AMALAN YANG TETAP MENGHASILKAN PAHALA
عَنْ
أَنَسٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ : سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ
مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ
غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا
يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
Dari Anas
Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang
hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) :
Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur,
menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak
yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal
Hadits ini
diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149. hadits ini dinilai
hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam shahihul Jami’, no. 3602
Sungguh di
antara nikmat agung Allâh yang diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman
adalah Allâh Azza wa Jalla menyediakan pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak
bagi mereka. Pintu-pintu kebaikan yang bisa dikerjakan oleh seorang hamba yang
mendapatkan taufiq semasa hidupnya di dunia, namun pahalanya akan terus
mengalir sepeninggal si pelaku. (Aliran pahala ini sangat dibutuhkan oleh orang
yang sudah meninggal.) Karena orang yang sudah meninggal itu tergadai, mereka
tidak bisa lagi beramal dan mereka akan diminta pertanggungan jawab lalu diberi
balasan dari perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka.
(Berbahagialah !) orang yang mendapatkan taufiq (dalam hidupnya, karena) di
dalam kuburnya kebaikan-kabaikan, pahala dan keutamaan akan terus mengalir baginya.
Dia sudah tidak lagi beramal akan tetapi pahalanya tidak terputus, derajatnya
bertambah, dan kebaikannya semakin berkembang, serta pahalanya berlipat ganda
padahal dia sudah terbaring kaku dalam kuburnya.
Alangkah
mulianya; Alangkah indah dan alangkah nikmatnya. (Semogga Allâh Azza wa Jalla
menganugerahkan akhir kehidupan yang baik bagi kita semua).
(Bagaimanakah
menggapai harapan setiap insan beriman itu ?) Dalam hadits di atas, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tujuh perkara yang pahalanya akan
terus mengalir kepada seorang hamba setelah ia meninggal.
Wahai
saudaraku ! Renungkanlah sejenak amalan-amalan ini lalu berusahalah untuk
mendapatkan bagian darinya selama engkau masih diberi kesempatan di dunia.
Bergegaslah untuk mengerjakannya sebelum umurmu habis dan ajal datang menjemput
!
Berikut ini
adalah sedikit penjelasan tentang amalan-amalan tersebut :
1.
Mengajarkan Ilmu.
Kata ilmu
yang dimaksudkan disini adalah ilmu bermanfaat yang bisa mengantarkan seseorang
agar mengerti tentang agama mereka, bisa mengenalkan Rabb dan sesembahan
mereka; ilmu yang bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus; Ilmu yang dengannya
bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebathilan, serta
halal dan haram. Dari sini, nampak jelas besarnya keutamaan para Ulama yang
selalu mamberi nasehat dan para da’i yang ikhlas. Merekalah (ibarat) pelita
bagi manusia, penyangga negara, pembimbing umat dan sumber hikmah. Hidup mereka
merupakan kekayaan dan kematian mereka adalah musibah. Karena mereka mengajari
orang-orang yang tidak tahu, mengingatkan yang lalai, serta menerangkan
petunjuk kepada orang yang sesat. Ketika salah seorang dari para Ulama
meninggal dunia, maka ilmunya akan tetap abadi terwariskan di tengah
masyarakat, buku karya dan perkataannya akan senantiasa beredar. Masyarakat
bisa memanfaatkan dan mengambil faidah dari buah karya mereka. (Dengan sebab
inilah) pahala akan terus mengalir, meski mereka sudah berada dalam kuburan.
Dahulu
banyak orang mengatakan, “Seorang yang berilmu meninggal dunia sementara
kitabnya masih ada.” Namun sekarang, suaranya (pun) terekam dalam pita-pita
kaset (atau kepingan CD) yang berisi pelajaran-pelajaran ilmiyah, muhadharah
dan khuthbah-khuthbah yang sarat dengan manfaat, sehingga generasi-generasi
yang datang setelahnya bisa mengambil manfaat darinya.
Orang yang
berpartisipasi dalam mencetak buku-buku yang bermanfaat, dan menyebarkan
buku-buku karya para Ulama yang sarat dengan faedah serta membagikan
kaset-kaset ilmiyyah maka dia juga mendapatkan pahala yang besar dari sisi
Allâh Azza wa Jalla .
2.
Mengalirkan Sungai
Maksudnya
adalah membuat aliran-aliran sungai dari mata air dan sungai induk, supaya
airnya bisa sampai ke pemukiman masyarakat serta sawah ladang mereka. Dengan
demikian, manusia akan terhindar dari dahaga, tanaman tersirami, serta binatang
ternak mendapatkan air minum.
Betapa
pekerjaan besar ini akan menghasilkan begitu banyak kebaikan bagi manusia
dengan membuat kemudahan bagi dalam mengakses air yang merupakan unsur
terpenting dalam kehidupan. Semisal dengan ini yaitu mengalirkan air ke
pemukiman masyarakat melalui pipa-pipa, begitu pula menyediakan tandon-tandon
air di jalan-jalan dan tempat-tempat yang mereka butuhkan.
3. Menggali
Sumur
Ini sama
dengan penjelasan di atas. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي
بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ
ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ
الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ
بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ
اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي
الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Suatu
ketika ada seorang lelaki yang menahan dahaga yang teramat berat berjalan di
jalan, lalu dia menemukan sumur. Dia turun ke sumur itu lalu meminum kemudian
keluar. Sekonyong-konyong dia mendapati seekor anjing terengah menjulurkan
lidahnya menjilat tanah karena saking hausnya. (Melihat pemandangan ini,)
lelaki itu mengatakan, ‘Anjing ini telah dahaga yang sama dengan yang aku
rasakan.’ Lalu dia turun ke sumur itu dan memenuhi sepatunya dengan air lalu
diminumkan ke anjing tersebut. Maka (dengan perbuatannya itu) Allâh Azza wa
Jalla bersyukur untuknya dan memberikan maghfirah (ampunan)-Nya. Para shahabat
bertanya, “Apakah kita bisa mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ?”
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, pada setiap nyawa itu
ada pahala.” [2]
Ini pahala
yang didapatkan oleh orang yang memberikan minum, lalu bagaimana dengan orang
yang menggali sumur yang dengan keberadaannya akan tercukupi kebutuhan minum
banyak orang dan bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.
4. Menanam
Pohon Kurma
Telah
diketahui bersama bahwa pohon kurma merupakan pohon termulia dan memiliki
banyak manfaat buat manusia. Maka barangsiapa menanam pohon kurma dan mendermakan
buahnya untuk kaum Muslimin, maka pahalanya akan terus mengalir setiap kali ada
orang memakan buahnya atau setiap kali ada yang memanfaatkannya baik manusia
maupun hewan. Ini juga berlaku bagi siapa saja yang menanam segala macam pohon
yang bermanfaat bagi manusia. Penyebutan kurma dalam hadits di atas secara
khusus disebabkan keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh pohon kurma.
5.
Membangun Masjid
Masjid
merupakan tempat yang paling dicintai Allâh Azza wa Jalla. Sebuah tempat yang
Allâh perintahkan untuk diangkat dan disebut nama-Nya di sana. Apabila masjid
telah dibangun maka di sana akan dilaksanakan shalat, dibaca ayat-ayat
al-Qur’ân, nama-nama Allâh Azza wa Jalla akan disebut, ilmu-ilmu akan
diajarkan, serta bisa menjadi tempat berkumpulnya kaum Muslimin, masih banyak
faedah-faedah yang lain. Masing-masing poin itu bisa menghasilkan pahala.
Dalam
sebuah hadits diriwayatkan
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ
رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ يَقُوْلُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى
اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
Dari Utsman
bin Affan Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, “Aku pernah mendengar
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang membangun
masjid untuk mencari wajah Allâh Azza wa Jalla, maka Allâh Azza wa Jalla akan
membangunkannya rumah yang sama di surga.[3]
6.
Mewariskan al-Qur’ân
Ini bisa
dilakukan dengan cara mencetak atau membeli mushaf al-Qur’an lalu mewakafkannya
di masji-masjid dan majlis-majlis ilmu agar bisa dimanfaatkan oleh kaum
Muslimin. Orang yang mewakafkan mushaf al-Qur’an akan mendapatkan pahala setiap
kali ada orang yang membacanya, mentadabburi maknanya dan mengamalkan
kandungannya.
7. Mendidik
Anak-anak
Memberikan
pendidikan yang baik kepada anak-anak serta berusaha maksimal membesarkan
mereka dalam ketaqwaan dan kebaikan. Sehingga diharapkan, mereka akan menjadi
anak-anak yang berbakti dan shalih, yang mendoakan kebaikan untuk kedua orang
tua mereka, dan memohonkan rahmat serta ampunan buat kedua orang tua mereka.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya ini termasuk hal-hal yang masih
bermanfaat bagi seseorang meski ia sudah menjadi mayit.
Senada
dengan hadits di awal yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ
الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ
وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ
أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً
أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ
مَوْتِهِ
Sesungguhnya
diantara amal dan kebaikannya yang akan menyertai seorang Mukmin setelah meninggalnya
adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya,
mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangun, rumah persinggahan yang
dibangun bagi orang yang sedang menempuh perjalanan, sungai yang dialirkannya,
sedekah yang dia keluarkan dari hartanya saat masih sehat dan hidup akan
menyertainya sampai meninggalnya [4]
Juga hadits
dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam :
أَرْبَعَةٌ تَجْرِي
عَلَيْهِمْ أُجُوْرُهُمْ بَعْدَ الْمَوْتِ : مَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيْلِ
اللهِ وَ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أُجْرِيَ لَهُ عَمَلُهُ مَا عَمِلَ بِهِ وَمَنْ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَجْرُهَا يَجْرِي لَهُ مَا وُجِدَتْ وَرَجُلٌ تَرَكَ
وَلَدًا صَالِحًا فَهُوَ يَدْعُوْ لَهُ
Ada empat
hal yang pahalanya tetap mengalir bagi pelakunya setelah meninggalnya (yaitu)
orang yang meninggal saat menjaga perbatasan dalam jihad fi sabilillah, orang
yang mengajarkan ilmu dia akan tetap diberi pahala selama ilmunya itu
diamalkan; Orang yang bersedekah maka pahalanya akan tetap mengalir selama
sedekah itu masih ada; dan orang yang meninggalkan anak shalih yang
mendo’akannya[5]
Juga hadits
yang sangat populer yaitu hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila
seseorang sudah meninggal maka seluruh amalannya terputus kecuali dari tiga
perkara (yaitu) dari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih
yang mendo’akannya[6]
Ketika
menjelaskan maksud dari shadaqah jariyah, sekelompok para Ulama mengatakan
bahwa maksudnya adalah wakaf. Sebagian besar dari perkara-perkara yang
dipaparkan di atas termasuk shadaqah jariyah.
Dan
sabdanya : ((أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ
)) yang artinya rumah yang dibangun untuk orang yang sedang melakukan
perjalanan.
Di dalam
potongan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terdapat isyarat
keutamaan membangun rumah dan mewaqafkannya agar bisa dimanfaatkan oleh kaum
Muslimin secara umum, baik ibnu sabîl, para penuntut ilmu, anak-anak yatim,
para janda ataupun orang-orang fakir dan miskin. Alangkah banyak kebaikan dan
kemaslahan yang terealisasi dengan hal ini.
Terkadang
hal-hal tersebut di atas memancing munculnya berbagai amalan-amalan yang penuh
barakah yang akan tetap menghasilkan pahala bagi pelakunya meskipun dia sudah
meninggal dunia.
Akhirnya,
kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar Allâh Azza wa Jalla memberikan
taufiq-Nya kepada kita untuk melakukan semua kebaikan dan agar Allâh Azza wa
Jalla senantiasa membantu kita dalam melakukan berbagai aktifitas kebaikan dan
senantiasa membimbing kita dalam meniti jalan petunjuk.
[Disalin dari
majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1].
Diterjemahkan dari al-Fawâid al-Mantsûrah, hlm. 11-15
[2]. HR.
Bukhari, no. 2466 dan Muslim, no. 2244
[3]. HR.
Bukhari, no. 450 dan Muslim, no. 533
[4]. HR.
Ibnu Majah, no. 242. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani
rahimahullah dalam Shahîh Sunan Ibni Majah, no. 198
[5]. HR.
Ahmad (5/260-261); ath-Thabrani, no. 7831. Hadits ini dinilai hasan Syaikh
al-Albani rahimahullah dalam Shahîh al-Jâmi, no. 877
[6]. HR.
Muslim, no. 1631
Oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad
al-Badr[1]
0 komentar:
Posting Komentar