Meringankan Shalat Untuk Umat Begini Nih Perjuangan
Rasulullah (1)
SHALAT fardhu yang diwajibkan kepada kita-umat muslim
berjumlah 17 rakaat dan dikerjakan dalam lima waktu yang berbeda pada setiap
harinya. Jumlah shalat yang lima waktu dalam sehari ini terbilang sedikit jika
dibandingkan dengan perintah Allah SWT yang pertama kepada Rasulullah SAW yaitu
sebanyak lima puluh waktu dalam sehari.
Melalui proses yang panjang pada peristiwa Isra Mi’raj,
berkali-kali Rasulullah SAW memohon kepada Allah SWT agar jumlah waktu shalat
yang diperintahkan kepadanya bisa dikurangi. Dan akhirnya, setelah proses yang
panjang itu ditetapkanlah jumlah yang lima waktu itu kepada kita hingga saat
ini.
Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting
yang menguji keimanan. Terjadi pada bulan Rajab tahun ke-12 dari kenabian.
Isra’ adalah perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di
Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Allah SWT berfirman,
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha suci
Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam, dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS. Al-Isra: 1).
Sedangkan
Mi’raj adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha.
Tempat beliau menerima perintah shalat dari Allah SWT. Kata mi’raj berasal dari
kata ‘araja, artinya perjalanan naik ke langit. Kata ini juga digunakan untuk
menjelaskan perjalanan naik para malaikat pencatat amal ke langit. Bentuk lain
kata ini menjadi nama salah satu surah dalam al-Qur’an, surah al-Ma’arij
(tempat-tempat naik). Allah SWT berfirman,
تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ
وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang setara dengan lima
puluh ribu tahun,” (QS. Al-Ma’arij: 4).
Namun dalam
peristiwa Isra’ dan Mi’raj, kekuasaan Allah SWT berlaku atas Rasulullah SAW.
Beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan dari
Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu satu malam. Apa saja yang
beliau alami dalam perjalanan Isra’ dan Mi’rajnya?
Imam
al-Bukhari meriwayatkan salah satu sabda Rasulullah SAW tentang peristiwa Isra’
dan Mi’raj, yang diriwayatkan dari Hudbah bin Khalid, dari Hammam bin Yahya,
dari Qatadah, dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah. Nabi SAW
bercerita tentang malam perjalanan Isra, “Ketika aku berada di al-Hathim-atau,
beliau menyebut, di al-Hijr-dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang
lalu membelah.”
Qatadah
berkata, “Dan aku juga mendengar beliau berkata, ‘Lalu dia membelah apa yang
ada di antara ini dan ini.’ Aku bertanya kepada al-Jarud yang saat itu ada di
sampingku, ‘Apa maksudnya?’ Dia berkata, ‘Dari atas dadanya sampai tempat tumbuh
rambut kemaluan.’”
Rasulullah
SAW melanjutkan, “Lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian
dibawakan kepadaku sebuah tempayan emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia
mencuci hatiku, dan mengisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian didatangkan
kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, yang lebih kecil dari bagal namun
lebih besar dari keledai.”
Al-Jarud
berkata, “Apakah itu yang dinamakan buraq, wahai Abu Hamzah?” Anas menjawab,
“Ya, buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata terjauh.”
“Aku
menungganginya,” lanjut Nabi SAW, “Aku berangkat bersama Jibril hingga sampai
di langit dunia. Jibril lalu meminta dibukakan pintu langit, dan dia ditanya,
‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang
bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah
diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini
sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang’.”
“Maka pintu
langit pertama pun dibuka. Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan Adam.
Jibril berkata, ‘Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.’ Aku lalu
memberi salam kepadanya dan Adam membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang
anak yang saleh dan nabi yang saleh.’”
“Aku
kemudian dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu
langit kedua kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan
lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan
lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat
datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang’.”
“Selanjutnya,
aku dibawa naik ke langit ketiga, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit
ketiga. Jibril kemudian ditanya, ‘Siapa?,’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya
lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan
lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat
datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu
langit kedua pun dibuka. Setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan
Isa, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata, ‘Ini adalah Yahya dan
Isa, berilah salam kepada keduanya.’ Aku pun memberi salam kepada keduanya dan
mereka membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan
nabi yang saleh’.” []
Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit:
Penerbit Almahira/2012
0 komentar:
Posting Komentar