tempat tumbuh rambut kemaluan.’”

Rasulullah SAW melanjutkan, “Lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah tempayan emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku, dan mengisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian didatangkan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, yang lebih kecil dari bagal namun lebih besar dari keledai.”

Al-Jarud berkata, “Apakah itu yang dinamakan buraq, wahai Abu Hamzah?” Anas menjawab, “Ya, buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata terjauh.”

“Aku menungganginya,” lanjut Nabi SAW, “Aku berangkat bersama Jibril hingga sampai di langit dunia. Jibril lalu meminta dibukakan pintu langit, dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang’.”

“Maka pintu langit pertama pun dibuka. Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan Adam. Jibril berkata, ‘Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.’ Aku lalu memberi salam kepadanya dan Adam membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.’”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kedua kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang’.”

“Selanjutnya, aku dibawa naik ke langit ketiga, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit ketiga. Jibril kemudian ditanya, ‘Siapa?,’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit kedua pun dibuka. Setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan Isa, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata, ‘Ini adalah Yahya dan Isa, berilah salam kepada keduanya.’ Aku pun memberi salam kepada keduanya dan mereka membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh’.” []

Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012


0 komentar:

Posting Komentar